AS Beri Akses Semikonduktor Teknologi Rendah ke Huawei
Izin ekspor untuk Huawei bukan karena ada pelonggaran pembatasan. Izin diberikan karena ada tekanan dari industri AS yang menggunakan produk buatan Huawei atau memasok ke Huawei.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Sembari mempertahankan larangan untuk teknologi mutakhir, Amerika Serikat mengizinkan raksasa teknologi China, Huawei, mengakses semikonduktor teknologi rendah. Wujudnya adalah izin penjualan semikonduktor untuk komponen pendukung di mobil.
Dalam pernyataan pada Rabu (25/8/2021) siang waktu Washington atau Kamis dini hari WIB, dua senator Republiken mengecam izin itu. ”Tidak dapat diterima bahwa pemerintahan Biden melonggarkan pembatasan untuk perusahaan mata-mata China, seperti Huawei,” kata senator Tom Cotton.
Senator lain, Marco Rubio, menyebut izin itu contoh kegagalan pemerintahan Joe Biden melindungi keamanan dan ekonomi AS. Biden didesak untuk meningkatkan hukuman dan pembatasan bagi Huawei dan perusahaan sejenis lainnya dari China. ”Bukan malah memberi kelonggaran,” ujarnya.
Paa masa pemerintahan Donald Trump, AS melarang penjualan semikonduktor yang mengandung teknologi AS kepada Huawei dan sejumlah perusahaan China lainnya. Larangan itu dengan alasan perusahaan-perusahaan China memanfaatkan teknologi AS untuk mengalahkan Washington dan sekutunya. Badan usaha di luar AS juga dilarang menjadi perantara penjualan itu. Larangan itu bagian dari perang dagang yang dilancarkan Trump terhadap China dan sejumlah negara.
Pernyataan Cotton dan Rubio menunjukkan, ada penyesuaian atas larangan itu. Seorang pejabat Departemen Perdagangan AS beralasan, izin hanya diberikan untuk semikonduktor berteknologi rendah dan lawas. Sementara larangan di era Trump ditujukan untuk semikonduktor berteknologi mutakhir dan tinggi.
Mantan pejabat Departemen Perdagangan AS pada masa Donald Trump, Cordell Hull, mengakui izin oleh pemerintahan Biden tidak menghasilkan ancaman serius pada keamanan nasional AS. Meski demikian, ia tetap mengecam keputusan itu. ”Jika itu komoditas, seharusnya hasil penjualannya dinikmati perusahaan AS dan sekutunya,” ujar Hull, yang ikut menyusun kebijakan pelarangan ekspor teknologi AS ke Huawei dan perusahaan sejenis.
Peneliti industri China, Ma Jihua, menyebutkan bahwa pelonggaran itu memberi harapan. Sebab, pelonggaran itu menunjukkan ada kesadaran bahwa sanksi tidak terlalu mengancam perusahaan China sebagaimana diharapkan kala kebijakan disusun. ”Larangan itu malah memukul perusahaan AS,” ujarnya.
Tekanan pengguna
Direktur Jenderal Information Consumption Alliance Xiang Ligang mengatakan, izin ekspor untuk Huawei bukan karena ada pelonggaran pembatasan. Izin diberikan karena ada tekanan dari industri AS yang menggunakan produk buatan Huawei atau memasok ke Huawei. ”Bukan Huawei, melainkan pemasok dan pengguna produk Huawei yang berharap pembatasan dilonggarkan,” ujarnya kepada Global Times.
Sistem rantai pasok global membuat suku cadang dan perangkat pendukung produk bisa diproduksi di sejumlah negara, lalu dirakit di satu lokasi menjadi produk jadi. Hambatan produksi pada salah satu penghasil perangkat atau suku cadang bisa mengganggu produksi barang jadi. Hal itu bisa menimbulkan kerugian bernilai miliaran dollar AS.
Setiap produsen telah menetapkan spesifikasi suku cadang dan perangkat bagi produknya. Berdasarkan spesifikasi itu, dicari pemasok yang paling memenuhi syarat. Tidak mudah mencari pemasok yang sesuai dengan kebutuhan.
Xiang mengatakan, dalam kerangka itu, larangan ekspor semikonduktor kepada Huawei lebih memukul perusahaan AS yang mendapat pasokan dari Huawei. Sebab, meski mulai mengembangkan mobil, Huawei bukan produsen otomotif dalam skala seperti GM, Ford, atau Toyota. ”Izin itu tidak akan terlalu berdampak pada Huawei,” katanya.
Ia juga membenarkan bahwa teknologi semikonduktor di mobil tidak secanggih untuk sektor lain. Produsen China bisa memenuhi kebutuhan itu.
Dalam sejumlah kesempatan, Huawei memang menunjukkan pengembangan bisnis otomotif. Walakin, Huawei menegaskan perusahaan itu sebagai pemasok perangkat kendaraan cerdas. Huawei tidak berminat menjadi produsen mobil. Huawei berminat membantu produsen mobil membuat kendaraan yang lebih baik.
Mobil masa kini memang lebih layak disebut sebagai komputer berjalan. Pemimpin perusahaan konsultan Supply Frame, Richard Barnett, menyebutkan bahwa Huawei akan membidik segmen pasar mobil cerdas. Nilai industri otomotif global mencapai 5 triliun dollar AS dan kini industri otomotif semakin terhubung dengan industri teknologi informatika. ”Pembaruan itu menjadi fokus Huawei agar bisa menjadi salah satu pemain penting di sektor tersebut,” katanya. (AFP/REUTERS)