Setelah pemerintah Arab Saudi melonggarkan kebijakan pembatasan secara bertahap, warga Saudi kembali menikmati ”kebebasan” hidup. Restoran dan kafe kembali penuh pelanggan, mendongkrak perekonomian negara itu.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Ketika David Burke, koki terkenal dari Amerika Serikat, membuka restoran keduanya di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, awal Agustus lalu, warga Arab Saudi sangat antusias. Ratusan warga, laki-laki dan perempuan, segera memesan dan memadati restorannya untuk menikmati masakan dan minuman non-alkohol yang dicampur jus buah dan minuman ringan lain (mocktail). Suasana di restoran itu pun makin semarak berkat alunan musik pop campuran Arab dan Barat.
Pemandangan seperti itu di luar kebiasaan. Biasanya warga Arab Saudi tidak mau keluar rumah atau bepergian ke mana-mana ketika hari sedang terik, yang suhu uadaranya terkadang mencapai hingga 50 derajat celsius saat musim panas. Tetapi, warga seakan tak sabar keluar rumah setelah pemerintah melonggarkan kebijakan pembatasan wilayah dan pembatasan pergerakan masyarakat akibat pandemi Covid-19. Mereka lalu berduyun-duyun ke restoran-restoran dan kafe-kafe yang berada di mal terbuka bernama The Zone.
Noura (21), salah satu pemilik restoran mewah di mal itu, menuturkan bahwa banyak orang sudah memesan tempat di restorannya sejak beberapa pekan sebelumnya. Itu pun masih banyak yang harus antre. Ia kebanjiran konsumen setiap pekan. Padahal, sebelum Agustus ini, restorannya sepi gara-gara pandemi.
Pemerintah Arab Saudi sejak Mei lalu sudah memperbolehkan warganya bepergian ke luar negeri tanpa perlu mengantongi izin dari aparat. Sebelumnya, selama satu tahun pemerintah memberlakukan larangan bepergian karena pandemi Covid-19.
Meski demikian, tetap saja masih ada negara-negara tertentu yang tidak boleh didatangi. Banyak warga kemudian memilih bepergian keliling kota di dalam negeri saja dan bekerja sambil berlibur.
Setelah kebijakan pembatasan dilonggarkan, tingkat konsumsi tumbuh sekitar 1,3 persen pada kuartal pertama dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Nilai transaksi di negara Teluk Arab yang menjadi salah satu indikator belanja konsumen melonjak 71,7 persen pada bulan Mei menjadi 10,7 miliar dollar AS.
Tingkat konsumsi naik lagi 4,6 persen pada Juni. Ini didorong oleh lonjakan 96,7 persen berkat pengeluaran di restoran dan hotel. Ada juga peningkatan 6,6 persen untuk pengeluaran makanan dan minuman.
”Tingkat konsumsi sudah pulih cukup kuat dan akan menjadi pendorong utama masa-masa pemulihan tahun 2021. Ini berkat pengembangan sektor pariwisata,” kata Kepala Ekonom Abu Dhabi Commercial Bank Monica Malik.
Menurut Bank Dunia, konsumsi rumah tangga menyumbang perekonomian Arab Saudi sekitar 43 persen pada 2020. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi Arab Saudi setelah pada tahun lalu goyang akibat pandemi Covid-19 dan anjloknya permintaan akan minyak bumi, komoditas ekspor utama Arab Saudi.
Wisata lokal
Sejak kebijakan pembatasan dilonggarkan secara bertahap, semua restoran, kafe, bioskop, dan hotel di Riyadh penuh. Bahkan, tempat-tempat baru banyak bermunculan. Di restoran Burke, karyawan muda perempuan dan laki-laki Arab Saudi tampak berseliweran. Ada pemain perkusi yang mendampingi disc jockey (DJ). Suasana seperti ini tidak akan terjadi 10 tahun lalu.
Kehidupan ”bebas” seperti ini tidak akan terjadi jika penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), tidak mulai mengubah secara perlahan-lahan kerajaan yang konservatif. Dulu, segregasi jender kuat ditegakkan oleh aparat keamanan. Perubahan ini dilakukan MBS demi meningkatkan kualitas hidup dan menarik minat perusahaan dan individu-individu asing yang potensial.
MBS juga fokus mengembangkan sektor wisata dalam negeri sebagai bagian dari reformasi sosial dan ekonominya. ”Sekitar 10 tahun lalu, kami tidak pernah membayangkan akan bisa membuka bisnis restoran dan kafe karena ada segregasi jender di restoran dan aturan yang ketat. Situasinya dulu tidak menyenangkan. Sekarang sudah ideal,” kata rekan Burke di Arab Saudi, Osamah Hussein, yang juga memiliki sejumlah restoran dan hotel di Arab Saudi.
Meski sudah ”bebas”, minuman beralkohol tetap dilarang. Tetapi, acara-acara hiburan, seperti konser, bioskop, pertunjukan musik langsung, dan ajang-ajang olahraga sudah diperbolehkan.
Abdallah Mansour (28) dan istrinya, Reem, warga Dammam, mengaku menikmati ”kebebasan” di Arab Saudi. Keduanya juga senang karena semakin banyak restoran luar negeri yang membuka cabang di Arab Saudi. Seperti restoran mewah asal Italia, Cipriani, restoran langganan mereka ketika berkunjung ke Riyadh. Dammam, kota di wilayah timur, berjarak sekitar 400 kilometer sebelah timur laut Riyadh.
”Dulu kami selalu pergi ke Eropa untuk beberapa pekan. Tetapi, karena kita tidak bisa bepergian karena Covid-19, kami memutuskan menghabiskan dan menikmati waktu bepergian ke sejumlah daerah di Arab Saudi saja,” kata Mansour.
Ketika berada di Riyadh, keduanya sering mencicipi restoran-restoran yang baru, seperti Nobu dan Mamo. ”Harganya memang mahal, tetapi hebatnya restoran-restoran itu sekarang sudah buka di Arab Saudi. Kami biasanya harus pergi ke London hanya untuk menikmati makan di Nobu. Sekarang sudah ada di sini,” kata Reem. (REUTERS)