Sudah 20 tahun berlalu, serangan 9/11 meninggalkan sejumlah teka-teki. Pengungkapan dokumen penyelidikan bisa jadi pelajaran agar aksi teror itu tidak terulang.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Bersamaan dengan peringatan 20 tahun peristiwa serangan 11 September 2001, atau juga dikenal dengan sebutan 9/11, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) membuka dokumen rahasia hasil penyelidikan atas serangan teror ke AS itu kepada publik. Deklasifikasi ini atas perintah Presiden AS Joe Biden setelah didesak keluarga korban serangan 9/11 yang tengah berupaya mengajukan gugatan hukum kepada Arab Saudi guna memperoleh ganti rugi dana miliaran dollar AS.
Teror 9/11 menelan korban hampir 3.000 jiwa dan melukai sekitar 25.000 orang. Kejadian itu mengubah secara dramatis kebijakan AS, termasuk di kancah internasional, dalam bentuk perang atas teror global dalam dua dekade terakhir. Perang 20 tahun (2001-2021) di Afghanistan dan invasi AS ke Irak menjadi satu mata rantai peristiwa pascaperistiwa 9/11. Salah satu teka-teki dalam peristiwa itu adalah soal tuduhan keterlibatan pejabat atau Pemerintah Arab Saudi.
Dua puluh tahun berlalu, teka-teki itu terus menggelayut, terutama di kalangan keluarga korban. Bagi mereka, isu dugaan keterlibatan Riyadh dalam insiden itu wajar diangkat. Bukan hanya soal 15 dari 19 pembajak empat pesawat komersial dalam serangan teror itu berkewarganegaraan Arab Saudi atau latar belakang Osama bin Laden, Pemimpin Al Qaeda, yang ditetapkan sebagai dalang teror 11 September.
Spekulasi keterlibatan Arab Saudi mencuat bertahun-tahun karena Pemerintah AS sempat menolak membuka dokumen penyelidikan kongres tahun 2002. Dokumen setebal 28 halaman itu secara khusus menyoroti kemungkinan hubungan Kerajaan Arab Saudi dengan perencanaan aksi teror 9/11 itu. Dokumen ini telah dibuka untuk publik tahun 2016. Namun, teka-teki itu belum terjawab.
Lima tahun selepas deklasifikasi dokumen penyelidikan itu, pada Sabtu (11/9/2021), Pemerintah AS lewat FBI membuka kembali dokumen hasil penyelidikannya. Dokumen setebal 16 halaman yang disusun pada April 2016 berdasarkan hasil pemeriksaan pada November 2015 tersebut juga menyoroti koneksi Arab Saudi dan pembajak pesawat. Disebutkan, misalnya, ada petugas dan diplomat di Konsulat Arab Saudi di Los Angeles yang menjalin kontak atau dukungan logistik kepada sejumlah pembajak.
Namun, seperti laporan Komisi 9/11 tahun 2004 yang tidak menemukan bukti Arab Saudi mendanai langsung serangan, dokumen FBI itu juga tak menunjukkan bukti keterlibatan Pemerintah Arab Saudi dalam teror 9/11. Bagi Riyadh, deklasifikasi itu menjadi angin segar dalam upaya membersihkan namanya dari stigma negatif.
Bagi publik dunia, pengungkapan dokumen hasil penyelidikan itu bukan sekadar paparan detail cerita di balik teror yang mengguncang dunia. Pengungkapan itu juga menjadi pelajaran akan pentingnya kewaspadaan semua pihak dalam mencegah dan mengantisipasi ancaman teror, sekecil apa pun, pada hari-hari ke depan.