Di Balik Jatuhnya Lembah Panjshir ke Tangan Taliban
Ada beberapa faktor penyebab kekalahan pasukan perlawanan di Lembah Panjshir yang begitu cepat. Taliban tampaknya belajar dari kegagalannya menundukkan pasukan Ahmed Shah Masood pada 1996-2001.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Pasca-kejatuhan kota Kabul ke tangan Taliban pada 15 Agustus lalu, sorotan langsung tertuju ke Lembah Panjshir yang berjarak hanya sekitar 80 kilometer arah timur laut ibu kota Afghanistan itu.
Pasalnya, Lembah Panjshir adalah area yang tidak dapat ditaklukkan oleh pasukan pendudukan Uni Soviet selama 10 tahun di Afghanistan (1979-1989) dan pasukan Taliban pada era kekuasaan jilid I (1996-2001).
Lembah Panjshir dengan panjang sekitar 75 km dan dikelilingi perbukitan terjal dikenal kuburan bagi para musuh yang ingin menguasai lembah itu. Segera setelah menguasai Kabul, Taliban langsung menuju area sekitar Panjshir dan menutupnya dari semua arah untuk mengantisipasi kemungkinan lembah itu dijadikan basis perlawanan terhadap Taliban seperti para era kekuasaan jilid I.
Pasukan Taliban langsung menguasai Provinsi Badakhshan dan Takhar di Afghanistan timur laut yang berbatasan langsung dengan Tajikistan. Dua provinsi tersebut dikenal sebagai jalur logistik pasukan Ahmed Shah Masood dari Tajikistan ke Panjshir dan sebaliknya saat melancarkan perlawanan terhadap rezim Taliban di Kabul pada tahun 1996-2001.
Taliban tampaknya belajar bahwa kegagalannya menundukkan pasukan Ahmed Shah Masood pada 1996-2001 akibat kegagalan mengontrol secara penuh Badakhshan dan Takhar saat itu. Kali ini, Ahmed Masood (putra dari Ahmed Shah Masood) dan pasukannya yang mencoba membangkang terhadap rezim Taliban di Kabul langsung terjepit dari semua arah lantaran Taliban sudah menguasai Badakhshan dan Takhar.
Karena itu, hanya dalam waktu enam hari setelah Panjshir dikepung pasukan Taliban, Ahmed Masood dan pasukannya langsung menyerah tanpa ada pertempuran berarti. Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, dalam konferensi pers di Kabul Senin (6/9/2021), mengklaim Taliban telah menguasai penuh Lembah Panjshir dan perang di Afghanistan sudah berakhir.
Berbeda jauh
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekalahan pasukan Ahmed Masood yang begitu cepat. Pertama, tertutupnya semua jalur bantuan logistik ke Panjshir. Berbeda jauh saat perang tahun 1996-2001 ketika Taliban selama lima tahun gagal menembus pertahanan lembah Panjshir karena gagal menutup jalur logistik dari utara, yakni dari Badakhshan dan Takhar.
Kedua, pasukan Ahmed Masood yang terdiri atas generasi muda etnis Tajik kurang berpengalaman dalam pertempuran besar. Berbeda dengan pasukan ayahnya yang sudah berpengalaman dalam pertempuran besar selama 10 tahun (1979-1989) melawan pasukan pendudukan Uni Soviet. Mereka juga bertempur dalam perang kota Kabul melawan pasukan Hez-i-Islami pimpinan Gulbuddin Hekmatyar (1992-1996). Sebaliknya, pasukan Taliban saat ini sudah berpengalaman dalam pertempuran besar melawan pasukan pendudukan AS selama 20 tahun (2001-2021).
Ketiga, Ahmed Masood tidak mendapat dukungan internasional sehingga tidak mendapat suplai logistik dari pasukan internasional, baik lewat udara maupun melalui penyusupan. Berbeda dengan Ahmed Shah Masood pada tahun 1996-2001 yang mendapat dukungan kuat internasional sehingga mendapat suplai logistik besar-besaran melalui Tajikistan.
Bahkan, Rusia dilaporkan kecewa terhadap Ahmed Masood yang dalam perundingan dengan Taliban meminta syarat terlalu tinggi, seperti meminta jatah 30 persen kursi di kabinet dan pemerintahan otonomi di Panjshir.