Korsel dan China Protes Kunjungan Dua Menteri Jepang ke Kuil Yasukuni
Kunjungan pejabat Jepang ke Kuil Yasukuni di Chiyoda, Tokyo, Jumat (13/8/2021), menuai protes dari Pemerintah China dan Korea Selatan. Kedua negara menganggap kuil itu simbol agresi Jepang di Asia Timur di masa perang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Kunjungan dua pejabat tinggi Jepang, yakni Menteri Pertahanan Nobuo Kishi dan Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Yasutoshi Nishimura, ke Kuil Yasukuni, Jumat (13/8/2021), memicu kontroversi. Pemerintah China dan Korea Selatan memprotes Tokyo karena menilai kunjungan itu melukai perasaan warga China dan Korsel.
Kuil Yasukuni adalah sebuah kuil yang berada di Chiyoda, Tokyo. Kuil itu dipandang oleh China dan kedua Korea sebagai simbol agresi Jepang di Asia Timur di masa perang. Didirikan pada 1869, kuil itu didedikasikan untuk 2,5 juta warga Jepang yang tewas dalam perang yang dimulai pada abad ke-19 dan termasuk Perang Dunia Kedua.
Kishi mengaku kunjungannya ke Kuil Yasukuni semata untuk berdoa bagi para korban perang Jepang. Kunjungan itu dilakukan hanya beberapa hari sebelum Jepang memperingati 76 tahun kekalahannya dalam Perang Dunia II. Kekalahan Jepang itu diumumkan setelah sekutu mengebom atom dua kota di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
”Wajar di setiap negara untuk menghormati arwah orang-orang yang meninggal dalam perang,” kata Kishi yang merupakan adik dari mantan Perdana Menteri Shinzo Abe. Kishi tidak bisa dilepaskan dari sosok Abe, yang dikenal karena penyangkalannya terhadap kekejaman masa perang.
”Saya mengungkapkan rasa hormat saya dan memberikan penghormatan kepada mereka yang berjuang untuk negara dan kehilangan nyawa mereka dalam perang terakhir. Saya juga memperbarui janji dan tekad saya untuk menolak perang untuk melindungi kehidupan dan mata pencarian warga secara damai,” kata Kishi setelah berdoa.
Kishi adalah Menteri Pertahanan Jepang pertama yang mengunjungi Yasukuni sejak Tomomi Inada. Inada, yang juga adalah anak didik Abe, berkunjung ke kuil itu pada Desember 2016.
Abe sendiri tidak mengunjungi kuil itu selama tujuh tahun. Ini terjadi setelah kunjungannya pada 2013 memicu kemarahan China dan Korea. Namun, setelah mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri tahun lalu, Abe teratur mengunjungi kuil itu. Adapun PM Yoshihide Suga, meski ikut menyumbangkan ornamen keagamaan selama festival musim semi di Kuil Yasukuni pada April lalu, memilih menghindari mengunjungi kuil tersebut.
Dari Seoul, seperti dikutip KBS, Direktur Jenderal untuk Urusan Asia dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Korsel Lee Sang-ryeol, Jumat, telah memanggil Naoki Kumagai, seorang pejabat Kedutaan Besar Jepang di Seoul. Pemerintah Korsel secara resmi mengajukan protes serius atas kunjungan Kishi ke Kuil Yasukuni.
Lee mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan tindakan Kishi. Alasannya, Kishi membayar upeti di sebuah kuil yang menghiasi sejarah kolonialisasi dan invasi Jepang ke negara lain dan bahkan mengabadikan penjahat perang.
Lee juga mendesak para pemimpin Jepang untuk merenungkan sejarah dan tindakan mereka di masa lalu. Ia khawatir aksi kunjungan seperti yang dilakukan Kishi itu merusak kepercayaan antara Korsel dan Jepang.
Menurut Kyodo News, Kishi dan Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Jepang Yasutoshi Nishimura melakukan kunjungan terpisah ke Kuil Yasukuni. Kishi dan Nishimura mengatakan, mereka memilih untuk mengunjungi kuil untuk menghindari keramaian dan berdoa dengan tenang menjelang peringatan 15 Agustus.
Pernyataan keras juga muncul dari Beijing. Kementerian Pertahanan China mengatakan, pihaknya sangat menentang kunjungan Kishi ke kuil tersebut. China diinvasi Jepang pada 1931 dan kemudian diduduki hingga akhir Perang Dunia Kedua.
”Kuil Yasukuni adalah alat spiritual dan simbol militerisme Jepang dan invasinya ke negara-negara asing, dan itu menghormati 14 penjahat perang Jepang kelas-A yang dihukum akibat Perang Dunia Kedua yang secara langsung bertanggung jawab atas agresi masa lalunya,” kata Wu Qian, juru bicara Kementerian Pertahanan China, dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Korsel dan China mengkritik upacara persembahan atau kunjungan para pemimpin Jepang ke kuil itu. Kedua negara mendesak para pemimpin Jepang untuk menghadapi dan merenungkan agresi masa perang Jepang.
Akibat penjajahan Jepang di Semenanjung Korea selama 1910-1945, banyak warga Korsel sangat benci terhadap Jepang. Hubungan antara Seoul dan Tokyo telah merosot ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir karena perselisihan mengenai kompensasi untuk kerja paksa Korea pada masa perang dan pelecehan seksual terhadap para perempuan Korsel oleh militer Jepang.
Kritikus di Jepang melihat Kuil Yasukuni sebagai simbol masa lalu militer Jepang. Menurut para kritikus itu, kunjungan para pemimpin melanggar pemisahan agama dan negara yang diamanatkan oleh konstitusi Jepang pascaperang.
Sebuah museum di halaman kuil telah dikritik karena menggambarkan perang sebagai salah satu yang diperjuangkan oleh Jepang guna membebaskan Asia dari imperialisme Barat. Di saat yang sama, kekejaman oleh pasukan Jepang diabaikan.
Nama-nama ribuan pria dari Taiwan dan Korea yang terbunuh saat bertugas dengan pasukan kekaisaran juga tercatat di Kuil Yasukuni. Beberapa kerabat keluarga mereka ingin agar nama mereka dihapus dari daftar itu. (AP/REUTERS)