71 Negara Ingatkan Taliban untuk Hormati Proses Evakuasi
Menyusul pendudukan Taliban atas Kabul, ribuan warga Afghanistan berbondong-bondong hendak meninggalkan negara itu. Demikian pula dengan warga asing yang bekerja di sejumlah kedutaan ataupun pada misi asing lainnya.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
KABUL, SENIN — Sebanyak 71 negara menyerukan kepada Taliban untuk menghormati warga asing dan warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu. Taliban sebagai penguasa di Afghanistan saat ini wajib bertanggung jawab melindungi kehidupan dan harta benda di Afghanistan sekaligus memulihkan keamanan di negara itu.
Seruan 71 negara dan Uni Eropa dituangkan dalam pernyataan bersama yang diunggah pada laman Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) per Minggu (15/8/2021) malam waktu setempat atau Senin (16/8/2021) pagi Waktu Indonesia Barat. Saat ini, ribuan warga domestik dan warga asing di Afghanistan berbondong-bondong ingin keluar dari negeri itu karena merasa tidak aman menyusul penguasaan Taliban atas Kabul.
”Mengingat situasi keamanan yang memburuk, kami mendukung, kami bekerja untuk mengamankan, dan kami menyerukan semua pihak untuk menghormati dan memfasilitasi keberangkatan yang aman dan tertib dari warga negara asing dan warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu.”
Demikian petikan awal pernyataan bersama tersebut. Bagi mereka yang memegang kekuasaan dan otoritas di seluruh Afghanistan, pernyataan bersama itu menekankan, wajib memikul tanggung jawab dan akuntabilitas guna melindungi kehidupan dan harta benda manusia, serta untuk pemulihan segera keamanan dan ketertiban sipil.
”Warga Afghanistan dan warga internasional yang ingin pergi harus diizinkan melakukannya. Jalan, bandara, dan pelintasan perbatasan harus tetap dibuka dan keamanannya harus dijaga. Rakyat Afghanistan layak untuk hidup dengan aman, terlindungi, dan bermartabat. Kami di komunitas internasional siap membantu mereka,” sebut pernyataan itu.
Presiden Joe Biden pada April 2021 memutuskan menarik pasukan AS yang telah beroperasi di Afghanistan selama 20 tahun. Penarikan dilakukan secara bertahap dengan tenggat 11 September 2021.
Sejalan dengan penarikan pasukan AS yang diikuti pasukan sekutu, Taliban merangsek ke sejumlah daerah di Afghanistan. Satu per satu daerah berhasil diduduki. Puncaknya terjadi pada Sabtu (14/8/2021) saat Taliban masuk dan menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan. Pada saat yang sama, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, keluar dari Afghanistan. Tak lama berselang, Taliban juga menduduki Istana Kepresidenan pada Minggu malam.
Beberapa hari terakhir, saat Taliban makin mendekati Kabul, warga asing mulai bergerak keluar dari Afghanistan. Transportasi utamanya adalah pesawat melalui bandara di Kabul. Sebagian warga Afghanistan sendiri juga berusaha keluar dari negeri itu. Ada yang mengungsi ke negara tetangga melalui jalur darat lewat pintu-pintu perbatasan. Ada pula yang bermaksud terbang menggunakan pesawat.
Sejak pekan lalu, sejumlah pemerintah negara asing telah menyatakan akan mengevakuasi staf kedutaannya di Kabul berikut warga negaranya dari Afghanistan. Di antaranya adalah AS, Inggris, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Arab Saudi.
Mengutip Associated Press (AP), Pemerintah Arab Saudi menyatakan telah mengevakuasi seluruh diplomatnya dari kedutaan di Kabul pada Minggu. Tindakan ini menyusul sejumlah pemerintah lain yang juga menutup kedutaannya di Kabul seiring Taliban yang saat itu sudah mendekati Kabul.
Sementara itu, Pemerintah Selandia Baru mengirimkan pesawat militer Hercules C-130 untuk membantu evakuasi. Targetnya adalah 53 warga Selandia Baru dan puluhan warga Afghanistan berikut keluarganya yang membantu pasukan Selandia Baru selama berada di Afghanistan selama ini.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan, pihaknya untuk sementara telah mengidentifikasi 37 warga Afghanistan yang membantu Selandia Baru. Namun, total jumlah warga Afghanistan yang akan dievakuasi akan berlipat menjadi ratusan begitu memasukkan keluarga mereka.
Sejalan dengan itu, Kementerian Pertahanan Selandia Baru telah merencanakan misi sebulan penuh untuk evakuasi. Misi ini melibatkan sedikitnya 40 tentara yang bertugas mengoperasikan dan melindungi pesawat. Untuk itu, Ardern menyerukan kepada Taliban agar membiarkan orang-orang untuk meninggalkan Afghanistan dengan damai. ”Seluruh dunia menyaksikan,” katanya.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan menutup sementara kedutaannya di Kabul. Kementerian Luar Negeri juga mengevakuasi mayoritas staf kedutaannya ke negara ketiga di Timur Tengah.
Sementara sebagian kecil diplomat, termasuk Duta Besar Korea Selatan untuk Afghanistan Choi Taeho, tetap berada di tempat yang aman di Afghanistan guna mendukung evakuasi warga Korea Selatan dari negeri itu. Pemerintah Korea Selatan juga bekerja sama dengan AS dan negara lainnya untuk memastikan evakuasi berlangsung aman.
Seorang anggota staf Departemen Luar Negeri AS menyatakan, bendera AS sudah diturunkan dari Kedutaan AS di Kabul di tengah proses evakuasi. Kepada AP, staf tersebut menambahkan bahwa hampir seluruh staf kedutaan telah dipindahkan ke bandara di Kabul.
Dalam pernyataan bersama pada Minggu malam, Departemen Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan AS menyebutkan, mereka tengah mengambil langkah-langkah untuk mengamankan bandara guna evakuasi warga sipil dan sejumlah penerbangan militer. Ini ditempuh dengan menghadirkan hampir 6.000 tentara dalam dua hari ke depan. Selanjutnya, tim dari AS akan mengambil alih stasiun pengendali lalu lintas udara bandara Kabul.
Mereka yang akan dievakuasi mencakup warga negara AS yang tinggal di Afghanistan, staf lokal pada berbagai misi AS di Kabul berikut keluarganya, dan sejumlah warga Afghanistan lainnya yang rentan. Termasuk dalam evakuasi ini adalah ribuan warga Afghanistan yang mendapat visa imigran khusus. Hampir 2.000 orang di antaranya telah tiba di AS dalam dua pekan terakhir.