Muhyiddin Mundur Jadi Pelaksana PM hingga Pejabat Baru Terpilih
Muhyiddin Yassin mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri Malaysia karena kehilangan kepercayaan dari mayoritas anggota parlemen. Hal itu mengakhiri kepemimpinannya sejak terpilih pada Maret 2020.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
(AP PHOTO/JOHNSHEN LEE
Muhyiddin Yassin (ketiga dari kiri) melambaikan tangan bersama keluarga dan pendukungnya saat ia bersiap untuk meninggalkan rumahnya ke istana untuk dilantik sebagai Perdana Menteri baru di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (1/3/2020). Muhyiddin mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (16/8/2021), tetapi diperintahkan Raja untuk menjadi pelaksana PM hingga PM baru terpilih kelak.
KUALA LUMPUR, SENIN — Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin telah menyerahkan pengunduran dirinya kepada Raja Al-Sultan Abdullah, Senin (16/8/2021). Pihak Istana menyatakan bahwa Raja menerima pengunduran diri itu. Namun, Raja memerintahkan Muhyiddin untuk mengampu jabatan sebagai pelaksana perdana menteri hingga pejabat baru terpilih.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Muhyiddin mengatakan, dia mengundurkan diri karena telah kehilangan kepercayaan dari mayoritas anggota parlemen Malaysia. Hal itu mengakhiri kepemimpinannya sejak terpilih pada Maret 2020. Muhyiddin berharap pemerintahan baru dapat dibentuk sesegera mungkin.
Ia sempat menggelar rapat kabinet khusus pada Senin pagi sebelum menemui Raja Abdullah di Istana Nasional. Dalam kesempatan itu, Kabinet Muhyiddin mengajukan dan mengumumkan pengunduran dirinya kepada Raja.
Setelah mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja, Muhyiddin yang tahun ini berusia 74 tahun menyerang musuh-musuh dalam koalisinya. ”Saya bisa mengambil jalan keluar yang mudah dengan mengesampingkan prinsip saya untuk tetap sebagai perdana menteri. Tapi itu bukan pilihan saya. Saya tidak akan pernah bekerja dengan kleptokrat,” katanya.
MALAYSIA HEALTH MINISTRY VIA AP
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menerima dosis pertama vaksin Covid-19 produksi Pfizer-BioNTech di sebuah klinik di Putrajaya, Malaysia, Rabu (24/2/2021). Malaysia memulai program vaksinasi secara nasional setelah menerima 312.390 dosis vaksin Covid-19.
Kekuasaan Muhyiddin telah dilemahkan oleh pertikaian selama berbulan-bulan dalam koalisinya. Belum ada kepastian apakah perkembangan terbaru kali ini akan meredakan krisis politik Malaysia setelah 17 bulan penuh gejolak di kantor perdana menteri (PM). Perkembangan terkait penanganan pandemi Covid-19 dan kelindannya dengan tekanan ekonomi Malaysia menjadi taruhan sekaligus pertimbangan kerajaan dalam menanggapi permintaan pengunduran diri Muhyiddin.
Istana mengatakan, pemilihan PM baru pada saat ini bukanlah pilihan terbaik. Raja Al-Sultan Abdullah pun menyatakan senang Muhyiddin bersedia menjadi pelaksana PM sampai pejabat baru terpilih kelak.
”Raja telah menerima surat pengunduran diri Muhyiddin Yassin dan seluruh kabinet efektif. Setelah pengunduran diri, Raja senang Muhyiddin mengisi peran sebagai perdana menteri sementara sampai perdana menteri baru ditunjuk,” kata Raja Abdullah dalam sebuah pernyataan di media sosial Facebook.
Perebutan kekuasaan dalam koalisi Muhyiddin terjadi justru saat Muhyiddin berusaha untuk memulai pemulihan ekonomi Malaysia di tengah tekanan hebat akibat pandemi Covid-19. Muhyiddin juga tengah berupaya menghambat lonjakan kasus Covid-19.
Menyusul pengunduran diri tersebut, nilai tukar mata uang ringgit jatuh ke level terendahnya selama satu tahun dan pasar saham tergelincir. Muhyiddin selanjutnya menjabat pelaksana tugas PM di saat tidak ada kandidat lain yang jelas dalam situasi parlemen tanpa penguasaan mayoritas.
Menyusul pengunduran diri tersebut, nilai tukar mata uang ringgit jatuh ke level terendahnya selama satu tahun dan pasar saham tergelincir.
Setelah menerima pengunduran diri perdana menteri, Raja dapat menunjuk pengganti dari antara anggota parlemen terpilih berdasarkan siapa yang dianggap Raja paling mungkin untuk memimpin mayoritas. Namun, Raja Abdullah menegaskan, dari sisi waktu, pemilihan pengganti PM tidak pas dilakukan saat ini.
Salah satu pertimbangannya adalah lonjakan kasus Covid-19. Kasus terkonfirmasi dan kematian per sejuta orang akibat Covid-19 di Malaysia menempati peringkat tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di negara itu 1,1 juta kasus dengan kematian 12.000 jiwa.
AP/Vincent Thian
Warga dengan mengenakan masker melintasi di depan pertokoan yang tutup di kawasan Chinatown, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (28/6/2021). Pandemi Covid-19 telah menambah tekanan bagi perekonomian Malaysia.
Merunut ke belakang, dukungan Muhyiddin di parlemen hanya unggul tipis. Tekanan terhadapnya meningkat baru-baru ini setelah beberapa anggota parlemen dari partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), blok terbesar dalam aliansi yang berkuasa, menarik dukungan. Menurut Muhyiddin, krisis politik baru-baru ini disebabkan oleh penolakannya terhadap tuntutan seperti menjatuhkan tuduhan korupsi terhadap beberapa individu.
Politisi UMNO menghadapi tuduhan korupsi, termasuk mantan PM Najib Razak dan Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi. Mereka telah membantah melakukan kesalahan. Mereka juga membantah termasuk di antara orang-orang yang menarik dukungan dari Muhyiddin bulan ini.
Tidak segera jelas siapa yang dapat membentuk pemerintahan berikutnya pasca-pengunduran diri Muhyiddin. Ini mengingat tidak ada yang memiliki penguasaan mayoritas di parlemen. Selain itu, soal apakah pemilihan dapat diadakan selama pandemi pun masih tanda tanya.
Muhyiddin selama berminggu-minggu sebelumnya telah menentang seruan untuk mundur. Namun salah satu pejabat Malaysia, Mohd Redzuan Md Yusof, mengungkapkan Muhyiddin siap mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja pada awal pekan ini. Informasi itu dimuat di sejumlah media di Malaysia pada Minggu (15/8/2021).
Pengunduran diri Muhyiddin dapat mengembalikan jabatan PM ke Partai UMNO. Dua pesaing teratas untuk jabatan perdana menteri pengganti Muhyiddin yang disebut-sebut adalah Wakil PM Ismail Sabri Yaakob dan anggota parlemen veteran Tengku Razaleigh Hamzah. Keduanya berasal dari Partai UMNO. (AFP/REUTERS/BEN)