Jepang Deteksi Kapal Selam China Dekati Perairan Wilayahnya
Hingga 2020, Tokyo mencatat China 21 kali mengirimkan kapal perang ke dekat perairan teritorial Jepang. Beijing juga berkali-kali mengirimkan pesawat tempurnya ke wilayah udara di pulau yang diperebutkan China-Jepang.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
TOKYO, MINGGU — Hubungan Jepang-China kembali memanas gara-gara kapal perang dan kapal selam yang diyakini milik China terdeteksi berada di dekat perairan teritorial Jepang. Kehadiran kapal-kapal itu meningkatkan kecemasan Tokyo atas aktivitas militer Beijing di Laut China Timur.
Kementerian Pertahanan Jepang mengungkap soal kapal itu, Minggu (12/9/2021). Pasukan Bela Diri Jepang mengerahkan tiga pesawat pengintai dan dua kapal perusak ke lokasi kapal selam terdeteksi.
Menurut Kemenhan Jepang, ada kapal perusak berpeluncur rudal berlayar bersama kapal selam yang diyakini milik China. Kapal selam itu berlayar sekitar 700 kilometer dari pulau yang diklaim China dan Jepang. Kapal itu berlayar dari barat ke timur.
Masalah utama kapal selam yang tidak teridentifikasi itu ialah tidak muncul di permukaan. Lazimnya, kapal selam muncul ke permukaan jika mendekati perairan teritorial negara lain. Kapal selam itu juga harus mengidentifikasikan dirinya.
Bukan kali ini saja kapal-kapal perang China mendekati perairan teritorial Jepang atau perairan yang disengketakan Beijing-Tokyo. Hingga 2020, Tokyo mencatat China 21 kali mengirimkan kapal perang ke dekat perairan teritorial Jepang. Beijing juga berkali-kali mengirimkan pesawat tempurnya ke wilayah udara di pulau yang diperebutkan China-Jepang.
Dalam berbagai kesempatan, Jepang berkali-kali mengajak China mempertahankan status quo atas Kepulauan Senkaku atau, dalam versi China dinamakan, Kepulauan Diaoyu. Sementara Beijing tidak membuat pernyataan tegas. China hanya bolak-balik mengerahkan kapal dan pesawat militernya ke sana.
Jepang juga berupaya mencari sekutu untuk menghadapi China. Pada Maret 2021, Amerika Serikat menegaskan siap mengerahkan semua aset militernya untuk mendukung Jepang. Bahkan, Washington tidak menutup opsi menggunakan aset nuklirnya jika memang dibutuhkan untuk membantu pertahanan Jepang.
Kementerian Pertahanan China ataupun Kedutaan China di Tokyo belum bisa dihubungi saat akan dimintai tanggapan soal pernyataan Tokyo. Selama ini Beijing kerap menyatakan aktivitas-aktivitas maritimnya sebagai bagian dari hak mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya.
Rangkul Vietnam
Bukan hanya di Laut China Timur, ketegangan Beijing-Tokyo juga terlihat di Laut China Selatan. Di sana, lokasi persaingan mereka antara lain di Vietnam. Setelah Menteri Luar Negeri China Wang Yi, giliran Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi berkunjung ke Vietnam, Minggu (12/9/2021. Hanoi disebut sebagai mitra penting.
Kishi mengatakan, Hanoi-Tokyo perlu bekerja sama menghadapi realitas keras yang kini terjadi di kawasan. Kemenhan Jepang tidak menyebut secara jelas apa yang dimaksud dengan realitas keras itu.
Sebelum lawatan Kishi, Hanoi-Tokyo juga menyepakati kerja sama pertahanan. Kesepakatan itu memungkinkan Jepang mengekspor persenjataan dan teknologi militernya ke Vietnam. Kesepakatan itu juga bisa membuat Jepang-Vietnam bekerja sama pada penanggulangan pandemi Covid-19 hingga keamanan dunia maya.
Kishi menyebut kesepakatan itu akan memperkuat basis industri Jepang. Kesepakatan itu juga diharapkan bisa meningkatkan pada keamanan Vietnam dan Jepang.
Kesepakatan tersebut juga menunjukkan tahap baru bagi hubungan kedua negara. ”Kita harus meningkatkan kemampuan pertahanan secara radikal dan berbeda dibandingkan masa lalu,” kata Kishi.
Selama beberapa tahun terakhir, Jepang terus meningkatkan anggaran militernya. Pada 2022, Kemenhan Jepang meminta anggaran 22 miliar dollar AS. Dana itu antara lain untuk membeli lima kapal perang dan 12 jet F-35. Dana itu juga direncanakan digunakan untuk pengembangan pesawat tempur domestik.
Selain itu, Tokyo berencana meningkatkan kemampuan satuan rudalnya. Sebagian rudal itu akan dipasang dekat Pulau Senkaku. Tokyo berencana memasang rudal pertahanan udara ke sekitar kepulauan yang diperebutkan dengan Beijing itu.
Sejumlah pihak di China menuding Jepang bernafsu menyaingi anggaran militer China. Tudingan itu sulit dibenarkan antara lain karena jumlah anggaran pertahanan China hampir empat kali lipat dibandingkan Jepang. Pada 2021, anggaran pertahanan China mencapai 178 miliar dollar AS.
Alasan lain, Jepang hanya diizinkan mengalokasikan anggaran pertahanan paling banyak 1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Dengan PDB 5 triliun dollar AS, nilai maksimal anggaran pertahanan Jepang setara dengan usulan anggaran pertahanan 2022.
Jepang harus mengubah konstitusi dan aneka undang-undang di bawah konstitusi jika hendak meningkatkan anggaran pertahanan. Sudah bertahun-tahun Jepang berusaha mengubah itu. Sampai sekarang, upaya itu belum berhasil. (AFP/REUTERS)