Tidak Ada Lagi Pasukan AS, Afghanistan Kini Sepenuhnya Dikendalikan Taliban
Tidak ada lagi pasukan AS di Afghanistan setelah Washington menuntaskan penarikan total pasukannya pascaperang 20 tahun. AS juga menutup kedutaan besarnya di Kabul dan mengalihkan operasinya ke Doha, Qatar.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
KABUL, SELASA — Tidak ada lagi pasukan Amerika Serikat di Afghanistan setelah Washington menuntaskan penarikan penuh pasukannya dari Afghanistan, Senin (30/8/2021) tengah malam, sekaligus mengakhiri 20 tahun perang di negeri itu. Afghanistan pun kembali ke tampuk kekuasaan penuh Taliban yang menguasai ibu kota Kabul dan menggulingkan pemerintahan dukungan Barat sejak 15 Agustus lalu.
Tembakan salvo dan kembang api untuk merayakan kepergian pasukan AS dan berkuasa penuhnya Taliban terdengar secara serempak di sejumlah tempat di Kabul. Juru bicara Taliban, Qari Yusuf, mengatakan dalam siaran televisi Al Jazeera, ”Tentara terakhir AS telah meninggalkan Kabul. Negara kami pun memperoleh kemerdekaan penuh.”
Di Washington DC, Presiden AS Joe Biden menyampaikan terima kasih kepada militer AS yang telah melakukan proses evakuasi paling berisiko dalam misi AS di Afghanistan. ”Sekarang, kehadiran militer kami selama 20 tahun di Afghanistan telah berakhir,” kata Biden.
Jenderal Frank McKenzie, Komandan Komando Tengah AS, mengatakan kepada Pentagon bahwa Penjabat Duta Besar AS untuk Afghanistan Ross Wilson berada dalam penerbangan C-17 Globemaster III terakhir yang lepas landas satu menit sebelum tengah malam, Senin waktu Kabul.
”Semua personel layanan AS keluar dari Afghanistan. Saya memastikan itu 100 persen,” katanya.
Untuk pertama kalinya sejak 2001, tidak ada lagi pasukan asing di Afghanistan. AS menuntaskan evakuasi sebagian besar warganya dan ribuan warga Afghanistan yang terancam keselamatannya karena pernah bekerja bersama negara-negara asing.
AS mengevakuasi lebih dari 5.500 warganya sejak penerbangan evakuasi dimulai pada 14 Agustus. Sejak itu pula lebih dari 122.000 orang telah diterbangkan keluar dari Kabul.
Walau demikian, sejumlah kecil warga Amerika memilih untuk terus tinggal di Afghanistan agar tetap dapat berkumpul dengan anggota keluarganya. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperkirakan, satu rombongan warga Amerika berjumlah kurang dari 200 orang atau mungkin mendekati 100 orang ingin keluar dari Afghanistan, tetapi tidak dapat mencapai penerbangan terakhir. Mereka akan diupayakan keluar dari negara itu melalui perjalanan darat ke negara-negara tetangga Afghanistan.
Washington dan sekutunya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), telah mengerahkan kekuatan udara secara besar-besaran dalam proses evakuasi warga. Namun, upaya mereka selama dua minggu terakhir diwarnai kekacauan. Upaya mereka diganggu oleh serangan bom bunuh diri militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS)-Khorasan di luar Bandara Kabul sehingga hampir 200 orang tewas, termasuk 13 personel militer AS.
Kekacauan dan serangan teror membuat upaya evakuasi terhambat. Puluhan ribu warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat dan memenuhi syarat untuk evakuasi terpaksa ditinggal. Negara-negara Barat, termasuk AS, lebih mengutamakan warga negaranya sendiri meski sebagian warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk pergi telah berhasil dievakuasi.
Biden, dalam sebuah pernyataan, membela keputusannya untuk tetap menuntaskan penarikan penuh pasukan AS pada Selasa ini. Namun, batas akhir ini tidak berarti semua warga Afghanistan yang ingin pergi bisa dievakuasi.
