Warga Kulit Hitam dan Hispanik Tertinggal dalam Pemulihan Ekonomi AS
Ketidaksetaraan sudah mengakar dalam kehidupan di Amerika Serikat. Pemulihan ekonomi pascapandemi tidak merata, meninggalkan kelompok minoritas di belakang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Vaksinasi telah ikut membantu meredam kasus Covid-19 sekaligus mengembalikan jutaan warga Amerika Serikat ke dunia kerja. Namun, di tengah optimisme atas kondisi normal dengan aneka kebiasaan baru pascapandemi, para pekerja dari kalangan kulit hitam dan kaum Hispanik masih tertinggal. Ini menunjukkan ketidaksetaraan yang mengakar di negara itu.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, tingkat pengangguran AS turun menjadi 5,9 persen pada Juni tahun ini. Kondisi itu bertolak belakang dengan tahun lalu. Pengangguran di ”Negeri Paman Sam” sempat meroket hingga 14,7 persen pada April 2020 setelah pembatasan aktivitas guna menghentikan penyebaran wabah Covid-19.
Kondisi di tengah pemulihan menyisakan pertanyaan baru. Pemulihan itu terdata tidak merata. Tingkat pengangguran pekerja kulit hitam 9,2 persen dan Hispanik 7,4 persen, dibandingkan dengan 5,2 persen pekerja kulit putih. Kesenjangan soal jenis pekerjaan berdasarkan ras dan etnis pada perekonomian terbesar dunia itu tetap tergambar bahkan ketika pengangguran berada pada rekor terendah sebelum pandemi.
Para pakar menilai, kesenjangan tersebut dipicu diskriminasi jenis dan tingkat pekerjaan yang sudah berlangsung lama. Kesenjangan dan diskriminasi diperparah gangguan unik terkait pandemi Covid-19. Banyak warga tidak dapat atau kesulitan menemukan pekerjaan. Mereka juga merasa tidak aman kala melakukannya. ”Kita belum benar-benar mengatasi gangguan kesenjangan dalam perekonomian,” kata Kate Bahn, Direktur Kebijakan Pasar Tenaga Kerja di Washington Center for Equitable Growth.
Di Washington, masalah ini mendapat perhatian baru dari Presiden Joe Biden. Biden telah mengajukan rencana pengeluaran besar-besaran yang diharapkan akan membantu memulihkan dan membentuk kembali ekonomi, sekaligus membuatnya lebih inklusif. Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), telah berjanji mempertahankan suku bunga rendah lebih lama.
Di Washington, masalah ini mendapat perhatian baru dari Presiden Joe Biden. Biden telah mengajukan rencana pengeluaran besar-besaran yang diharapkan akan membantu memulihkan dan membentuk kembali ekonomi sekaligus membuatnya lebih inklusif.
Caranya, di antaranya, dengan menambah perekrutan ras minoritas ke dunia kerja. Proses ini telah memakan waktu hampir satu dekade setelah krisis keuangan global 2008.
”Kita semua melakukan lebih baik ketika kue lebih besar, dan Anda mendapatkan kue yang lebih besar dengan menjadi agresif,” William Spriggs, kepala ekonom dari federasi serikat pekerja AFL-CIO, menggambarkan tantangan yang dihadapi AS.
Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis laporan ketenagakerjaan terbaru pada Jumat (6/8). Sejumlah ekonom memproyeksikan terdapat lebih dari 1 juta pekerjaan pada Juli. Artinya, terdapat penurunan tingkat pengangguran ke level 5,6 persen karena lebih banyak bisnis dibuka kembali.
Data Juni lalu menunjukkan tingkat pengangguran perempuan kulit putih 5 persen. Tahun lalu, tingkat kehilangan pekerjaan pada perempuan kulit putih hampir sama dengan pekerja kulit hitam, kendati perekrutan kembali pekerja kulit hitam lebih lambat. Tren serupa juga tergambar untuk warga Hispanik. ”Ada perbedaan tetap antara kulit hitam dan kulit putih dalam hal dipekerjakan kembali,” kata Spriggs.
Jumlah perempuan kulit hitam yang mencari pekerjaan lebih banyak dibandingkan perempuan kulit putih. Akan tetapi, perusahaan besar dan kecil di seluruh negeri tetap mengeluh kesulitan menemukan orang untuk mengisi posisi, terutama pekerja terampil.
”Para penyedia kerja semuanya berteriak tidak dapat menemukan pekerja, tidak dapat menemukan pekerja. Perempuan pekerja kulit hitam banyak tersedia, tetapi nyatanya mereka tidak dipekerjakan juga,” kata Spriggs. ”Ini sebuah diskriminasi. Sampai kita serius tentang diskriminasi dalam perekrutan dan angkatan kerja, kita tidak bisa maju.”
Para pakar menilai kesenjangan terjadi akibat faktor-faktor yang mendorong pekerja kulit hitam dan Hispanik mendapat pekerjaan dengan bayaran lebih rendah dan sering menempatkan mereka berisiko tertular Covid-19.
Walter L Simmons, Presiden dan CEO organisasi nirlaba Employ Prince George’s, yang melayani sebagian besar wilayah kulit hitam dan Hispanik di luar Washington, mengatakan, gangguan pandemi yang sedang berlangsung membuat beberapa orang tidak dapat bekerja atau mencari pekerjaan.
Layanan bus dan transportasi belum kembali normal sepenuhnya. Hal itu pun mengakibatkan banyak pencari kerja sering tidak mendapat pekerjaan. Pengasuhan anak juga telah dibatasi sehingga orangtua yang bekerja harus mencari tahu apa yang harus dilakukan dengan anak-anak mereka.
Untuk saat ini, pekerja yang menganggur dapat bertahan hidup dari perluasan tunjangan pengangguran dari pemerintah federal. Pemerintah membayar pekerja berupah rendah lebih besar dari upah mereka sebelumnya. Sekitar belasan negara bagian telah mengakhiri tunjangan ini. Pada September, program tunjangan akan berakhir secara nasional. Mereka yang kurang beruntung itu akan benar-benar berjuang setelah program itu berakhir. (AFP)