Dua Kandidat Perempuan dalam Bursa Calon PM Jepang
Setelah PM Yoshihide Suga tidak maju lagi dalam bursa pemimpin puncak LDP, persaingan menjadi terbuka. Termasuk dua kandidat perempuan, Seiko Noda dan Sanae Takaichi, yang coba mendobrak maskulinitas politik Jepang.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TOKYO, JEPANG — Para pemimpin Partai LDP telah menentukan tanggal 29 September sebagai hari pemilihan pemimpin partai. Yoshihide Suga memutuskan tidak maju lagi dalam proses pemilihan itu. Pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru LDP, partai yang mengontrol parlemen Jepang, secara otomatis akan menentukan perdana menteri Jepang berikutnya. Saat ini dukungan publik terhadap Suga hanya tersisa 30 persen.
Sejumlah kandidat kuat laki-laki muncul ke permukaan, yaitu mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida dan menteri yang mengurusi program vaksinasi, Taro Kono. Keduanya telah menyatakan diri siap maju bersaing merebut posisi sebagai pemimpin puncak partai dan juga PM Jepang.
Namun, di luar dugaan, terdapat dua nama kandidat perempuan yang ikut meramaikan persaingan bursa pimpinan LDP. Keduanya adalah mantan Menteri Urusan Dalam Negeri Jepang, yaitu Sanae Takaichi dan Seiko Noda.
”Kita berbicara tentang seorang perdana menteri yang tengah menjabat, tiba-tiba berhenti, tepat sebelum pemilihan kepemimpinan LDP. Banyak yang akan berpikir ini adalah kesempatan besar,” kata Naoto Nonaka, seorang profesor politik komparatif di Universitas Gakushuin, Jumat (4/9/2021),dikutip dari laman kantor berita Kyodo.
Seiko Noda telah menyatakan keinginannya untuk maju. Namun, tidak seperti dua kandidat laki-laki, Kono dan Kishida, Noda belum menyatakan secara resmi ketertarikannya untuk bersaing memperebutkan posisi puncak pemimpin partai sekaligus PM Jepang tersebut. Namun, menurut stasiun televisi NHK, Noda telah menghubungi beberapa politisi LDP untuk mendapatkan dukungan.
Noda bukanlah seorang politisi baru. Sejak tahun 1993 dia telah memasuki percaturan politik di Jepang melalui partai ini dan memulai karier politiknya di majelis rendah Distrik Gifu, mewakili LDP. Kini, dia menjabat sebagai Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal LDP.
Dalam wawancaranya dengan Nippon.com, banyak orang menilainya kariernya di dunia politik–terutama–karena didorong sang kakek, Noda Uichi, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan dan Menteri Konstruksi pada kabinet Yoshida tahun 1953. Banyak orang menilai bahwa sang kakek memilih cucu perempuannya sebagai penerusnya di politik.
Namun, yang terjadi, menurut Noda, adalah sebaliknya. Sang kakek sangat menentang karier politiknya. ”Saya berpikir dia khawatir tentang apa yang akan terjadi denganku jika memasuki dunia yang didominasi laki-laki, dunia yang sepenuhnya maskulin,” kata Noda.
Keinginannya untuk mendorong kaum perempuan terjun ke dunia politik telah mendorongnya mengadakan berbagai kegiatan seputar hal ini, baik di Tokyo maupun di Distrik Gifu, yang diwakilinya. Noda menegaskan langkah awal ke arah ini adalah membebaskan diri dari pola pikir yang mengatakan tidak ada tempat bagi perempuan dalam politik.
Melalui aksinya, ia ingin terlebih dahulu meningkatkan jumlah perempuan di pemerintahan daerah. Dalam pemilihan kota pada tahun 2019, perempuan hanya menyumbang 14 persen dari perwakilan terpilih di dewan lokal.
Dukungan Abe untuk Takaichi
Berbeda dengan Noda yang belum terlihat dukungannya, pesaingnya Sanae Takaichi, menurut sumber yang dekat dengannya, dikutip dari kantor berita Kyodo, telah mendapat dukungan politik. Ia disebut-sebut telah mendapat restu dari mantan PM Jepang Shinzo Abe untuk maju sebagai kandidat orang nomor 1 di LDP sekaligus memimpin Jepang.
Dukungan Abe telah meningkatkan peluang Takaichi untuk maju, seperti halnya Kano yang didukung oleh Suga. Sumber yang dekat dengan Takaichi dan Abe, dikutip dari kantor berita Kyodo, mengatakan, dukungan dari Abe setidaknya membuat Takaichi mendapatkan 20 suara untuk bisa lolos dan ambil bagian secara resmi dalam kontestasi itu. Abe sendiri masih memiliki pengaruh yang kuat pada faksi terbesar LDP yang dipimpin eks kepala sekretaris kabinet Hiroyuki Hosoda.
Takaichi, anggota parlemen senior berusia 60 tahun, seperti halnya Noda, pernah menjabat sebagai menteri urusan dalam negeri. Takaichi yang dikenal sebagai pengagum mantan Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher pernah menduduki beberapa jabatan strategis di partai, termasuk Kepala Dewan Riset Kebijakan Partai.
Namun, dia juga pernah mendapat kritikan atas kunjungannya ke Kuil Yasukuni, sebuah kuil yang terkait dengan perang Jepang dengan China dan Korea Selatan, sebagai simbol militerisme masa lalu Jepang.