Wapres Harris: AS Tak Ingin Paksa Negara-negara Indo-Pasifik Memihak
Pernyataan ini perlu disampaikan oleh Wapres AS Harris, setelah sebelumnya Menhan Lloyd Austrin, karena bolak-balik Asia Tenggara menunjukkan keberatan jika harus memilih berpihak pada salah satu dari kekuatan besar.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Amerika Serikat kembali berjanji tidak akan memaksa negara-negara di kawasan Indo-Pasifik untuk berpihak ke salah satu kekuatan utama dunia. Washington juga menegaskan akan terus berhubungan dengan kawasan yang penting bagi keamanan dan kesejahteraan AS ini.
Janji itu disampaikan Wakil Presiden AS Kamala Harris, Selasa (24/8/2021), di Singapura. ”Saya harus menegaskan, hubungan kami dengan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik tidak untuk menentang siapa pun atau membuat ada yang terpaksa memilih di antara negara-negara. Hubungan kami tentang memajukan visi optimistis,” katanya melalui siaran langsung dari Lee Kuan Yew School of Public Policy.
Pernyataan tersebut juga pernah disampaikan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di IISS Fullerton Lecture series pada 27 Juli lalu. Kala itu, Austin juga berjanji mendorong kemitraan kawasan.
Austin dan Harris perlu menyampaikan pernyataan tersebut karena bolak-balik pula Asia Tenggara menunjukkan keberatan jika harus memilih berpihak pada salah satu dari kekuatan besar. Terakhir, keberatan ini ditunjukkan Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan dalam wawancara menjelang kedatangan Harris di Singapura pada Minggu pagi. Balakrishnan menegaskan, Singapura akan tetap fokus pada kepentingan nasionalnya.
Meski sama-sama menyatakan tidak memusuhi siapa pun, Austin dan Harris tetap tidak luput menyinggung soal China. Harris beralasan, AS mendorong visi di kawasan dan hal itu termasuk pada penghormatan atas hak asasi manusia (HAM). Visi AS di kawasan juga termasuk kebebasan berlayar.
Karena itu, klaim sebagian perairan Laut China Selatan oleh Beijing tidak dapat diterima. Apalagi, Mahkamah Arbitrase Internasional telah menetapkan bahwa tidak ada dasar klaim China atas Laut China Selatan.
Beijing bolak-balik menunjukkan ketidaksukaan atas retorika Washington di Indo-Pasifik. Bagi Beijing, tujuan utama visi Indo-Pasifik versi AS adalah menentang kebangkitan China.
Dampak Afghanistan
Harris juga mengatakan, perhatian pada Asia Tenggara tetap diberikan sembari AS tetap mengembangkan hubungan dengan kawasan lain. ”Karena itulah saya di sini,” ujarnya.
Pernyataan Harris tidak lepas dari keraguan sejumlah pihak di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik atas komitmen AS pada kawasan ini gara-gara perkembangan di Afghanistan. ”Perkembangan di Afghanistan mengecewakan dan membuat marah banyak negara. Pokok masalahnya, (dugaan) jika suatu saat AS menganggap Anda tak penting, mereka akan meninggalkan Anda dan Anda tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Yun Sun, Direktur Program Asia Timur pada Stimson Center, AS.
Kesan itu sulit dihapus karena Presiden AS Joe Biden bolak-balik menegaskan bahwa AS sudah tidak mempunyai kepentingan di Afghanistan. Karena itu, AS tidak akan terus mempertahankan pasukan di sana. Selepas AS mundur, Taliban kembali berkuasa di Afghanistan. Washington dinilai tidak berdaya mengurus evakuasi ribuan warganya dan warga Afghanistan yang pernah membantu AS selama menduduki Afghanistan.
Bagi Indo-Pasifik, kekhawatiran itu semakin beralasan karena AS terus mengajak kawasan untuk menentang China. Dengan perkembangan di Afghanistan, ada kekhawatiran AS akan meninggalkan kawasan saat perseteruan dengan China sedang sengit.
Terkait Afghanistan, menurut Harris, fokus saat ini adalah menuntaskan evakuasi. Ia berterima kasih kepada seluruh mitra AS yang mendukung upaya itu, termasuk Singapura. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memang menawarkan pesawat angkut Angkatan Udara Singapura untuk membantu proses evakuasi warga dari Afghanistan.
Kerja sama
Harris juga mengatakan, Indo-Pasifik sangat penting bagi Washington. Sebagian sekutu terpenting dan terkuat AS ada di kawasan ini. Volume perdagangan AS dengan Indo-Pasifik mencapai 2 triliun dollar AS. Ekspor ke kawasan ini menghasilkan hingga 4 juta lapangan kerja di AS.
Di Indo-Pasifik, Asia Tenggara dinyatakan berperan penting. Asia Tenggara menjadi tujuan ekspor keempat AS. Ekspor ke Asia Tenggara menyediakan lapangan kerja bagi hingga 600.000 orang di AS. ”Pasar yang beragam dan dinamis yang segera akan menjadi mitra dagang besar,” kata Harris.
Kerja sama pembangunan AS di kawasan, antara lain, dipusatkan di Delta Mekong. Salah satu sungai terpenting Asia itu menjadi andalan perekonomian bagi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Hulu sungai itu berada di Tibet dan sebagian sungai mengalir di China.
Harris meyakini, kerja sama diperlukan di tengah zaman baru dengan tantangan dan kesempatan berbeda seperti seperti sekarang. Ada tantangan dari keamanan sibernetika di satu sisi dan peluang pengembangan energi bersih di sisi lain. Kemitraan di Indo-Pasifik dibutuhkan untuk menghadapi tantangan-tantangan itu.
”AS bangga menjadi teman Indo-Pasifik dan kawasan ini penting bagi keamanan dan kesejahteraan kami,” kata Harris.
Sebelumnya, PM Lee mengatakan bahwa lawatan Harris menunjukkan, AS mempunyai kepentingan ekonomi dan strategis di Asia Tenggara. ”Kami menghargai AS memperbarui ikatan dengan teman dan mitra, khususnya dengan Singapura. Kerja sama ekonomi AS-Singapura dinamis dan berkembang,” ujrnya. (AFP/REUTERS)