Hampir dipastikan Turki-Taliban akan berkompromi soal bandara Kabul. Turki butuh pijakan pengaruh di Asia Tengah sebagai bagian dari ekspansi pengaruh geopolitik Turki pada era kekuasaan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Turki selama ini merasa punya hubungan baik dengan semua faksi politik di Afghanistan, termasuk Taliban, dan negara-negara yang punya hubungan khusus dengan Taliban, seperti Qatar dan Pakistan.
Karena itu, Turki ingin tetap menginjakkan kakinya di Afghanistan pada era kekuasaan Taliban jilid II saat ini. Turki pun tampak percaya diri keberadaannya di negara itu pascamundurnya Amerika Serikat dan NATO bisa diterima oleh Taliban.
Pasukan Turki di bawah bendera NATO telah berada di Afghanistan sejak 2002. Pasukan Turki itu tidak memiliki tugas tempur, tapi hanya bertugas sebagai koordinator dan pengelola logistik. Kini salah satu pintu Turki tetap bisa bertahan di Afghanistan adalah melalui proyek pengelolaan bandara Kabul.
Turki sudah menyampaikan penawaran kepada Taliban terkait pengelolaan bandara itu. Taliban secara prinsip menerima tawaran Turki tersebut. Bahkan, beberapa hari terakhir ini, Taliban justru lebih bersemangat menawarkan jasa pengelolaan bandara kepada Turki. Turki dan Taliban saat ini terlibat perundingan intensif terkait detail teknis pengelolaan bandara.
Turki semula menghendaki pasukannya yang berada di bawah bendera NATO tetap bertahan di Afghanistan. Tujuannya untuk membantu keamanan bandara saat dikelola Turki.
Namun, Taliban meminta pasukan Turki tetap harus ditarik dari Afghanistan selambat-selambatnya pada 31 Agustus ini, bersamaan dengan ditariknya pasukan AS dan sekutunya. Taliban hanya menerima aparat keamanan Turki yang dikirim ke Kabul untuk membantu keamanan pengelolaan bandara dengan bendera dan mekanisme yang berbeda.
Isu aparat keamanan Turki yang akan ditempatkan di bandara Kabul itu kini menjadi agenda perundingan alot antara Turki dan Taliban, baik terkait jumlah maupun jenis senjatanya.
Serangan NIIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) Khorasan di bandara Kabul pada Kamis (26/8/2021) yang menewaskan lebih dari 100 orang menurunkan kepercayaan Turki atas kemampuan aparat keamanan Taliban.
Ini membuat perundingan Turki-Taliban semakin alot karena Turki diberitakan meminta aparat keamanannya yang akan ditempatkan di bandara Kabul dibekali senjata berat dan canggih. Turki juga meminta aparat keamanannya menjadi tim keamanan inti bandara Kabul.
Adapun aparat keamanan Taliban hanya membantu aparat keamanan Turki. Taliban diberitakan masih minta waktu untuk menerima skema tawaran Turki tersebut.
Akan tetapi, hampir dipastikan Turki-Taliban akan menemukan jalan kompromi karena kedua pihak saling membutuhkan. Taliban butuh tenaga profesional untuk mengelola bandara Kabul dan kebutuhan itu bisa dipenuhi Turki. Taliban juga butuh Turki untuk menunjukkan bahwa kelompok tersebut kini lebih terbuka dalam pergaulan internasional.
Sebaliknya, Turki butuh pijakan pengaruh di Asia Tengah sebagai bagian dari ekspansi pengaruh geopolitik Turki pada era kekuasaan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dalam catatan sejarah, Asia Tengah sudah di bawah pengaruh Turki pada era dinasti Ottoman 1299 M-1924 M.
Ke depan, Turki tampaknya ingin menancapkan pengaruhnya di Asia Tengah, khususnya Afghanistan, dalam upaya meningkatkan nilai strategis Turki di mata kekuatan dunia, seperti AS, China, dan Rusia. Begitu pula atas kekuatan regional, seperti Iran, Pakistan, India, dan negara-negara Asia Tengah, semacam Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan.