Evakuasi Berjarak 200 Meter Pun Memakai Helikopter
Presiden AS Joe Biden mengakui, evakuasi dari Afghanistan termasuk yang paling sulit dalam sejarah. Tantangan utama adalah membawa warga menuju Bandara Kabul.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
KABUL, SABTU — Situasi Bandara Kabul, Afghanistan, begitu kacaunya pada beberapa hari belakangan ini. Militer Amerika Serikat terpaksa menggunakan tiga helikopter untuk mengangkut 169 warganya ke kompleks bandara dari sebuah gedung yang berjarak hanya 200 meter.
Evakuasi AS dari Bandara Kabul sempat terhenti selama lebih dari enam jam, Jumat (20/8/2021). Otoritas AS mencari-cari negara mana yang bersedia menerima orang-orang yang mengungsi dari Afghanistan.
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby mengatakan, keputusan menggunakan helikopter diambil karena warga yang akan dievakuasi tidak bisa masuk melalui gerbang dari hotel di dekat bandara. ”Rencananya mereka berjalan lewat pintu gerbang, tetapi ada kerumunan besar di luar pintu gerbang Abbey. Komandan pasukan setempat berinisiatif untuk menerbangkan helikopter dan menjemput mereka,” katanya.
Ribuan warga Afghanistan yang putus asa mendekap berkas dokumen, anak-anak, dan barang bawaan mereka, menyesaki Bandara Kabul. Sementara anggota Taliban mendesak agar warga yang tidak memiliki dokumen perjalanan untuk pulang.
Di luar tembok bandara, pria, wanita, dan anak-anak berkerumun penuh harap. Seorang tentara AS melepaskan tembakan peringatan.
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menggambarkan situasi di luar Bandara Kabul mengerikan dan sulit. Banyak negara mendesak agar evakuasi terus berlanjut setelah tenggat penarikan pasukan AS pada 31 Agustus.
”Tantangan utamanya adalah menjamin orang-orang bisa mencapai dan masuk Bandara Kabul,” kata Stoltenberg dalam konferensi darurat via jaringan video bersama para menteri luar negeri NATO.
Gambaran buruk
Foto-foto anak kecil yang diangkat tentara AS melewati kawat berduri menampilkan gambaran buruk atas puluhan ribu warga Afghanistan yang ketakutan akan keselamatan hidupnya di bawah kekuasaan Taliban. Sejak Minggu, saat Taliban mengambil alih ibu kota Kabul, gelombang warga tak henti memadati bandara dan perbatasan negara.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden AS Joe Biden menjawab kritik terhadap caranya menghadapi pengambilalihan Taliban atas Afghanistan. ”Saya kira kita bisa mengeluarkan semua warga Amerika saat tenggat. Ini memang salah satu evakuasi udara terbesar dan paling sulit dalam sejarah. Saya tidak bisa berjanji akan seperti apa hasil akhirnya,” ujar Biden.
Sekitar 13.000 orang telah meninggalkan Afghanistan dengan pesawat militer AS dalam kurang dari sepekan, sebut pernyataan Gedung Putih. Namun, Pemerintah AS tidak mengetahui dengan pasti berapa banyak warganya yang berada di Afghanistan setelah operasi selama 20 tahun.
Sarah Holewinski, Kepala Human Rights Watch di biro Washington mengatakan, warga Afghanistan yang paling berisiko tidak akan bisa keluar dari negara itu sebelum akhir bulan ini, kecuali penerbangan dari Kabul ditambah.
Evakuasi udara di Afghanistan melibatkan sekutu AS dan negara lain. Personel militer dari Inggris, Turki, Perancis, dan negara Eropa lainnya terlihat berada di Kabul. Namun, operasi evakuasi masih berbahaya dan sulit secara logistik. (AFP/REUTERS)