Keputusan Ghani menuju Abu Dhabi dan sekaligus keputusan UEA menerima Ghani bisa jadi tidak lepas dari muatan politik, bukan sekadar faktor kemanusiaan. Ada titik temu kepentingan antara UEA dan Ghani.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Akhirnya mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan keluarganya berlabuh di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab. Pihak UEA menerima Ghani dengan alasan kemanusiaan.
Selama beberapa hari sempat muncul spekulasi tentang negara tujuan Ghani setelah ia lari dari Kabul menyusul masuknya Taliban ke Kabul, Minggu (15/8/2021). Apalagi, Ghani diberitakan membawa setumpuk uang.
Sempat beredar berita ia lari ke Tajikistan, kemudian muncul berita lagi ia lari ke Uzbekistan. Tajikistan dan Uzbekistan adalah dua negara tetangga Afghanistan di Asia Tengah.
Uzbekistan mengakui, pesawat yang ditumpangi Ghani sempat transit di Bandara Internasional Tahskent, ibu kota Uzbekistan, untuk mengisi bahan bakar, kemudian terbang lagi ke arah kawasan Arab Teluk. Muncul juga berita ia menuju kesultanan Oman.
Akan tetapi, tak lama setelah itu, beberapa kantor berita memberitakan Ghani dan keluarga tiba di Abu Dhabi. Keputusan Ghani menuju Abu Dhabi dan sekaligus keputusan UEA menerima Ghani bisa jadi tidak lepas dari muatan politik, bukan sekadar faktor kemanusiaan.
UEA dikenal antigerakan Islam politik. Maka, UEA sangat menolak gerakan Musim Semi Arab yang hanya mengantarkan gerakan Islam politik ke tampuk kekuasaan di beberapa negara Arab.
UEA pun melihat Taliban yang berideologi Islam puritan sebagai bagian dari gerakan Islam politik. Oleh sebab itu, UEA menyambut hangat kedatangan Ghani yang digulingkan Taliban ke Abu Dhabi.
Ini pula alasan utama Ghani memilih UEA sebagai tempat mencari suaka politik. Di sini ada titik temu kepentingan antara UEA dan Ghani, yakni sama-sama melawan gerakan Islam politik.
Ini dilihat dari konteks politik. Adapun dari kacamata ekonomi, Ghani dan kroninya pasti membawa uang dari Afghanistan. Kemungkinan besar juga, Ghani dan kroninya memiliki uang yang tidak sedikit dan disimpan di luar negeri, seperti di sejumlah bank di Swiss.
Ini yang diincar UEA, yang akan membujuk Ghani agar menginvestasikan dananya di UEA. UEA selama ini dikenal memiliki pendapatan devisa terbesar dari investasi asing, setelah dari minyak dan gas.
Visi UEA 2030 adalah menggaet investor asing sebanyak mungkin ke UEA. Keberhasilan luar biasa pembangunan kota Dubai dan Abu Dhabi berkat investasi asing.
Bagaimana masa depan Ghani? Sangat tergantung situasi Afghanistan pada era kekuasaan Taliban jilid II ini.
Jika Taliban berkomitmen dengan janjinya, yakni berhasil membentuk pemerintahan inklusif yang melibatkan berbagai kekuatan politik dan negeri Afghanistan menjadi stabil, berakhirlah kisah Ghani.
Sebaliknya, apabila Taliban gagal membentuk pemerintahan inklusif dan berkobar lagi aksi pemberontakan terhadap kekuasaan Taliban, di sini kisah Ghani akan berlanjut.
Ghani dengan kekuatan dananya pasti akan ikut ambil bagian dalam aksi perlawanan terhadap Taliban. UEA kemungkinan berada di belakang Ghani. Di sini ada titik temu kepentingan Ghani dan UEA lagi, yakni sama-sama melawan Taliban.
Maka, masa depan Afghanistan masih sangat dinamis. Semua pihak masih menunggu janji-janji Taliban, seperti pembentukan pemerintahan yang inklusif, penghormatan terhadap HAM, tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat perlindungan kaum teroris, dan terwujudnya perlindungan kepada kaum minoritas.