Becermin dari Tokyo, Menatap Olimpiade Musim Dingin-Piala Dunia 2022
Tokyo berhasil menggulirkan Olimpiade 2020 meski berkorban tanpa penonton. Kini, panitia Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing dan Piala Dunia 2022 di Doha memendam ambisi, ajang itu bisa dihadiri penonton. Mungkinkah?
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
Digelar mundur setahun dan dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19, Olimpiade Tokyo 2020 tuntas digelar hingga penutupan pada Minggu (8/8/2021). Disebut sebagai ajang yang menunjukkan solidaritas, perdamaian, dan harapan, dinamika Olimpiade itu akan menjadi cerminan aneka ajang kompetisi olahraga global lain, mulai dari Paralimpiade 2020 juga di Tokyo, Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, China; hingga Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar.
”Untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai, seluruh dunia berkumpul,” kata Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach di Tokyo, Jepang, sebagaimana dikutip Al Jazeera. ”Miliaran orang di seluruh dunia disatukan emosi, berbagi momen kegembiraan dan inspirasi. (Ajang) Ini memberi kita harapan.”
Kini api Olimpiade Tokyo 2020 telah dipadamkan. Kamera dimatikan dan para atlet sudah pulang ke negara masing-masing. Hiruk-pikuk Olimpiade Tokyo 2020 akan berlanjut pada Paralimpiade 2020 pada 24 Agustus-5 September 2021.
Terkait penyelenggaraan dua gelaran akbar itu, pemerintah dan publik Jepang masih akan menimbang manfaat yang dipetik bagi negara mereka. Paling terlihat adalah apakah keputusan IOC dan Pemerintah Jepang menggelar hajatan akbar olahraga tersebut di tengah pandemi berdampak pada jumlah kasus Covid-19 di negara itu.
Sebagian publik Jepang khawatir, ajang olahraga tersebut hanya akan memperburuk wabah Covid-19 di Jepang. Kondisi ini menjadi taruhan di tengah beban biaya tagihan negara yang mencapai 15 miliar dollar AS. Sementara IOC meraup miliaran dollar AS dari hak siar pergelaran itu.
Persiapan Beijing, China, demi pergelaran Olimpiade Musim Dingin 2022 juga tengah diuji. Virus korona baru penyebab Covid-19 tengah ”pulang kampung” lewat varian Delta yang lebih menular di negara itu. Respons Beijing atas hal itu berkelindan dengan tekanan yang terjadi terkait dinamika geopolitik China. Muncul komentar dan usulan dari Amerika Serikat agar pergelaran Olimpiade Musim Dingin itu dipindah saja dari China. Terlontar juga keengganan Inggris untuk mengirimkan atletnya pada ajang itu kelak.
Becermin dari pengalaman yang tersaji di Tokyo, perhatian kembali diberikan pada soal ketidakhadiran penonton di tengah lokasi arena laga. Penonton dilarang hadir ke tengah laga-laga Olimpiade Tokyo 2020 dan hanya dapat menikmati ajang itu melalui layar kaca. Meski kehilangan penonton secara langsung, pertunjukan sportivitas yang memesona dinilai telah menjadi penawar dan pengalih bagi publik dari tragedi pandemi Covid-19 secara global.
Menurut data yang dirilis NBC Universal Comcast Corp awal pekan ini, jumlah pemirsa AS untuk Olimpiade Tokyo 2020 turun menjadi sekitar setengah penonton pada Olimpiade London 2012.
Pergelaran di tengah pandemi juga menghadirkan tantangan lain. Kasus di AS mungkin jadi salah satu contoh. Menurut data yang dirilis NBC Universal Comcast Corp awal pekan ini, jumlah pemirsa AS untuk Olimpiade Tokyo 2020 turun menjadi sekitar setengah penonton dari Olimpiade London 2012. Olimpiade Tokyo 2020 rata-rata ditonton 15,5 juta pemirsa jam tayang utama (primetime) di jaringan siaran NBC dan platform digital, termasuk layanan streaming Peacock.
Jumlah itu merupakan jumlah pemirsa Olimpiade Musim Panas paling sedikit sejak NBC mulai menyiarkannya tahun 1988. Jumlahnya merosot dibandingkan pergelaran serupa pada Olimpiade London 2012 dan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Jumlah pemirsa di kedua Olimpiade itu masing-masing secara berurutan 31,1 juta pemirsa dan 26,7 juta pemirsa.
