Korut Uji Rudal Terbaru Jelajah Jarak Jauh yang Bisa Lampaui Korsel-Jepang
Korea Utara menguji coba rudal jelajah jarak jauh yang terbang hingga sejauh 1.500 kilometer sehingga mampu melampaui Korsel dan Jepang.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
PYONGYANG, SENIN — Korea Utara menguji coba beberapa peluru kendali atau rudal jelajah jarak jauh yang baru akhir pekan lalu. Rudal-rudal dengan daya jelajah hingga 1.500 kilometer. Rudal itu bisa terbang melampaui Korea Selatan dan Jepang. Pengamat memperkirakan rudal itu merupakan senjata pertama Korut pada jenis tersebut dengan kemampuan nuklir.
Uji coba rudal Korut tersebut dilaporkan mengganggu negara-negara tetangga di kawasan. Hubungan Korut dengan tetangganya di selatan, Korsel, memburuk setelah membaik pada 2018-2019. Rudal terbaru Korut kali ini bisa juga terbang hingga melampaui Korsel dan Jepang.
Media-media milik Pemerintah Korut, Senin (13/9/2021), melaporkan, Pyongyang menguji coba ”senjata strategis yang sangat penting” itu selama dua hari, Sabtu-Minggu (11-12/9/2021), di sebuah lokasi yang dirahasiakan. Kantor berita resmi negara itu, KCNA, mengatakan, rudal mencapai target di perairan internasional.
Foto-foto di surat kabar Korut, Rodong Sinmun, menunjukkan sebuah rudal melesat dalam bentuk bola api dari salah satu dari lima tabung kendaraan peluncur. Sebuah rudal lain terbang secara horizontal. Para analis mengatakan, senjata itu mewakili kemajuan nyata dalam teknologi senjata Korut.
Rudal-rudal seperti itu dilaporkan memiliki kemampuan lebih untuk menghindari sistem pertahanan. Senjata tersebut juga bisa mengirimkan hulu ledak melintasi teritori Korsel dan Jepang.
Kantor berita Korut, KCNA, melaporkan bahwa rudal-rudal itu terbang selama 126 menit sejauh 1.500 kilometer, termasuk membentuk pola angka-8 di atas darat dan perairan Korut sebelum akhirnya mencapai target yang telah ditentukan. ”Tembakan uji coba ini menunjukkan ada kesesuaian dengan persyaratan desain. Secara keseluruhan, efisiensi dan kepraktisan operasi sistem senjata dipastikan sangat baik,” sebut KCNA.
Laporan media resmi Korut menyebutkan, semua rudal yang diuji—tanpa menyebut jumlahnya—merupakan ”senjata strategis yang sangat penting”. Pengujuan dua hari pada akhir pekan lalu dinilai berhasil dan memberi Korut ”alat pencegahan lain yang efektif” terhadap ”pasukan musuh”.
Korut saat ini berada di bawah sanksi internasional terkait program senjata nuklir dan misil balistiknya. Pyongyang mengatakan, mereka mempertahankan program senjata nuklirnya agar mampu menangkis jika AS menginvasi mereka. Pyongyang tidak dilarang mengembangkan rudal jelajah, yang telah diuji sebelumnya.
Tetangga tertancam
Park Won-gon, profesor Studi Korut di perguruan tinggi riset, Ewha Womans University, Seoul, mengatakan bahwa rudal-rudal yang diuji coba Korut kali ini dapat menimbulkan ancaman yang cukup besar, terutama terhadap negara-negara tetangga dekatnya.
”Jika Korut telah cukup mengecilkan hulu ledak nuklir, itu bisa dimuat ke rudal jelajah juga,” kata Park. ”Sangat mungkin akan ada lebih banyak pengujian untuk pengembangan berbagai sistem senjatanya,” ujarnya lagi.
Menurut Park, uji coba rudal-rudal jelajah jarak jauh Korut kali ini merupakan tanggapan terhadap latihan militer gabungan Korsel-AS bulan lalu. Park menambahkan, ”Dengan memilih rudal jelajah (jarak jauh), Korut berusaha memprovokasi AS dan China.”
Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute for International Studies, Monterey, California, AS mencuit di Twitter untuk merespons uji coba rudal Korut. Dia mengatakan, rudal yang diuji coba kali ini mampu mengirimkan hulu ledak terhadap target ”di seluruh Korsel dan Jepang”.
”Rudal jelajah serangan darat jarak menengah adalah kemampuan yang cukup serius bagi Korut. (Senjata-senjata) ini adalah sistem lain yang dirancang untuk terbang di bawah radar pertahanan rudal atau di sekitarnya,” cuit Lewis lagi.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan, rudal Korut dengan jangkauan hingga 1.500 kilometer akan menimbulkan ”ancaman serius bagi perdamaian dan keselamatan Jepang dan wilayah sekitarnya”. ”Kami sangat prihatin,” kata Kato sambil menyebutkan upaya Jepang untuk memperkuat kemampuan pertahanan misilnya.
Menurut Kato, Tokyo bekerja sama dengan Washington dan Seoul untuk mengumpulkan informasi tentang uji terbaru rudal Korut. Namun, dia juga mengatakan tidak ada indikasi langsung bahwa senjata itu mencapai zona ekonomi eksklusif Jepang.
Militer Korsel—yang biasanya merupakan sumber informasi pertama mengenai uji coba rudal Korut—tidak mengumumkan apa pun terkait aktivitas terbaru Korut tersebut. Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan, ”Militer kami sedang melakukan analisis terperinci dalam kerja sama erat antara badan intelijen Korsel dan AS.”Pentagon tidak berkomentar.
Militer Amerika Serikat mengatakan, uji coba rudal Korut itu menimbulkan ancaman bagi negara tetangga dan sekitarnya. ”Kegiatan ini menyoroti fokus berkelanjutan Korut pada pengembangan program militernya dan ancaman yang ditimbulkan terhadap tetangganya dan komunitas internasional,” kata Komando Indo-Pasifik AS dalam sebuah pernyataan.
Uji coba pada akhir pekan lalu itu merupakan yang pertama sejak Maret lalu. Korut sendiri belum pernah menguji coba nuklir atau peluncuran rudal balistik antarbenua sejak 2017. Pengujian rudal kali ini dilakukan beberapa hari setelah parade militer malam hari di Pyongyang untuk memperingati 73 tahun berdirinya Korut.
Pembicaraan nuklir antara Washington dan Pyongyang gagal digelar di Hanoi, Vietnam, pada 2019. Sedianya presiden AS saat itu, Donald Trump, menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un. Kim mengharapkan keringanan sanksi.
Utusan Khusus Presiden AS Joe Biden untuk Korut, Sung Kim, telah berulang kali menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Pyongyang "di mana saja, kapan saja".
Namun, Pyongyang tidak pernah menunjukkan indikasi akan bersedia menyerahkan persenjataan nuklirnya, dan telah menolak upaya Korsel untuk menghidupkan kembali dialog.
Bulan lalu, Badan Energi Atom Internasional PBB (IAEA) mengatakan, Pyongyang tampaknya telah memulai reaktor pemrosesan ulang yang dapat memproduksi plutonium di Yongbyon. Apa yang terjadi di Yongbyon itu merupakan perkembangan yang ”sangat meresahkan”.
Adik Kim dan penasihat utama, Kim Yo Jong, juga menuntut penarikan pasukan AS dari Semenanjung Korea. Pekan lalu, Korsel juga menguji rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam buatan dalam negeri–sebuah teknologi yang telah lama dikembangkan oleh Korut.
Pyongyang memamerkan empat perangkat semacam itu pada parade militer yang dihadiri dan diawasi oleh Kim pada Januari lalu. KCNA menyebut empat perangkat itu sebagai ”senjata paling kuat di dunia”.
Korut juga telah merilis gambar peluncuran bawah laut. Namun, para analis yakin itu berasal dari platform tetap atau tongkang submersible (yang digunakan untuk penelitian dan eksplorasi), bukan kapal selam (AFP/REUTERS/AP)