Pertarungan ”Kakek dan Cucu” di Perang Taliban Melawan Negara Islam Khorasan
Ledakan bom di Kabul, Kamis (26/8/2021), menguak pertentangan di antara kelompok-kelompok garis keras di Afghanistan dan wilayah sekitarnya. Padahal, kelompok-kelompok itu memiliki irisan. Bagaimana itu bisa terjadi?
Di tengah ribuan orang yang berdesakan menuju Bandara Kabul, milisi Negara Islam Khorasan kembali menunjukkan kekejamannya. Lewat dua bom bunuh diri dan serangkaian penembakan pada Kamis (26/8/2021), 73 orang tewas dan sedikitnya 150 orang cedera.
Taliban dan para pejabat intelijen Amerika Serikat serta sekutunya sudah mengendus potensi serangan itu beberapa hari lalu. Taliban, yang menguasai Kabul sejak 15 Agustus 2021, meminta semua orang menjauhi bandara.
Baca juga: Masa Depan Hubungan Taliban dengan Al Qaeda
Insiden pada Kamis siang menunjukkan, peringatan itu tidak main-main. Peristiwa itu juga bisa menimbulkan pertanyaan banyak orang: bagaimana mungkin milisi Negara Islam Khorasan (NIK) bisa beraksi di kota yang sudah dikuasai Taliban? Bukankah Taliban, Al Qaeda, NIK sama-sama kelompok milisi yang meyakini pembentukan negara berbasis agama dan menyetujui penggunaan kekerasan demi tujuan itu?
Pertanyaan itu wajar diajukan karena keamanan Kabul diurus faksi Haqqani, salah satu faksi Taliban yang dikenal paling brutal dibanding faksi lain di kelompok itu. Sementara salah satu pemimpin NIK, menurut Colin Clarke dari Shoufan Group, adalah Shahab Al Muhajir yang pernah bergabung dengan faksi Haqqani.
Clarke, yang menjadi direktur riset pada lembaga konsultan keamanan bentukan mantan agen FBI itu, mengatakan bahwa NIK memiliki hingga 5.000 milisi. Sebagian dari mereka berasal dari Asia Selatan.
Selama AS menduduki Afghanistan, ribuan milisi dan tokoh NIK ditahan di berbagai penjara di Afghanistan. Kala Taliban mulai menguasai lagi Afghanistan lewat serangkaian serbuan sejak Mei 2021, banyak milisi dan tokoh NIK bebas.
Mereka kabur dari penjara-penjara di wilayah yang direbut Taliban dari pasukan pemerintah. Sebagian dari mereka menyusup ke Kabul. Karena itu, pejabat intelijen AS dan sekutunya memperingatkan potensi serangan NIK sejak beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bom Meledak di Bandara Kabul
Tidak semua milisi dan tokoh NIK bebas. Taliban malah mengeksekusi Abu Omar Al-Khorasani yang mengklaim sebagai gubernur NIK di Nangarhar.
Sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal pada Jumat (27/8/2021), Al Khorasani awalnya gembira karena Taliban mulai merebut berbagai wilayah dari pasukan pemerintah. Kala menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021, Taliban mendatangi penjara tempat Khorasani ditahan. Alih-alih dibebaskan, ia ditembak mati bersama sejumlah milisi NIK di penjara itu.
Khorasani memang dijatuhi vonis mati oleh pengadilan Afghanistan setelah ditangkap pada Mei 2020. Namun, di luar skenario, eksekutornya ternyata bukan aparat pemerintah, melainkan Taliban.
Khorasani tidak hanya diburu Pemerintah Afghanistan. Ia juga diburu Taliban, termasuk faksi Haqqani. Di Nangarhar, provinsi Afghanistan di perbatasan Afghanistan-Pakistan, faksi Haqqani dan NIK bolak-balik baku tembak.
Selain di Nangarhar, NIK juga mengklaim punya milisi di Provinsi Jowzjan, Afghanistan. Sejak NIK dideklarasikan beberapa tahun lalu, Taliban sudah tidak suka. Sebab, NIK dianggap menjadi penghalang upaya Taliban berkuasa di Afghanistan.
Clarke menyebut, NIK dan Taliban memang berbeda. Taliban fokus pada Afghanistan. Sementara NIK mengikuti induknya, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), membentuk kekhalifahan lintas negara. ”NIK tidak percaya politik,” ujar Clarke.
