Uni Eropa Janji Kembalikan 20 Juta Dosis Vaksin Covid-19 ke Afrika Selatan
Uni Eropa, wilayah dengan tingkat vaksinasi Covid-19 tertinggi di dunia, mendatangkan 20 juta dosis vaksin merek Johnson and Johnson dari Afrika Selatan. Padahal, tingkat vaksinasi di Afrika terendah di dunia.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
KAMPALA, KAMIS — Uni Eropa akan mengembalikan 20 juta dosis vaksin Covid-19 merek Johnson and Johnson buatan Aspen Pharmacare dari Afrika Selatan. Tindakan ini dilakukan menyusul kritik dari negara-negara di Benua Afrika dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal etika dan komitmen pemenuhan vaksin Covid-19 untuk Benua Afrika.
”Sejak awal, Aspen Pharmacare berjanji bahwa vaksin yang mereka produksi hanya untuk dipakai di Benua Afrika demi memastikan tercapainya kekebalan massal,” kata Utusan Khusus Vaksinasi Covid-19 Uni Afrika, Strive Masiyiwa, Kamis (2/9/2021).
Aspen Pharmacare memenangi kontrak dengan perusahaan Amerika Serikat (AS) Johnson and Johnson (JnJ) untuk memproduksi vaksin Covid-19 di Afrika Selatan (Afsel) pada pertengahan 2021. Ini memberikan harapan bagi Benua Afrika untuk mengejar keterlambatan vaksinasi Covid-19. Apalagi, pemberian vaksin merek JnJ hanya cukup satu dosis per orang.
Dari 1,3 miliar penduduk di 54 negara di benua itu, baru 3 persen yang sudah divaksinasi Covid-19. Sementara jika hanya mengandalkan skema Covax yang bergerak di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemenuhannya akan lama sekali karena melibatkan antrean ratusan negara.
Dalam kontraknya, Aspen Pharmacare akan memproduksi 220 juta dosis vaksin Covid-19 JnJ per tahun. Semuanya didistribusikan di Benua Afrika. Sejalan dengan itu, negara-negara Afrika telah memesan 400 juta dosis. Sampai dengan Agustus, menurut Masiyiwa, baru 6,4 juta dosis yang telah didistribusikan.
Namun, tanpa ada alasan yang jelas, dua pekan lalu, Aspen Pharmacare mengirim 40 juta dosis vaksin JnJ ke Uni Eropa. Langkah ini dikritik oleh sejumlah pihak, termasuk WHO. Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku terkejut. Apalagi, tingkat vaksinasi di negara-negara Eropa adalah yang tertinggi di dunia. Sebaliknya, Afrika yang terendah.
Uni Eropa kemudian mengeluarkan keterangan tertulis bahwa pemesanan vaksin Covid-19 JnJ dari Afsel ini hanya bersifat sementara. Menurut mereka, pabrik utama JnJ di Amerika Serikat mengalami kendala sehingga tidak bisa produksi untuk beberapa waktu. Sebagai gantinya, sebagian pasokan diambil dari produksi di Afsel. Di saat yang sama, Uni Eropa tengah mengusahakan agar produksi JnJ untuk mereka bisa dipindah ke Belanda.
Akibat diterjang kritik dari sejumlah pihak, Uni Eropa akhirnya memutuskan mengembalikan vaksin Covid-19 dari Afsel. Dari 40 juta dosis yang dipesan, sebanyak 20 juta dosis telah dikirim ke Uni Eropa. Vaksin yang telah diterima ini, sesuai janji Uni Eropa, akan dikembalikan ke Afrika Selatan. Adapun sisanya dibatalkan.
”Selain (vaksin) dikembalikan, kami meminta Pemerintah Afrika Selatan membuka dokumen perjanjian dengan Aspen Pharmacare agar kasus ini bisa diselidiki secara transparan. Ini tindakan yang tak bermoral dan tak sesuai konstitusi,” kata Fatima Hassan dari Inisiatif Keadilan Kesehatan Afsel, dilansir dari harian LA Times.
Di Afrika Selatan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan negara tersebut, baru 7 persen dari 40 juta penduduknya yang telah menerima vaksinasi lengkap. Selain JnJ, negara ini juga menggunakan vaksin Covid-19 merek Pfizer-BioNTech sumbangan dari Amerika Serikat yang berjumlah 5,6 juta dosis.
Direktur Pusat Kesehatan, Hak Asasi Manusia, dan Pembangunan Uganda, Moses Muluka mengungkapkan, distribusi vaksin antarnegara di Benua Afrika tidak mulus. Masalah logistik dan infrastruktur masih menjadi kendala yang tidak tertangani dengan baik. Dari 44 juta penduduk Uganda, baru 1,7 juta yang diimunisasi Covid-19. (REUTERS/DNE)