Korban Gempa Terus Bertambah, PM Haiti Tolak Penggunaan Mesin Keruk
Haiti belum pulih dari dampak gempa tahun 2010. Belum lama ini, negara itu kembali diguncang gempa yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang. Bencana ini membuat Haiti makin bergantung pada bantuan internasional.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
PORT-AU-PRINCE, KAMIS — Perdana Menteri Haiti Ariel Henry menolak permintaan penggunaan mesin keruk untuk membersihkan puing akibat gempa pekan lalu. Penolakan ini disampaikan di tengah terus bertambahnya jumlah korban tewas dan luka-luka di negara itu.
Sejumlah pejabat mendesak pemerintah segera mengakhiri pencarian setelah lima hari sejak gempa pada Sabtu lalu. ”Beberapa warga kami masih berada di bawah puing. Kami mempunyai tim orang Haiti dan orang asing yang sedang berupaya (mencari korban di bawah puing),” ujar Henry, Rabu (18/8/2021) sore waktu setempat atau Kamis dini hari WIB.
Pada Rabu sore waktu setempat, tim penyelamat mengeluarkan 34 korban dari bawah reruntuhan. Tidak disebutkan kondisi mereka yang dikeluarkan. Hal yang jelas, sejauh ini tercatat sudah 2.189 orang tewas akibat gempa pekan lalu. Sementara 12.268 orang lainnya cedera. Sedikitnya 75.000 rumah yang didiami oleh 135.000 keluarga rusak setelah gempa.
Unicef mencatat, secara keseluruhan gempa berdampak pada 1,2 juta jiwa, termasuk 540.000 anak-anak. Gempa yang diikuti topan Grace pada Senin pekan ini juga telah menghancurkan 94 sekolah di Haiti selatan. Dikhawatirkan, jumlah orang dan bangunan yang terdampak masih terus bertambah.
Ketua Medishare, Barth Green, berharap Amerika Serikat membantu mendirikan rumah sakit darurat untuk merawat korban. Sebab, kini rumah sakit di lokasi gempa kewalahan. ”Sebagian rumah sakit rusak, ruang operasi tidak berfungsi. Tidak bisa membuat tenda karena nanti bisa tersapu badai,” kata pria yang bekerja di Haiti sejak 1994 itu.
Sementara sejumlah pejabat penanganan bencana dan keadaan darurat Haiti berencana mempercepat pembersihan puing sisa gempa. Dengan langkah itu, lokasi yang terdampak gempa dapat segera digunakan lagi menjadi hunian sementara.
”Setidaknya para penghuni di bekas rumah bisa membangun lagi tenda di lokasi tempat mereka tinggal,” kata Serge Cherry, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Haiti Selatan.
Bantuan terkendala
Pemulangan pengungsi ke tempat tinggal asal masing-masing sangat membantu dalam penyaluran bantuan. Kini, mayoritas warga masih tinggal di tempat pengungsian darurat. ”Sulit menyalurkan bantuan saat orang tersebar di berbagai tempat dan tidak terdata,” kata Cherry.
Distribusi bantuan menjadi masalah baru selepas gempa besar pekan lalu. Banyak warga mengeluhkan belum mendapat bantuan. Sebagian lagi mengeluh karena mendapat bantuan jauh dari cukup. ”Kemarin ada pembagian, saya tidak mendapat apa pun. Kami tidak punya makanan,” ujar Marimene Jouesil, salah seorang pengungsi.
Pengungsi lain, Gerda Francoise, tetap mengantre walau tidak jelas bantuan seperti apa yang akan didapat di lokasi pembagian. ”Saya tidak tahu akan mendapat apa. Saya harus membawa pulang sesuatu ke tenda. Saya punya anak,” ujarnya.
Gempa pekan lalu membuat warga Haiti kembali mengingat bencana sejenis pada tahun 2010. Gempa 2010 menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menghancurkan banyak bangunan serta fasilitas publik. Sampai sekarang, Haiti tidak kunjung pulih dari dampak bencana besar itu.
PM Henry berjanji, kali ini bantuan penanganan dampak gempa akan dikelola dengan baik. Haiti tidak akan mengulangi kesalahan selepas gempa 2010 berupa kesalahan pengelolaan dan koordinasi penyaluran bantuan.
Selepas gempa 2010, banyak upaya penggalangan dana untuk membantu Haiti. Walakin, sebagian dana diduga tidak pernah diterima korban. Bahkan, ada dugaan sebagian dana tidak pernah masuk ke Haiti sama sekali.
Kali ini, lanjut Henry, Haiti tidak mau hal itu terulang lagi. Ia berjanji akan memastikan secara pribadi bahwa setiap korban akan mendapat bantuan.
Henry mengajak semua pihak bersatu dan membangun ulang negara itu. ”Dengan sepenuh hati, kami memohon semua bersolidaritas kepada korban. Kami memohon, dimulai dari saya dan anggota partai, lalu swasta, diaspora, masyarakat, untuk bekerja secara layak membantu yang membutuhkan orang-orang di selatan,” ujarnya.
Henry secara spesifik menyinggung diaspora karena selama ini para perantau Haiti berperan dalam perekonomian di negaranya. Kiriman uang dari perantau membantu warga tetap mempunyai dana untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Ekonom Haiti, Etzer Emile, menyebut bahwa ketergantungan pada kiriman perantau akan semakin tinggi selepas gempa kali ini. Bencana ini juga akan membuat Haiti semakin bergantung pada bantuan internasional. ”Sayangnya, bantuan asing tidak pernah menolong dalam jangka panjang. Daerah selatan butuh kegiatan untuk meningkatkan perekonomiannya,” katanya. (AP/REUTERS)