Ismail Dilantik di Tengah Lonjakan Covid-19 dan Penolakan Sebagian Warga
Ismail Sabri Yaakob (61) telah dilantik menjadi perdana menteri baru Malaysia. Pelantikan diwarnai penolakan melalui petisi daring dan terjadi di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
(PHOTO BY KHIRUL NIZAM ZANIL / MALAYSIA'S DEPARTMENT OF INFORMATION / AFP)
Calon Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob (kiri), menerima dokumen dari Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah (kanan) sebelum mengucapkan sumpah jabatan di Istana Nastional, Kuala Lumpur, Malaysia.
KUALA LUMPUR, SABTU — Politisi Organisasi Nasional Melayu Bersatu atau UMNO, Ismail Sabri Yaakob (61), dilantik menjadi perdana menteri baru Malaysia di Istana Negara, Kuala Lumpur, Sabtu (21/8/2021) pukul 14.30 waktu setempat. Pelantikannya diwarnai penolakan oleh sebagian warga melalui petisi daring dan terjadi di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Ismail ditunjuk sebagai perdana menteri (PM) oleh Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, Jumat (20/8/2021), untuk menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri setelah berkuasa selama 17 bulan. Penunjukan Ismail menandai kembalinya UMNO ke tampuk kekuasaan di Malaysia. Ismail adalah Wakil Presiden UMNO, partai kunci dalam pemerintahan koalisi Muhyiddin di mana Ismail sebagai wakil PM-nya.
Pada upacara pelantikannya, Ismail mengenakan pakaian tradisional Melayu warna hitam. Dia diampingi, antara lain, oleh istrinya, Datin Seri Muhaini Zainal Abidin. Upacara pengucapan sumpah jabatan dilakukan di depan raja, permaisuri Tunku Hajah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah, dan pemimpin koalisi, termasuk mantan PM Najib Razak.
Seusai dilantik, Ismail meneken dokumen pelantikannya. Ismail sebelumnya memegang beberapa jabatan kabinet hingga menjadi wakil Muhyiddin, yang mundur akibat kehilangan dukungan mayoritas parlemen dan tekanan publik.
(PHOTO BY HANDOUT / MALAYSIA NATIONAL PALACE / AFP)
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob (kiri) bersama istrinya, Datin Sri Muhaini binti Zainal Abidin (kanan), berfoto bersama mengapit Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dan istrinya, Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah, setelah upacara pengucapan sumpah jabatan di Istana Nasional, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/8/2021).
Sebelumnya, Raja Abdullah mengatakan, Ismail memperoleh dukungan mayoritas, yakni 114 suara dari 220 anggota parlemen. Raja tidak mengadakan pemilihan karena khawatir pemungutan suara dapat meningkatkan lonjakan kasus Covid-19.
Raja lalu mendesak para politisi yang selalu bertengkar agar mengesampingkan perbedaan untuk bersama-sama memerangi pandemi Covid-19. ”Raja berharap dengan penunjukan PM baru, gejolak politik di negara ini akan segera diakhiri dengan cepat. Rakyat seharusnya tidak dibebani dengan krisis politik tanpa akhir pada saat ini,” kata pihak istana dalam sebuah pernyataan.
Pelantikan Ismail secara resmi mengembalikan peran UMNO, partai yang telah dinodai oleh kasus-kasus dugaan korupsi. Kasus yang paling menyedot perhatian publik Malaysia, ialah skandal korupsi 1MDB yang bernilai miliaran dollar AS, yang kemudian ikut menumbangkan Najib.
Malaysia didera kekisruhan politik sejak kekalahan UMNO pada pemilu 2018 akibat korupsi dan skandal keuangan. Kekalahan itu mengakhiri kekuasaan UMNO sejak Malaysia merdeka, 60 tahun lalu. Sudah dua koalisi kolaps sejak 2018 karena pertikaian di dalam tubuh koalisi.
Ismail mulai menjalankan tugasnya saat rasio kasus infeksi dan rasio kematian akibat Covid-19 di Malaysia mencapai yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada Jumat lalu, Malaysia mencatatkan jumlah kasus Covid-19 harian 23.564 kasus. Ini merupakan rekor tertinggi di negara itu. Total akumulasi kasus mencapai lebih dari 1,5 juta kasus dengan 13.000 kasus kematian. Publik marah atas buruknya penanganan Covid-19.