Meski Taliban bolak-balik menyatakan ingin membentuk negara Islam di Afghanistan, NIK menganggapnya tidak cukup. Bahkan, Muhajir mengumumkan perang melawan Taliban, AS, dan Pemerintah Afghanistan sekaligus. Taliban dinilai berkhianat karena menyepakati perdamaian dengan AS pada Februari 2020 di Doha, Qatar.
Peringatan itu kian santer menjelang batas akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan per 31 Agustus 2021. Peringatan serupa juga disampaikan Pemerintah Inggris dan Australia. Sejumlah pejabat intelijen Pakistan menyebut, NIK lebih memusuhi Taliban dibanding AS dan pasukan pemerintah. Milisi NIK menyakini, perang melawan Taliban sebagai tugas suci. Karena itu, selain melawan pasukan Pemerintah Afghanistan dan AS, milisi Taliban juga sibuk baku tembak dengan milisi NIK selama bertahun-tahun.
Hubungan Taliban dengan NIK memang rumit walau sudah berakar sejak puluhan tahun lalu. Semua dimulai dengan kehadiran Osama bin Laden, Abdullah Azzam, dan sejumlah militan Timur Tengah lain di Afghanistan selama perang Afghanistan-Uni Soviet 1979-1989.
Baca juga: Beragam Wajah Taliban
Pada 1988, Osama dan Abdullah mendeklarasikan Al Qaeda di Afghanistan. Mereka tetap di sana kala Taliban, yang dibentuk pada Januari 1994 oleh Mohammed Omar dan Abdul Ghani Baradar bersama 28 orang lain, menguasai mayoritas Afghanistan pada 1996-2001.
Dalam dokumen yang disita Amerika Serikat dari persembunyian Osama di Pakistan pada 2011, Omar tidak tahu rencana serangan 11 September 2001 yang dilancarkan Al Qaeda. Menurut dokumen itu, sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal pada Jumat (27/8/2021), Omar dan Osama bersitegang beberapa waktu sebelum serangan terjadi.
Serangan itu membuat AS menyerbu Afghanistan. Taliban dan Al Qaeda kocar-kacir dan butuh bertahun-tahun untuk membangun kembali kekuatannya. Selama proses itu, Taliban tetap fokus pada Afghanistan. Sementara Al Qaeda tetap pada prinsip mendirikan negara Islam lintas negara. Karena itu, cabang Al Qaeda tersebar di sejumlah negara.
Salah satu cabang Al Qaeda ada di Irak (AQI) dan dipimpin warga Jordania, Abu Musab Al Zarqawi. Pada Juni 2006, Al Zarqawi tewas dalam serangan udara AS. Penggantinya, Abu Ayyub Al Masri, memutuskan berkoalisi dengan kelompok milisi lain di Irak lalu mendeklarasikan Negara Islam di Irak pada Oktober 2006.
Kelompok itu menunjuk Hamid Dawud Al Zawi alias Abu Umar Al Baghdadi sebagai pemimpin. AS dan Irak mengumumkan kematian Abu Umar pada 2010.
Penggantinya, Ibrahim Awad Al Samarai alias Abu Bakar Al Baghdadi, membawa NII meluaskan wilayah ke Suriah di tengah perang saudara Suriah. Al Baghdadi mendeklarasikan NIIS pada 2013. Sejak deklarasi itu, militan di berbagai negara menyatakan dukungan pada NIIS.
Baca juga: Pemimpin Penting Taliban Jalaluddin Haqqani Meninggal
Sebagian dari mereka ada di Nangarhar dan Jowzjan, Afghanistan. Mereka menyebut kelompoknya sebagai Negara Islam Khorasan, sebutan lama untuk wilayah yang kini terbagi ke tiga wilayah negara, yakni Iran, Afghanistan, dan Rusia.
Taliban tidak suka dengan NIK maupun induknya, NIIS. AL Qaeda, yang dianggap bersaudara dengan Taliban, juga menyatakan tidak suka pada NIIS. Pada 2015, Al Qaeda dan Taliban sama-sama menyatakan tidak berhubungan dengan NIIS. Padahal, NIIS didirikan dari Al Qaeda cabang Irak.
Secara ringkas, NIIS dapat disebut anak Al Qaeda dan NIK serta kelompok lain adalah cucunya. Kini, si cucu melawan kakek-neneknya, Al Qaeda dan Taliban. (AFP/REUTERS/RAZ)