Sejumlah pemimpin dan menteri luar negeri negara Timur Tengah berkumpul di Baghdad, Irak. Ada harapan, momen itu langkah awal meredakan ketegangan kawasan.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pertemuan bertajuk Konferensi Baghdad untuk Kerja Sama dan Kemitraan itu berlangsung pada Sabtu (28/8/2021). Ada enam pemimpin Arab (tiga kepala negara dan tiga kepala pemerintahan) dari Mesir, Jordania, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), dan tuan rumah Irak plus Presiden Perancis Emmanuel Macron yang hadir. Arab Saudi, Iran, dan Turki juga ambil bagian dengan mengirim menteri luar negeri.
Dari keterwakilan negara, konferensi itu cukup lengkap mewakili pihak-pihak yang bersaing dan berebut pengaruh di kawasan Timur Tengah. Arab Saudi dan Iran terlibat perang proksi di Yaman, serta perebutan pengaruh di Lebanon. Turki dan Iran berada di posisi dengan kepentingan berbeda, meski tak saling berhadapan langsung, dalam konflik Suriah.
Iran juga terlibat ketegangan dengan negara-negara Arab Teluk lainnya terkait tuduhan bahwa Teheran berada di balik sabotase terhadap beberapa kapal di area perairan Teluk. Iran menepis tuduhan itu. Beberapa negara itu juga menjadikan Irak sebagai salah satu arena pertarungan pengaruh dan kepentingan. Rivalitas dan persaingan mereka membuat kawasan pun selalu tegang, tidak ada kedamaian.
Mengingat hal itu semua, maklum jika tuan rumah Irak dan penyelenggara bersama Perancis menyebut keberhasilan mengumpulkan pemimpin dan pejabat dari negara-negara itu untuk mau bertemu merupakan kesuksesan tersendiri. Presiden Macron menyebut pertemuan itu ”bersejarah”.
Apalagi, pertemuan mereka tidak terbatas pada konferensi itu saja. Sebelum konferensi, PM dan Wakil Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. Juga, Menlu Iran Hossein Amirabdollahian bertemu dengan Menlu Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Mohammad al-Sabah dan Menlu UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan.
Memang, tidak ada laporan soal pertemuan langsung antara Amirabdollahian dan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan. Juga tak ada terobosan diplomatik, apakah dalam bentuk komitmen atau pernyataan bersama, pada pertemuan tersebut. Namun, dalam dunia diplomasi, kesediaan mereka untuk hadir dalam satu forum sudah berarti banyak.
Sorotan utama pada pertemuan di Baghdad itu tertuju pada Arab Saudi dan Iran. Rivalitas dua negara ini mewarnai ketegangan di kawasan. Andai keduanya dapat didamaikan, niscaya ketegangan mereda. Upaya ke arah itu telah, sedang, dan akan terus dilakukan Irak. April lalu, Pemerintah Iran dan Arab Saudi telah menggelar pertemuan langsung di Baghdad.
Ada secercah harapan di Negeri Seribu Satu Malam. Upaya membangun jembatan guna merekatkan Riyadh dan Teheran telah dilakukan di Baghdad. Konferensi Sabtu lalu menjadi bagian dari jembatan itu dan, seperti diungkapkan Menlu Irak Fuad Hassan, akan berlanjut pada kesempatan berikutnya.