(PHOTO BY STR / AFP)
Sejumlah warga berunjuk-rasa di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (31/7/2021. Mereka menggugat pemerintah yang dianggap tidak sigap menangani Covid-19. Ini dilakukan ketika pemerintah menerapkan penguncian ketat yang membatasi publik.
Penunjukan yang diikuti pelantikan Ismail Sabri sebagai PM baru Malaysia juga bukan berarti tanpa penolakan. Sebagian warga Malaysia menyatakan penolakan mereka terhadap Ismail dengan menggalang sebuah petisi daring. Sebagaimana dilaporkan media The Straits Times, petisi yang dimulai tak lama setelah raja menunjuk Ismail sebagai PM baru, sudah diteken oleh lebih dari 350.000 orang pada Sabtu kemarin.
Terkait penganan pandemi, pemerintahan Muhyiddin dengan Ismail sebagai wakil PM dinilai gagal mengendalikan penyakit Covid-19. Kemarahan publik meningkat ketika infeksi menyebar meskipun penguncian diperpanjang dan vaksinasi ditingkatkan. Sejak bulan lalu, warga Malaysia yang membutuhkan bantuan telah mengibarkan bendera putih di rumah mereka untuk mencari bantuan publik.
Petisi daring melalui situs change.org diprakarsai oleh seseorang yang menggunakan nama Kyle Mohd. Dalam waktu 8 jam pertama setelah dirilis, Kyle berhasil menghimpun 200.000 tanda tangan. Selanjutnya pada saat pelantikan Ismail, 350.000 tanda tangan sudah terkumpul.
”Dia (Ismail) tidak becus dalam menangani pandemi Covid-19, yang menyebabkan infeksi justru kian meluas. Dia membuat banyak pernyataan tidak pantas, yang membuktikan dia hanyalah pembohong dan pelawak politik,” ujar Kyle Mohd dalam deskripsi petisi, dikutip The Straits Times, Jumat kemarin.
”Pekerjaan atau bisnis Anda harus berhenti karena protokol kesehatan terus berubah. Banyak orang tua, suami, istri, anak, saudara, teman meninggal karena terinfeksi Covid-19. Tolak pemerintah yang gagal,” kata Kyle.
(PHOTO BY ARIF KARTONO / AFP)
Pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim, berbicara kepada media di luar Istana Nasional setelah bertemu dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah di Kuala Lumpur, Malaysia, 17 Agustus 2021.
Penggagas petisi mengeluhkan cara Ismail menangangi pandemi Covid-19 di Malaysia. Wakil Presiden UMNO itu sebelumnya adalah menteri senior yang bertanggung jawab atas protokol keamanan terkait pandemi di bawah pemerintahan Muhyiddin.
Salah satu penandatangan petisi, Dzikri Z, mengungkapkan alasan dia menekan petisi tersebut. Kata dia, Ismail adalah salah satu politisi yang bertanggung jawab atas tingginya jumlah kasus Covid-19 di Negeri Jiran itu. Ismail sering dikritik karena protokol kesehatan dari pemerintah membingungkan dan saling bertentangan, termasuk ketika memilih sektor ekonomi yang harus ditutup.
Ismail sering dikritik karena protokol kesehatan dari pemerintah membingungkan dan saling bertentangan, termasuk ketika memilih sektor ekonomi yang harus ditutup.
Mantan Wakil PM itu juga pernah mengumumkan bahwa mereka yang kembali ke Semenanjung Malaysia setelah pemilihan umum di Negara Bagian Sabah, September lalu, tidak harus menjalani karantina. Namun, para pemilih yang kembali, sebagian besar politisi dan pembantu mereka, justru memicu gelombang infeksi baru di negara itu.
Walau demikian, Ismail juga memiliki cukup banyak pendukung yang menyebutnya sebagai ”Pak Long” atau paman tertua. ”Semoga jalan Ismail dipermudah dalam menjalankan amanah Tuhan untuk memerintah negara ini dengan bijak,” kata pengguna Facebook, Anne’s Kauthar.
Pengguna Facebook lainnya, M Sham Kamal, mengatakan, ”Jika Pak Long ingin menjadi lebih kuat, Pak Long harus menunjuk Muhyiddin sebagai DPM (wakil perdana menteri) yang dihormati rakyat.” (AFP/REUTERS/AP)