Relasi antara Dunia Arab dengan Afghanistan telah terjalin lama. Dalam setiap masa dan pemerintahan, relasi itu menorehkan kisah persahabatan yang erat dan intensif.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Kunjungan Menlu Qatar Mohammad bin Abdulrahman Al-Thani ke Kabul selama dua hari, Minggu dan Senin (12-13/9), menunjukkan betapa kuatnya hubungan Qatar-Taliban saat ini.
Kunjungan Menlu Qatar tersebut merupakan kunjungan pejabat asing tertinggi ke Kabul sejak Taliban kembali menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu.
Maskapai penerbangan Qatar, Qatar Airways, juga tercatat sebagai maskapai penerbangan pertama yang melakukan penerbangan komersial reguler antara Kabul dan Doha.
Perkembangan pesat hubungan Qatar-Taliban itu sangat wajar mengingat Qatar adalah negara yang menjadi tuan rumah kantor perwakilan Taliban di luar negeri sejak tahun 2014. Doha juga menjadi tuan rumah perundingan AS-Taliban sejak tahun 2018.
Qatar yang merupakan negara Arab bisa dicatat sebagai bagian dari rangkaian panjang hubungan kuat antara Afghanistan dan dunia Arab. Afghanistan dikenal cukup dekat dengan dunia Arab.
Secara geografis, Afghanistan dan dunia Arab sangat dekat, hanya dipisah oleh negeri Iran. Para pemuda Afghanistan punya tradisi menimba ilmu agama, selain ke Pakistan, juga ke Universitas Al Azhar di Kairo. Mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani (1992-2001), adalah alumni universitas Al Azhar. Banyak tokoh Taliban saat ini adalah alumni universitas Al Azhar.
Para penguasa Afghanistan dari masa ke masa dikenal dekat pula dengan dunia Arab. Raja Afghanistan Amanullah Khan (1919-1929) punya hubungan dekat dengan Raja Mesir, Fouad. Ketika naik tahta pada tahun 1919, Raja Amanullah Khan segera mengunjungi Mesir untuk menemui Raja Fouad.
Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser juga mampir di Kabul untuk bertemu Raja Mohammed Nadir Shah dalam perjalanan pulang ke Mesir seusai menghadiri konferensi Asia-Afrika di Bandung pada1955. Saat itu, Presiden Gamal Abdel Nasser disambut meriah oleh rakyat Afghanistan di jalanan kota Kabul.
Tentu saja bangsa Arab tidak melupakan jasa besar tokoh pembaruan Islam asal Afghanistan, Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897). Di kota Kairo, Al-Afghani membangun Gerakan Pan-Islami (1871-1879) yang mengantarkan namanya sangat populer di dunia Arab dan Islam saat itu. Ia memiliki murid dari warga Mesir, Muhammad Abduh (1849-1905), yang dikenal sebagai tokoh pembaruan pemikiran Islam di Mesir dan dunia Islam.
Dukungan
Pada masa pendudukan Uni Soviet di Afghanistan (1979-1989), banyak pejuang asal Arab yang rela meninggalkan kampung halamannya di berbagai negara Arab untuk berjihad bahu-membahu bersama rakyat Afghanistan mengusir pasukan pendudukan Uni Soviet. Mereka kemudian dikenal dengan nama Afghan Al-Arab. Keberhasilan kaum mujahidin Afghanistan memaksa mundur pasukan Uni Soviet pada tahun 1989, tak terlepas dari andil besar kaum Afghan Al-Arab.
Presiden Mesir Anwar Sadat atas dukungan AS dan restu Presiden Pakistan, Zia ul Haq, saat itu tercatat berperan besar bagi hijrahnya ribuan pemuda Arab dari Mesir ke Pakistan dan Afghanistan.
Setelah berhasil mengusir pasukan pendudukan Uni Soviet tahun 1989 dan dibentuk pemerintahan Mujahidin di Kabul, Presiden Mesir Hosni Mubarak mengundang Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, ke Kairo pada 1993 dalam upaya memperkuat hubungan bilateral Mesir-Afghanistan.
Pada era kekuasaan Taliban jilid I (1996-2001), hanya tiga negara yang mengakui rezim Taliban. Selain Pakistan, dua lainnya adalah negara Arab, yaitu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.