Cegah Tragedi Awal Pandemi Terulang, AS Wajibkan Vaksinasi Pekerja Panti Jompo
Industri layanan pengelolaan panti jompo dan rumah perawatan warga lanjut usia mengubah kebijakannya dengan mewajibkan pegawainya menjalani vaksinasi Covid-19. Ini agar tragedi di awal pandemi tak terulang lagi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
AFP/GETTY IMAGES/MARIO TAMA
Perawat menyuntikkan vaksin Covid-19 buatan Pfizer kepada seorang warga lanjut usia pada layanan klinik vaksinasi selama tiga hari di Providence Wilmington Wellness and Activity Center, Wilmington, California, AS, 29 Juli 2021.
CALIFORNIA, KAMIS — Perusahaan yang mengelola pelayanan panti jompo dan komunitas warga lanjut usia mulai mengubah kebijakan terhadap para pekerjanya dari semula membebaskan mereka untuk divaksin atau tidak menjadi mewajibkan vaksinasi. Hal ini setelah 1.250 penghuni panti jompo dan komunitas warga lanjut usia di seluruh Amerika Serikat terinfeksi Covid-19 hanya dalam sepekan terakhir, sebanyak 202 orang di antaranya meninggal.
Perubahan kebijakan itu dilakukan oleh Genesis Healthcare, perusahaan yang mengelola sekitar 400 panti jompo dan komunitas warga lansia di seluruh AS. Perusahaan itu memiliki sekitar 70.000 pekerja. Semula manajemen Genesis Healthcare khawatir akan terjadi eksodus pegawai jika para pekerjanya diwajibkan menjalani vaksinasi Covid-19.
Namun, seruan untuk mewajibkan vaksinasi bagi para pekerja, pendamping di panti jompo, dan komunitas warga lansia lebih kuat. Hal ini untuk melindungi para penghuni dan juga diri. Para penghuni panti jompo yang sudah menjalani vaksinasi pun masih termasuk dalam kelompok rentan karena lanjut usia dan semakin melemahnya daya tahan tubuh mereka. Keadaan mereka semakin rentan mengingat galur Delta virus SARS-CoV-2 semakin menular.
Para pekerja yang menolak vaksinasi harus bersiap untuk kehilangan pekerjaannya. ”Sekarang sangat mudah untuk mengatakannya: Genesis telah melakukannya dan sekarang kami akan melakukannya (kewajiban vaksinasi bagi pekerja),” kata Brian Lee, koordinator Families for Better Care, kelompok advokasi untuk penghuni rumah perawatan jangka panjang.
Lee menjelaskan, perubahan kebijakan oleh Genesis akan memberi efek domino yang kuat terhadap para pengelola layanan rumah perawatan warga lansia dan panti jompo.
Kompas
Beberapa petugas kebersihan saling memeriksa kelengkapan dan keamanan alat pelindung diri ketika hendak memasuki rumah perawatan warga senior Life Care Center di Kirkland, Washington, 12 Maret 2020.
Lawrence Gostin, profesor hukum kesehatan di Universitas Georgetown, menyatakan bahwa perubahan kebijakan industri besar, seperti Genesis, akan menjadi efek bola salju dan diikuti oleh banyak perusahaan lainnya. Dia sepakat, menolak kewajiban vaksinasi di tengah pandemi seperti sekarang ini dan di tengah meluasnya infeksi akibat varian Delta merupakan tindakan yang tidak masuk akal.
Genesis, yang berbasis di Pennsylvania, menyatakan, program vaksinasi sukarela bagi para karyawan sudah dilakukan sejak awal program vaksinasi digelar oleh pemerintah. Sejauh ini 65 persen pekerja sudah divaksin. Namun, situasinya sekarang berbeda karena varian Delta sudah meluas di AS. Manajemen perusahaan itu memberikan waktu hingga 23 Agustus bagi para pekerjanya untuk mendatangi lokasi vaksinasi dan disuntik.
”Untuk berhasil melawan varian Delta akan membutuhkan tingkat vaksinasi yang jauh lebih tinggi. Taktik kami dalam pertarungan harus berubah,” kata Chief Medical Officer Richard Feifer.
130.000 orang meninggal
Sejak pandemi meluas di Amerika Serikat, Februari dan Maret tahun lalu, lebih dari 130.000 penghuni panti jompo dan rumah perawatan warga lansia di negara itu meninggal akibat Covid-19. Angka ini menjadikan panti jompo dan rumah perawatan warga lansia sebagai tempat mematikan selama pandemi.
