Serangan Roket Kembali Panaskan Perbatasan Lebanon-Israel
Militer Israel mengatakan tiga roket ditembakkan dari Lebanon. Satu roket dilaporkan jatuh di kawasan perbatasan Israel-Lebanon, sementara dua lainnya jatuh di dalam wilayah Israel.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JERUSALEM, RABU — Tiga roket yang ditembakkan dari wilayah Lebanon pada Rabu (4/8/2021) menghantam dua titik di wilayah Israel. Tembakan itu langsung dibalas dengan tembakan artileri Israel ke titik yang diduga menjadi tempat peluncuran roket di Lebanon. Ini merupakan insiden kedua di perbatasan kedua negara dalam dua pekan terakhir.
Militer Israel mengatakan, dari tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon, satu di antaranya jatuh di kawasan perbatasan Israel-Lebanon. Dua lainnya jatuh di dalam wilayah Israel. Saksi di Lebanon juga melaporkan, beberapa roket ditembakkan ke Israel. ”Sebagai tanggapan, pasukan artileri (Israel) menyerang wilayah Lebanon,” kata militer Israel.
Sekitar dua jam setelah penembakan dari Lebanon, militer Israel mengatakan telah menembak balik ke sasaran yang tidak diidentifikasi di sepanjang perbatasan kedua negara. Otoritas layanan ambulans nasional Israel, Magen David Adom, menyatakan tidak ada korban di sisi Israel. Kawasan perbatasan yang menjadi titik tuju serangan dari Lebanon berupa perbukitan. Roket dari Lebanon itu dilaporkan memicu kebakaran hutan.
Hingga berita ini ditulis, tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan roket dari Lebanon. Serangan diketahui diluncurkan dari daerah Lebanon selatan. Kawasan itu berada di bawah kekuasaan gerilyawan Hezbollah yang didukung Iran.
Militer Lebanon mengeluarkan pernyataan soal serangan balasan Israel. Dikatakan bahwa serangan balasan Israel itu mencapai wilayah beberapa desa di Lebanon selatan.
Militer Lebanon menyatakan, serangan balasan Israel mencapai beberapa desa di Lebanon selatan. Serangan itu menyebabkan kebakaran di kota Rashaya al-Fokh. Otoritas Lebanon tengah menyelidiki siapa yang menembakkan roket dari Lebanon.
Pasukan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam misinya di Lebanon, UNIFIL, dalam pernyataan resmi menyatakan bahwa Kepala Misi dan Komandan UNIFIL Mayor Jenderal Stefano Del Col telah mengontak Lebanon ataupun Israel. ”Dia mendesak mereka menghentikan tembakan dan menahan diri secara maksimal untuk menghindari eskalasi lebih lanjut, terutama pada peringatan khidmat ini,” kata pernyataan itu, mengacu pada ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus tahun lalu.
Perbatasan Lebanon-Israel cenderung sepi dari insiden saling balas serangan sejak Israel berperang tahun 2006 melawan Hezbollah. Faksi-faksi kecil Palestina di Lebanon telah menembakkan roket-roket secara sporadis ke Israel pada masa lalu. Serangan terbaru dari arah Lebanon ke wilayah utara Israel terjadi pada 20 Juli lalu. Serangan itu disebut Israel tidak menyebabkan kerusakan atau korban cedera. Israel menanggapi insiden itu dengan tembakan artileri ke titik yang diduga menjadi sumber serangan dari Lebanon.
Tembakan roket itu diyakini otoritas Israel telah diluncurkan oleh kelompok-kelompok Palestina yang berbasis di Lebanon. Disebutkan bahwa serangan itu bukan oleh kelompok militan Hezbollah. Namun, kecil kemungkinan kelompok Palestina dapat beroperasi tanpa persetujuan Hezbollah.
Di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, mengecam serangan roket dari Lebanon. ”Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri terhadap serangan semacam itu,” katanya kepada wartawan. Ia menambahkan, AS akan tetap terlibat dengan mitranya Israel ”di kawasan itu dalam upaya untuk meredakan situasi”.
Muncul spekulasi serangan terbaru kali ini terkait dengan insiden yang terjadi antara Israel dengan Iran, khususnya jika serangan ke wilayah Israel itu dilakukan kelompok Hezbollah. Kelompok itu didukung Iran. Pada Kamis (29/7/2021), terjadi serangan pada sebuah kapal tanker Israel di lepas pantai Oman. Dua awak kapal, warga Inggris dan Romania, tewas. Israel menuduh Iran berada di belakang serangan itu, tetapi Teheran membantahnya.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, ”Sudah waktunya diambil tindakan diplomatik, ekonomi, bahkan militer (melawan Iran). Jika tidak, serangan akan berlanjut.” Inggris, Romania, dan Liberia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa sangat mungkin Iran menggunakan satu atau lebih pesawat nirawak untuk menyerang kapal tersebut. Sebelumnya AS dan Inggris mengatakan akan bekerja dengan sekutu mereka untuk menanggapi serangan itu. (AFP/REUTERS)