Kasus Covid-19 varian Delta melonjak di Selandia Baru sehingga kebijakan pembatasan wilayah diperpanjang hingga 27 Agustus mendatang. Lonjakan kasus mengungkap rendahnya vaksinasi di negara itu.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
WELLINGTON, SELASA —Jumlah kasus baru Covid-19 varian Delta di Selandia Baru mencapai 41 kasus hingga total kini 148 kasus. Jumlah ini sudah dianggap peningkatan yang tertinggi sejak 10 April 2020. Padahal, Selandia Baru relatif bebas Covid-19 sejak Februari lalu. Namun, situasi bebas virus ini berubah setelah varian Delta muncul pertama kali di kota Auckland lalu menyebar ke ibu kota Wellington.
”Varian Delta ini tidak seperti varian sebelumnya. Virus ini sangat mudah menular dan cepat meluas,” kata Direktur Kesehatan Umum Selandia Baru Ashley Bloomfield, Selasa (24/8/2021).
Namun, Bloomfield mencoba menenangkan dengan mengatakan jumlah kasusnya tidak langsung melonjak dan mayoritas kasusnya masih berada di wilayah Auckland. Sampai sejauh ini disebutkan temuan kluster Covid-19 baru pada 58 warga etnis Samoa yang terkait dengan Majelis Gereja Tuhan Samoa di Auckland. Akibatnya, banyak komentar bernada rasisme yang ditujukan kepada komunitas itu. ”Masalahnya ada pada virusnya, bukan orang-orangnya,” kata Bloomfield.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pernah dipuji komunitas internasional karena dinilai berhasil mengendalikan Covid-19. Namun, kebijakan-kebijakan Ardern memperketat pengawasan perbatasan dan pembatasan wilayah dipertanyakan rakyat karena memengaruhi perekonomian. Banyaknya kasus Covid-19 karena belum banyak orang yang divaksinasi.
Untuk menekan kasus Covid-19, Ardern memperpanjang kebijakan pembatasan nasional yang ketat di level 4 hingga 27 Agustus mendatang.
Menanggapi melonjaknya kasus Covid-19 di Selandia Baru, Perdana Menteri Australia Scott Morrison menilai tidak ada satu negara pun yang bisa melindungi diri sepenuhnya dari varian Delta selamanya. ”Absurd kalau punya keyakinan bisa aman selamanya,” ujarnya.
Morrison menyarankan Selandia Baru untuk menggenjot program vaksinasi guna melawan pandemi Covid-19. Selandia Baru tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan pembatasan wilayah. ”Seharusnya kebijakannya fokus di vaksinasi sampai 70-80 persen dan tetap membuka diri,” ujarnya. (REUTERS)