Ingin ada penonton
Sejumlah pihak di IOC menilai Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, yang dimulai dalam waktu kurang dari 200 hari lagi, akan membutuhkan penonton untuk sukses.
”Kami ingin memiliki komunitas internasional di sana,” kata Juan Antonio Samaranch Jr, yang mengepalai Komisi Koordinasi IOC dan mengawasi persiapan Olimpiade Musim Dingin 2022, seperti dikutip Reuters.
”Kita membutuhkan Olimpiade yang sangat sukses tahun depan di Beijing. Kita benar-benar membutuhkan kesuksesan itu demi semua orang guna menjaga cahaya harapan itu tetap terang dan terbuka.”
Di tempat terpisah, pergelaran Piala Dunia 2022 diyakini akan dapat dipenuhi penonton secara langsung di stadion-stadion sepak bola di Qatar kelak. ”Apa pun yang terjadi, saya berharap kami akan memiliki penggemar, termasuk orang asing, di stadion,” kata Danyel Reiche, profesor di Universitas Georgetown, Qatar. ”Qatar adalah pelopor dalam mengembangkan konsep olahraga selama pandemi dan telah menggelar banyak acara.”
Qatar akan menjadi negara di Timur Tengah pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Bersama Rwanda, Qatar merupakan pusat vaksin Olimpiade bagi para atlet yang menuju Tokyo. Negara itu juga menjadi tuan rumah bagi tim pengungsi. Qatar telah berjanji untuk mendapatkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 bagi penggemar sepak bola yang belum divaksinasi saat bepergian ke negara Semenanjung Gurun Arab itu kelak.
Belajar dari Tokyo
Panitia Piala Dunia 2022 datang ke Tokyo dan menggelar studi banding dari penyelenggaraan Olimpiade 2020. ”Tokyo telah sukses memenuhi syarat dengan sedikit perbedaan pendapat di antara mereka yang hadir tentang pembatasan yang berlaku,” kata Simon Chadwick, Direktur Pusat Olahraga Eurasia di Emlyon Business School, Perancis.
”Qatar sebaiknya mengikuti dan menyempurnakan proses dan prosedur yang telah ada selama Olimpiade. Perbedaan besar tentu saja adalah kehadiran penonton.”
Dengan waktu kurang dari 16 bulan tersisa, Qatar disibukkan dengan aktivitas konstruksi dan perbaikan jalan. Penguasa negara itu, Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, mengakui bahwa pandemi telah menyebabkan ”penundaan” pada beberapa proyek infrastruktur. ”Namun, itu penundaan yang sangat terbatas. Seluruh persiapan akan selesai dalam beberapa bulan mendatang,” kata Sheikh Tamim.
Dari penyelenggaraan Piala Dunia itu, para pejabat setempat berharap turnamen akan menyumbang sekitar 20 miliar dollar AS bagi perekonomian Qatar.
Jadwal Piala Dunia 2022 telah dipindahkan ke musim dingin yang lebih sejuk. Tiga dari delapan stadion Piala Dunia 2022 akan dilengkapi fasilitas penyejuk ruangan. Infrastruktur sepak bola Qatar, yang bernilai miliaran dollar AS, tetapi sebagian besar masih belum teruji, akan dijajal saat Qatar menjadi tuan rumah Piala Arab dari 30 November hingga 18 Desember tahun ini.
Perjalanan dunia menghadapi pandemi Covid-19 akan menentukan aneka persiapan dan pergelaran Piala Dunia itu kelak. Namun, beberapa penggemar dan komentator khawatir bahwa Doha mungkin tidak menawarkan pengalaman yang sama kepada pengunjung seperti piala dunia sebelumnya.
Hal itu coba dipatahkan Ronald de Boer, mantan pemain tim nasional Belanda yang bertindak sebagai Duta Piala Dunia 2022. ”Saya telah mengunjungi banyak pertunjukan DJ (disc jockey) di pantai dengan ribuan orang di Doha pada 2005 dan 2006,” kata De Boer, yang tinggal di Doha selama lima tahun.
”Doha akan siap untuk jumlah penggemar ini. Mereka benar-benar dapat mengadakan acara besar. Jangan khawatir Anda tidak bisa minum bir,” kata De Boer.