Menolak Mundur, Duta Besar Myanmar di PBB Jadi Target Pembunuhan
Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun menjadi target pembunuhan. Rencana yang melibatkan dua warga Myanmar di New York ini terbongkar. Keduanya diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
NEW YORK, SABTU — Pihak berwenang Amerika Serikat mengatakan, 2 warga Myanmar ditangkap di New York, AS, Jumat (6/8/2021) waktu setempat. Mereka diketahui bersekongkol dengan seorang pedagang senjata di Thailand, yang biasa menjual senjata kepada junta Myanmar, untuk melukai atau membunuh Duta Besar Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Kyaw Moe Tun.
Di PBB, Tun mewakili pemerintah sipil terpilih Myanmar yang digulingkan oleh junta militer pada 1 Februari 2021. Tun saat itu dengan tegas menentang penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, akhir Februari, Tun menyerukan ”tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional” untuk memulihkan demokrasi di Myanmar.
Junta militer Myanmar kemudian memecat Tun karena dinilai mengkhianati negara. Namun, Tun mengatakan akan tetap melawan. ”Saya memutuskan untuk melawan selama saya bisa,” ujarnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (28/2/2021), tak lama setelah dia dipecat junta.
Selama di PBB, Tun konsisten mengkritik junta militer. Pertengahan pekan ini, ia menulis surat ke Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Isinya tentang pembunuhan junta militer terhadap penduduk Myanmar. Salah satunya adalah laporan penemuan 40 mayat warga sipil di hutan luar kota Kani, daerah yang selama ini memberikan perlawanan sengit terhadap pasukan junta militer.
Pada Selasa (3/8/2021), Tun sempat mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah mendapat ancaman kekerasan tanpa merinci lebih jauh soal pelaku dan modusnya. Namun, katanya, pihak berwenang AS telah meningkatkan keamanan terhadap dia dan keluarganya.
Adapun dua pelaku rencana penyerangan terhadap Tun, menurut kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Selatan New York, Jumat, ialah dua warga Myanmar, yakni Phyo Hein Htut (28) dan Ye Hein Zaw (20). Keduanya didakwa dengan tuduhan konspirasi untuk menyerang dan melakukan kekerasan terhadap seorang pejabat asing. Ancaman hukumnya, pidana penjara paling lama 5 tahun.
”Phyo Hein Htut dan Ye Hein Zaw berkomplot untuk melukai atau membunuh Duta Besar Myanmar dalam serangan yang akan dilakukan di tanah Amerika,” kata Jaksa Audrey Strauss dalam rilisnya, Jumat.
Tun tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan terhadap dua warga Myanmar itu. Dia tetap menjadi Duta Besar Myanmar untuk PBB karena PBB hingga kini belum mengakui pemerintahan junta Myanmar.
Majelis Umum PBB bertanggung jawab mengakreditasi diplomat. Sejauh ini, lembaga yang yang beranggotakan 193 perwakilan negara anggota itu tetap mengakui Tun sebagai Duta Besar Myanmar untuk PBB sekalipun junta militer Myanmar telah berusaha mendongkelnya. ”Kami belum menerima komunikasi apa pun terkait pergantian representasi Myanmar di PBB,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, belum lama ini.
Kami belum menerima komunikasi apa pun terkait pergantian representasi Myanmar di PBB.
Berdasarkan catatan pengadilan, Htut mengatakan kepada penyelidik FBI bahwa pedagang senjata di Thailand telah menghubunginya secara daring. Ia bersama dengan Zaw ditawari sejumlah uang untuk melukai Tun dan memaksanya mundur. Jika Tun tidak mundur, rencana berikutnya adalah membunuh Tun. Akhirnya disepakati skenario untuk merusak mobil duta besar Myanmar agar Tun mengalami kecelakaan.
Transfer uang kemudian dilakukan dua kali dengan total 4.000 dollar AS pada akhir Juli. Htut mengatakan kepada FBI bahwa dia seharusnya menerima tambahan 1.000 dollar AS setelah serangan dilakukan.
Eksekusi sedianya dilakukan di Westchester County, tempat tinggal duta besar. Seorang penjaga keamanan sukarelawan di misi PBB Myanmar mengatakan kepada FBI, Selasa lalu, bahwa Htut telah memberitahunya tentang rencana serangan terhadap Tun.
Zaw dilaporkan telah mengakui bahwa dia mentransfer uang ke Htut. Dia secara teratur mengirim uang kepada orang lain atas nama pedagang senjata dan baru-baru ini memesan penerbangan ke AS untuk dua orang lainnya atas permintaan pedagang senjata.
”Terdakwa ini mencapai lintas batas dan lautan dalam merancang rencana kekerasan terhadap pemimpin nasional di tanah Amerika,” kata Komisaris Departemen Kepolisian New York Dermot Shea dalam sebuah pernyataan.
Pada penampilan perdana di sidang pengadilan federal White Plains, Negara Bagian New York, Jumat waktu setempat, Htut ditahan. Zaw menunggu sidang perdananya. (AP/REUTERS)