Mobil Listrik Jadi Tanda Keberlanjutan Transformasi ke Energi Ramah Lingkungan
Langkah dan upaya untuk mengurangi emisi terus berlanjut, di antaranya transformasi kendaraan dinas berbasis bahan bakar minyak ke kendaraan bertenaga listrik. KBRI Seoul menjadi salah satu lembaga yang turut mengawali.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Korea Selatan, terus melanjutkan program transformasi hijau. Kali ini, wujudnya adalah mengganti kendaraan dinas dengan mobil listrik.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi menerima mobil listrik dari Penasihat Hyundai Motor Company Kim Chang-beom. Penyerahan pada Rabu (15/9/2021), yang disiarkan melalui video konferensi zoom secara langsung, di Wisma Duta KBRI Seoul itu bagian dari percepatan transformasi hijau yang dicanangkan beberapa waktu lalu. ”Kami berharap perwakilan diplomatik (negara) lain di Seoul mengikuti langkah ini,” ujar Kim.
Umar mengatakan, KBRI Seoul mencanangkan beberapa transformasi sejak beberapa tahun lalu. Transformasi hijau bagian dari bentuk kesadaran dan tanggung jawab pada lingkungan. ”Bentuknya bukan hanya ini,” ujarnya.
Sebelum mengganti sebagian kendaraan dinas dengan mobil listrik, KBRI Seoul terlebih dahulu memasang PLTS di atap. Pemasangan itu memungkinkan biaya operasional KBRI Seoul terpangkas hingga 5 juta won per tahun.
Program daur ulang juga terus digalakkan dalam kompleks KBRI Seoul. Selain KBRI, kompleks itu juga terdiri dari wisma duta dan rumah susun untuk para diplomat Indonesia di Seoul.
Umar mengatakan, KBRI Seoul juga mendorong kerja sama teknologi hijau antara Indonesia dan Korea Selatan. Kerja sama itu bagian dari transformasi hijau yang didorong KBRI Seoul. Lewat kerja sama itu Indonesia dan Korea Selatan diharapkan bisa mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan.
Penting
Umar mengatakan, penyerahan mobil listrik ke KBRI Seoul semakin menunjukkan pentingnya Hyundai bagi Indonesia. Penyerahan itu dilakukan beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo meresmikan permulaan pembangunan pabrik baterai untuk mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.
Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution menginvestasikan dana senilai 1,1 miliar dollar AS ke dalam joint venture untuk membangun pabrik sel baterai di Karawang.
Adapun dalam konsorsiumnya, industri asal Korea Selatan tersebut bermitra dengan Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd.
Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar dollar AS. Pembangunan pabrik diperkirakan selesai pada semester pertama 2023 dan produksi massal sel baterai pada satu tahun setelahnya.
Pabrik itu diharapkan menjadi salah satu alat Indonesia menjadi produsen utama produk berbasis nikel, termasuk baterai mobil listrik, dalam empat tahun mendatang. Pabrik di Karawang membuat nilai tambah produk nikel Indonesia naik hingga tujuh kali lipat jika berbentuk baterai. Sementara jika berbentuk mobil, nilai tambahnya bisa melonjak menjadi 11 kali.
Saat beroperasi secara penuh, pabrik di Karawang ditargetkan dapat memproduksi 10 GWh sel baterai litium-ion dengan bahan katoda NCMA (nikel, kobalt, mangan, aluminium) setiap tahunnya, yang mana cukup untuk memenuhi kebutuhan 150.000 unit BEV.
Selain itu, fasilitas ini juga akan disiapkan untuk meningkatkan kapasitas produksinya hingga 30 GWh agar dapat memenuhi pertumbuhan permintaan BEV di masa yang akan datang. Sel baterai yang diproduksi di Karawang nantinya akan diaplikasikan pada model kendaraan listrik milik Hyundai Motor dan Kia yang dibangun di atas platform khusus BEV dari Hyundai Motor Group, yaitu Electric-Global Modular Platform (E-GMP).
------
Catatan editor:
Artikel ini diperbarui pada Rabu, 15 September 2021, pukul 19.00 WIB, dengan merevisi data pada paragraf kedua dan ketujuh terkait penyebutan jumlah unit mobil yang diserahkan Hyundai Motor Company ke Kedutaan Besar RI Seoul. Versi sebelumnya menyebut "lima unit mobil". Revisi ini dilakukan berdasarkan informasi KBRI Seoul yang tidak menyebutkan jumlah unit mobil. Terima kasih.