Australia Dorong Indonesia Proaktif di Isu Afghanistan
Dikenal memiliki persepsi diplomasi yang terbuka dan modal sosial memadai, Canberra menilai Jakarta mampu berperan dalam isu Afghanistan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isu Taliban merupakan isu strategis untuk wilayah Indo-Pasifik. Oleh karena itu, Australia selaku negara tetangga, sahabat, sekaligus anggota Dialog Keamanan Kuadrilateral atau Quad mendorong Indonesia agar bisa menjadi pemain penting untuk mendorong terciptanya pemerintahan di Afghanistan yang damai, moderat, dan menghormati hak-hak asasi manusia.
Hal tersebut disampaikan dalam pidato kunci Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne secara daring untuk Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). Ia berbicara setelah melakukan pertemuan dua tambah dua dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton.
”Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia juga merupakan pemain penting di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Ini adalah potensi besar yang harus kita manfaatkan untuk memastikan keamanan dan stabilitas di Afghanistan,” kata Payne.
Menurut dia, dalam pembahasan dengan ketiga rekan menteridan dengan negara-negara anggota Quad— Amerika Serikat, India, dan Jepang—posisi Indonesia terus disebut. Indonesia memiliki rekam jejak hubungan yang baik dengan pemerintahan Afghanistan di era Presiden Hamid Karzai dan Ashraf Ghani. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden periode 2014-2019 Jusuf Kalla masing-masing pernah berkunjung ke Afghanistan.
Indonesia terkenal memiliki persepsi diplomasi yang terbuka, bebas, dan aktif. Nilai-nilai ini kemudian diserap oleh Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Selain itu, Indonesia juga aktif terlibat mengembangkan pemahaman Islam yang moderat, demokratis, serta mengusung hak-hak perempuan dan anak. Pengalaman ini hendaknya bisa digunakan sebagai alat untuk mendekati Taliban dan menjadi pendorong agar mereka bersedia memenuhi janji membentuk pemerintahan yang inklusif dan pemberdayaan perempuan.
”Negara-negara di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, memahami betul bahaya dan kesulitan ketika Afghanistan menjadi sarang teroris karena penduduk Indonesia dan Malaysia ada yang dilatih di sana. Mereka kemudian melakukan serangan-serangan di kampung halaman sendiri. Kawasan Indo-Pasifik berharap Indonesia bisa berbagi ilmu dan cara pandang dengan Afghanistan,” tutur Payne.
Ekonomi hijau
Payne memaparkan, selain keaktifan Indonesia untuk isu hak asasi manusia di Afghanistan dan Myanmar, diskusi dengan Retno dan Prabowo juga mencakup pemulihan ekonomi selepas pandemi Covid-19. Hal ini diselaraskan pula dengan misi Quad, yaitu pembangunan berkelanjutan, teknologi strategis, pengadaan vaksin bagi semua negara Indo-Pasifik, dan penanganan krisis iklim.
Dalam hal ini, Indonesia dan Australia sama-sama menunjukkan bahwa di masa sulit akibat pandemi, keduanya tetap bisa menemukan harapan dan jalan untuk saling membantu. Australia membantu menyumbang 13 juta dosis vaksin Covid-19. Target di tahun 2021 adalah pengiriman 2,5 juta dosis. Saat ini Indonesia telah menerima 1,5 juta dosis vaksin merek Oxford-AstraZeneca.
Terdapat pula bantuan ventilator, oksigen cair, dan tabung oksigen. Dari Indonesia, Australia memperoleh bantuan perabotan dan bahan-bahan infrastruktur untuk pengadaan berbagai posko vaksin di ”Benua Kangguru”. Indonesia juga mengirim tim untuk membantu menangani kebakaran lahan Australia di tahun 2020.
Pelajaran yang diperoleh dari pandemi Covid-19 adalah pemulihan ekonomi tetap harus memikirkan keberlanjutan alam. Misi ini yang oleh Australia dan Indonesia dikoordinasikan agar kedua negara bisa memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon.
”Berbagai program pelestarian air bersih, pengurangan pencemaran, energi hijau, dan mitigasi krisis semakin digalakkan di berbagai wilayah di Indonesia sesuai kebutuhan masyarakat. Pemerintah daerah dan warga juga bertindak sebagai mitra,” kata Payne.
Dino Patti Djalal selaku pendiri dan Ketua FPCI mengingatkan Payne bahwa terlepas keakraban Australia dan Indonesia, Australia merupakan pemain penting di global karena bagian dari Quad. Hendaknya Quad sebagai aliansi keamanan Indo-Pasifik tetap mengedepankan kekuatan lunak, seperti diplomasi, bukan pendekatan keras yang berbasis militer dan persenjataan.
Koordinasi
Retno Marsudi dalam sambutannya setelah selesai melakukan pertemuan dengan Payne, Prabowo Subianto, dan Peter Dutton di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, mengatakan bahwa Australia merupakan mitra strategis dan komprehensif di wilayah Pasifik. Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara Pasifik di bulan Oktober. Dukungan dari Australia sangat penting.
”Kedua negara mendorong upaya pencegahan aksi terorisme, keamanan sektor siber, dan kemampuan pertahanan wilayah,” ujar Retno. Di ketiga sektor ini Indonesia dan Australia baru saja menandatangani nota kesepahaman.
Sementara itu, Prabowo mengungkapkan bahwa Indonesia baru membeli 15 unit kendaraan militer Bushmaster dari Australia dan dalam negosiasi untuk membeli lebih banyak lagi. Ia juga berterima kasih kepada militer Australia yang turut mencari kapal selam KRI Nanggala 402 ketika tertimpa musibah di Laut Jawa.
”Kami juga membicarakan kemungkinan Australia membuka tempat pelatihan militer mereka agar TNI bisa meningkatkan kompetensi di sana. Sejumlah kadet militer Indonesia juga akan ada yang bersekolah di Australia Defence Force Academy dan Royal Military College,” tuturnya. Sebaliknya, Indonesia juga meningkatkan kuota personel militer Australia yang ingin datang dan mempelajari bahasa Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Dutton mengatakan, latihan gabungan Australia dan Indonesia semakin penting untuk ketahanan kawasan. Di samping itu, TNI telah diundang menjadi pengamat dalam latihan gabungan militer Australia dengan AS pada bulan Juli.