Paus: Doa, Puasa, dan Solidaritas untuk Warga Afghanistan
Paus Fransiskus mengikuti situasi yang berkembang di Afghanistan dengan sangat prihatin. Dia mengajak umatnya di dunia untuk berdoa dan berpuasa bagi perdamaian Afghanistan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
VATIKAN, SENIN — Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Sedunia Paus Fransiskus, Minggu (29/8/2021), di Vatikan, meminta umatnya di dunia agar berdoa dan berpuasa bagi perdamaian Afghanistan. Dia mengaku mengamati situasi yang berkembang di Afghanistan dengan penuh kekekhawatiran.
Paus kelahiran Flores, Buenos Aires, Argentina, 84 tahun silam, itu juga menyatakan bahwa dia merasa sangat terlibat dalam penderitaan warga Afghanistan. Dia mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk menunjukkan solidaritas yang tinggi terhadap warga Afgahistan yang sedang kesulitan.
”Saya meminta semua untuk terus membantu mereka yang membutuhkan. Juga berdoa agar dialog dan solidaritas dapat membawa kehidupan yang damai dan persaudaraan yang menawarkan harapan bagi masa depan negara ini,” katanya merujuk Afghanistan, seperti dilaporkan Reuters.
Menurut Paus Fransiskus, dia merasa sangat dekat dengan ”mereka yang mencari bantuan dan perlindungan”. Pernyataan itu merupakan sebuah referensi yang jelas untuk semua orang, terutama warga Afghanistan, yang sedang berusaha dengan rasa putus asa lari meninggalkan negaranya.
Paus berbicara kepada para peziarah dan turis saat Doa Angelus pada Minggu sore di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Doa Angelus atau Doa Malaikat Tuhan adalah salah satu devosi untuk menghormati sabda Tuhan yang menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Menurut Paus, sudah seharusnya umat Katolik juga menyatakan solidaritas dengan sesamanya di Afghanistan tanpa pandang bulu.
Situasi yang berkembang di Afghanistan diamati Paus. Dia menyatakan turut ambil bagian dalam penderitaan warga Afghanistan yang kalut dan berduka atas kematian hampir 200 orang akibat serangan bom bunuh diri, Kamis lalu, di luar Bandara Kabul.
”Saya mengikuti situasi di Afghanistan dengan sangat prihatin. Saya ikut merasakan penderitaan mereka yang berduka atas orang-orang yang kehilangan nyawa dalam serangan bunuh diri Kamis lalu, dan mereka yang mencari bantuan dan perlindungan. Pada saat-saat bersejarah seperti ini kita tidak bisa tetap acuh tak acuh, sejarah Gereja mengajarkan ini,” kata Paus.
”Sebagai orang Kristen, situasi ini membuat kita bersatu. Saya mengimbau semua orang untuk berdoa dan berpuasa, doa dan puasa, doa dan penyesalan. Sekarang saatnya untuk melakukannya,” kata Paus, yang lahir pada 17 Desember 1936 itu.
Menurut Vatican News, Paus menyerukan umatnya agar menunjukkan solidaritas kepada rakyat Afghanistan, terutama perempuan dan anak-anak. ”Mari kita terus membantu mereka yang membutuhkan. Berdoalah agar dialog dan solidaritas bisa bermuara pada koeksistensi yang damai dan persaudaraan,” katanya.
Afghanistan merupakan negara yang memiliki sejarah panjang kekerasan dan perang. Taliban pernah menguasai pemerintahan Afghanistan pada periode 1996-2001. Setelah dipukul mundur pasukan AS dan sekutu pada Oktober 2001, kehidupan warga Afghanistan membaik meskipun masih banyak persoalan masih dihadapi warganya, terutama perempuan.
Kembalinya Taliban ke kekuasaan dengan merebut Kabul, ibu kota Afghanistan, 15 Agustus 2021, memicu ketakutan akan rezim yang represif sebagaimana terjadi pada 1996-2001. Akhirnya, banyak warga sipil Afghanistan dan warga asing berusaha meninggalkan negara itu sebelum penarikan penuh pasukan asing, 31 Agustus ini.
Di tengah kekacauan seperti itu, terjadi serangan teroris yang dilakukan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah-Khorasan (NIIS-K) atau Negara Islam Khorasan (NIK), sayap Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Kamis lalu. Dua serangan bom bunuh diri di tengah kerumunan massa di luar Bandara Kabul, Kamis lalu, menewaskan hampir 200 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil Afghanistan, 26 anggota Taliban, dan 13 anggota militer AS.
”Saya memercayakan jiwa-jiwa mereka yang meninggal kepada belas kasihan Tuhan Yang Mahakuasa. Saya berterima kasih kepada mereka yang bekerja untuk membantu orang-orang yang mengalami cobaan berat ini, terutama para wanita dan anak-anak,” kata Paus. (REUTERS/AFP)