Setelah sempat melandai, kematian di panti jompo dan rumah perawatan warga senior kembali meningkat setelah varian Delta menyebar luas di seluruh wilayah AS. Pada saat yang sama, lebih dari 15.000 institusi pengelola panti jompo dan rumah perawatan warga senior menolak kewajiban vaksinasi bagi para pekerjanya. Mereka khawatir kebijakan itu akan diprotes dan berujung pada kekurangan sumber daya manusia. Hampir seperempat panti jompo sudah kekurangan perawat atau pembantu perawat selama pandemi.
Namun, seorang manajer pengelola panti jompo dan rumah perawatan warga lansia menyatakan, kekhawatiran akan eksodus pekerja karena kewajiban vaksinasi adalah berlebihan.
AP/MARTIN MEISSNER
Salah seorang penghuni panti jompo mendapat suntikan vaksin Covid-19 di Cologne, Jerman, Minggu (27/12/2020).
Debi McNeil, CEO Canterbury Court, perusahaan yang mengelola sekitar 10 rumah perawatan warga lansia di Georgia utara mengatakan, lantaran kekhawatiran akan terjadi eksodus pekerjanya, ia mengundang ahli kesehatan untuk berbicara, berdiskusi dengan para pekerja soal vaksin dan program vaksinasi Covid-19. Pada akhirnya, dari 180 pekerja hanya 10 orang yang berhenti bekerja setelah diskusi itu. Sejak Februari, di fasilitas yang dikelolanya, tidak ada kasus baru infeksi Covid-19.
”Itu adalah pertaruhan yang membuahkan hasil bagi kami. Saya pikir lebih banyak orang akan mewajibkannya sekarang,” kata McNeil.
Kondisi yang sama terjadi di sebuah rumah perawatan warga Yahudi lanjut usia di Rockleigh, New Jersey. Setelah manajemen mewajibkan vaksinasi kepada para pekerja, hanya lima dari 527 pekerja yang keluar. Rumah perawatan warga lansia Westmintster Village di Bloomington juga sama: kehilangan dua dari 250 pegawainya.
”Penting untuk mendidik para pekerja yang tidak mau divaksin. Tetapi, pada satu titik tertentu, kita semua harus berjuang bersama untuk mengakhiri pandemi ini,” kata Scott Crabtree, CEO Lambeth House di New Orleans.
Alasan enggan divaksin
Beberapa pekerja telah menolak vaksin karena mereka pikir vaksin itu terburu-buru dalam pengembangan dan tidak aman. Sebagian dari mereka merasa terlindungi karena status penyintas Covid-19. Sebagai penyintas, mereka menilai dirinya telah memiliki kekebalan.
Christina Chiger, asisten perawat di sebuah panti jompo di Tampa, Florida, mengatakan, dirinya masih belum mau divaksin karena proses penelitian dan pengembangan vaksin sangat singkat. ”Terlalu dini untuk menyuntikkan barang itu ke dalam tubuh saya. Butuh berapa tahun untuk menyempurnakan vaksin polio? (Pengembangan vaksin Covid-19) dilakukan hanya dalam beberapa bulan saja,” katanya.
AFP/GETTY IMAGES/MARIO TAMA
Seorang petugas (kanan) berbicara dengan seorang pria menjelang penyuntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer kepada seorang warga lanjut usia pada layanan klinik vaksinasi selama tiga hari di Providence Wilmington Wellness and Activity Center, Wilmington, California, AS, 29 Juli 2021.
Pekerja lainnya terpengaruh desas-desus yang dilancarkan oleh kelompok antivaksin, mulai dari cerita soal bahan baku vaksin yang berasal dari jasad bayi atau bahkan mengandung microchip atau memiliki efek samping, termasuk mengganggu kesuburan.
”Saya agak khawatir. Tapi, setelah berbicara dengan dokter, mereka menenangkan saya,” kata Michaela Murray, seorang perawat di panti jompo di Alabama. Dia akhirnya setuju untuk divaksin. ”Saya penyintas dan tidak ingin mengalaminya lagi,” ujarnya.
Jennifer Moore, tinggal di Hollywood, Florida, mengatakan, vaksinasi pekerja panti jompo adalah soal etika. Perawatan sang suami, Thomas Moore, yang menderita penyakit Parkinson, bergantung pada kehadiran perawat.
”Setiap kali saya melihat cerita tentang seseorang yang antivaksin, saya hanya ingin berteriak. Saya mengerti orang-orang memiliki kekhawatiran tentang vaksin, tetapi orang-orang ini bekerja dengan populasi yang paling rentan. Mereka memiliki kewajiban terhadap pasien mereka,” kata Moore. (AP)