Presiden Biden mengatakan, pihaknya mengharapkan Taliban untuk terus mengizinkan perjalanan yang aman bagi orang-orang Amerika dan lainnya untuk meninggalkan Afghanistan setelah penarikan penuh militer AS dituntaskan. Namun, ada kekhawatiran tentang bagaimana mereka dapat pergi jika tidak ada pengamanan dan pesawat datang dan pergi ke Bandara Kabul.
Puluhan ribu warga Afghanistan yang berisiko, seperti penerjemah yang bekerja dengan militer AS, jurnalis, dan pembela hak-hak perempuan, juga telah ditinggalkan akibat keterbatasan waktu evakuasi dan keamanan yang dibayangi serangan teror. Tidak jelas bagaimana nasib mereka. Para pejabat sangat khawatir bahwa Taliban kemungkinan akan membalas dendam terhadap mereka.
”Ada banyak yang patah hati terkait dengan kepergian ini. Kami tidak bisa mengeluarkan semua orang yang ingin kami keluarkan. Tetapi, saya pikir jika kami bertahan 10 hari lagi, kami juga tetap tidak akan bisa mengeluarkan semua orang,” kata McKenzie kepada wartawan.
Komitmen Taliban
Menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan Inggris, AS, dan negara-negara lain, Minggu (29/8/2021), Taliban telah berkomitmen mengizinkan semua warga negara asing dan warga Afghanistan dengan izin perjalanan dari negara lain untuk meninggalkan Afghanistan. ”Dunia akan menagih komitmen Taliban untuk mengizinkan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan Afghanistan,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
Blinken mengatakan, AS siap untuk bekerja dengan pemerintah baru Taliban jika pemerintahan Taliban tidak melakukan pembalasan terhadap apa yang selama ini disebut ”musuh” kelompok itu di Afghanistan. ”Taliban mencari legitimasi dan dukungan internasional. Posisi kami jelas, legitimasi dan dukungan apa pun harus diusahakan untuk diraih,” kata Blinken dalam konferensi pers beberapa jam setelah penerbangan evakuasi terakhir AS dari Kabul.
Blinken mengatakan, Washington menangguhkan kantor perwakilan diplomatiknya di Kabul dan mengalihkan operasinya ke Doha, Qatar. ”Pasukan kami telah meninggalkan Afghanistan,” kata Blinken. ”Babak baru keterlibatan AS dengan Afghanistan telah dimulai. Misi militer telah berakhir, misi diplomatik baru telah dimulai.”
Dengan tuntasnya penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Biden dijadwalkan akan berbicara lewat jaringan televisi nasional kepada warga Amerika, Selasa sore waktu Washington DC atau Rabu (1/9/2021) dini hari WIB. Biden menuai kritik keras dari Republiken dan beberapa rekan Demokrat-nya atas keputusan Washington di Afghanistan sejak Taliban mengambil alih Kabul pertengahan Agustus lalu.
Senator Ben Sasse, anggota Komite Intelijen Senat dari Partai Republik, menyebut penarikan AS sebagai ”aib nasional” yang merupakan akibat langsung dari tindakan pengecut dan ketidakmampuan Biden. ”Presiden membuat keputusan yang secara moral tidak dapat dipertahankan…. Ketidakhormatan adalah pilihan presiden,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Senator Demokrat Sheldon Whitehouse mencuit di Twitter, ”Bravo untuk diplomat, militer, dan badan intelijen kami. Transportasi udara untuk 120.000 orang dalam situasi berbahaya dan penuh gejolak itu adalah sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain.”
Biden mengatakan, AS telah lama mencapai tujuan yang ditetapkan dalam menggulingkan Taliban pada 2001. Saat itu, Taliban digulingkan karena bekerja sama dengan dan menyembunyikan kelompok militan Al Qaeda yang mendalangi serangan 11 September di Washington DC dan New York. Selama perang 20 tahun, hampir 2.500 tentara AS dan 240.000 warga Afghanistan tewas.
Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis Senin pada (30/8/2021), hanya 38 responden warga Amerika yang menyetujui langkah Biden menarik pasukan AS dari Afghanistan. Sementara 51 persen responden tidak setuju. Tiga perempat responden menginginkan pasukan AS tetap berada di negara itu sampai semua warga sipil Amerika bisa keluar. (REUTERS/AFP/AP)