Laut Merah menjadi salah satu urat nadi perdagangan dunia. Namun seiring eskalasi konflik Iran dan Israel belakangan, Laut Merah menjadi ajang pengiriman kapal yang bertujuan sebagai mata-mata kegiatan lawan.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman
·3 menit baca
Serangan terhadap kapal tanker MV Mercel Street pada 29 Juli lalu yang diduga kuat dilakukan Iran atau loyalisnya menggunakan pesawat tanpa awak kini berbuntut semakin memanasnya situasi di Laut Merah.
Israel seperti dilansir situs Iran, Nour News, Senin (9/8/2021), telah mengirim kapal selam dolphin dengan pengawalan dua kapal perang Israel ke Laut Merah untuk memantau gerakan kapal-kapal Iran di area laut itu. Menurut Nour News, kapal selam Israel itu telah melintas Terusan Suez pada Rabu pekan lalu menuju Laut Merah.
Sebaliknya, Iran mengirim kapal kargo The Bahshad yang diduga juga merangkap sebagai kapal mata-mata ke Laut Merah pada Juli lalu. The Bahshad merupakan ganti dari kapal Saviz yang telah ditarik ke Iran setelah mendapatkan serangan Israel di Laut Merah pada 6 April lalu.
Iran semakin meningkatkan pemantauannya atas kapal-kapal Israel yang melintasi Laut Merah menuju Teluk Persia setelah tercapainya Kesepakatan Abraham (Abraham Accord) antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain pada Agustus dan September 2020.
Iran selalu mengecam Abraham Accord yang disebutnya hanya akan semakin menghadirkan Israel di kawasan Teluk. Iran sering menegaskan, kehadiran Israel di kawasan Teluk akan mengancam keamanan dan stabilitas di kawasan itu.
Situasi tegang di Laut Merah itu bersamaan dengan digelarnya pertemuan Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) William Burns dan Direktur Mossad, David Barnea, di Tel Aviv, Selasa kemarin, membahas isu Iran dan Timur Tengah lainnya. Menurut berita yang dilansir The Jerusalem Post per Selasa kemarin, Burns meminta Mossad membantu menurunkan ketegangan Iran-Israel saat ini.
Laut Merah, khususnya Bab al-Mandeb, dikenal sebagai jalur laut strategis. Laut itu menjadi lintasan semua kapal yang menuju Laut Tengah dan lautan Hindia, serta Teluk Persia. Hampir 40 persen suplai minyak ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) dari kawasan Teluk yang diangkut kapal tanker melalui Laut Merah dan Bab al Mandeb.
Oleh karena itu, negara-negara Barat, khususnya AS, menempatkan kapal perang secara permanen di kawasan Laut Merah untuk mengawasi dan sekaligus mengamankan jalur strategis Laut Merah dan Bab al Mandeb yang menjadi lintasan kapal-kapal yang lalu lalang antara Eropa dan Asia.
Sejak insiden serangan terhadap MV Mercel Street pada 29 Juli, Israel segera melakukan evaluasi tentang kelemahan sistem keamanannya di area lautan. Israel terlibat perang senyap dengan Iran di laut Tengah, Laut Merah, dan Teluk Persia sejak 2019.
Pada 26 Februari 2021, kapal milik Israel berbendera The Bahamas, MV Helios Ray, juga mendapatkan serangan di Teluk Oman. Insiden ini diduga kuat dilakukan oleh Iran atau loyalisnya.
Israel pun melihat area pertarungan sesungguhnya dengan Iran ada di Laut Merah. Israel meyakini Iran bisa mendeteksi kapal-kapal Israel yang menuju Teluk Persia melalui jaringan mata-matanya di laut Merah.
Sebelunya, pada 6 April, Israel menyerang kapal kargo Iran, Saviz, di Laut Merah. Israel menduga kapal ini merangkap sebagai kapal mata-mata di laut itu.
Iran menempatkan kapal Saviz secara semipermanen di Laut Merah. Selain diduga bertugas memata-matai kapal-kapal Israel, Savis diduga juga membantu kelompok al-Houthi di Yaman yang merupakan loyalis Iran.
Setelah serangan itu, Iran kemudian segera menarik Saviz dari Laut Merah. Sebagai gantinya, Iran, mengirimkan The Bahshad di Laut Merah.