Suhu Dingin Ekstrem Ancam Produksi Kopi dan Tebu Brasil
Cuaca ekstrem telah memicu kekhawatiran di pasar global akan panen yang lemah di Brasil. Negara itu merupakan pengekspor utama komoditas pertanian.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SAO PAULO, SELASA — Suhu dingin yang ekstrem telah mengancam produksi kopi, tebu, serta jeruk di Brasil. Perkiraan awal dari Pemerintah Brasil menunjukkan bahwa salju yang turun sepanjang dua pekan terakhir telah memengaruhi hasil panenan dari lahan seluas 150.000-200.000 hektar atau sekitar 11 persen dari total area tanaman kopi arabika negara itu.
Pada Kamis (29/7/2021) pekan lalu salju turun di sebagian besar Brasil. Hujan salju dilaporkan turun—bahkan semalaman—di sejumlah wilayah yang jarang dilanda hujan salju selama ini. Cuaca dingin yang tidak biasa itu pun telah membuat harga-harga komoditas, seperti kopi dan gula, di pasar internasional lebih tinggi.
”Dengan penguatan massa udara kutub, semakin dingin di sebagian besar daerah penghasil pertanian di Brasil bagian tengah-selatan,” kata Marco Antonio dos Santos, analis di perusahaan konsultan cuaca Rural Clima di Brasil. ”Dengan demikian, kemungkinan embun beku di area kopi, tebu, dan jeruk meningkat secara dramatis.”
Di negara bagian paling selatan Brasil, Rio Grande do Sul, gelombang dingin telah mengakibatkan hujan salju setidaknya di 13 kota pada tengah pekan lalu. Gambar televisi lokal menunjukkan turis dan penduduk setempat mengambil foto dan bermain di salju di kota Sao Francisco de Paula saat suhu turun di bawah nol derajat celsius. Daerah produsen-produsen utama kopi, tebu, dan jeruk, seperti Sao Paulo dan Minas Gerais, pun tak luput dari paparan suhu ekstrem itu. Hal serupa juga terjadi di Goias dan Mato Grosso do Sul di selatan Brasil yang merupakan penghasil utama jagung.
Para pedagang India untuk pertama kalinya bahkan dilaporkan telah menandatangani kontrak ekspor gula lima bulan sebelum waktu pengiriman. Hal itu semata dilakukan sebagai antisipasi atas kemungkinan terjadinya penurunan produksi Brasil sehingga mendorong mereka untuk mengamankan pasokan di muka.
Cuaca ekstrem itu pun telah memicu kekhawatiran di pasar global akan memburuknya produksi yang berpengaruh pada kualiatas dan kuantitas panen di Brasil. Negara itu merupakan pengekspor utama komoditas pertanian. Federasi pertanian FAESP di kawasan utama penghasil gula utama negara bagian Sao Paulo mengatakan salju telah menutup 15-30 persen dari total tanaman tebu. Kondisi itu dikhawatirkan dapat mengakibatkan tingkat produksi yang lebih rendah.
Harga gula mentah berjangka pun terkerek naik pekan lalu ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Investor terus mempertimbangkan dampak cuaca ekstrem di Brasil itu. Para pedagang India untuk pertama kalinya bahkan dilaporkan telah menandatangani kontrak ekspor gula lima bulan sebelum waktu pengiriman. Hal itu semata dilakukan sebagai antisipasi atas kemungkinan terjadinya penurunan produksi Brasil sehingga mendorong mereka untuk mengamankan pasokan lebih awal.
Harga kopi arabika menyentuh level tertinggi hampir tujuh tahun awal pekan ini karena cuaca dingin yang tidak biasa memengaruhi hasil panen di Brasil itu. Sebagai produsen utama kopi dunia, perusahaan-perusahaan siap membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen. Perkiraan awal dari Pemerintah Brasil menunjukkan bahwa salju pekan lalu saja telah memengaruhi 150.000-200.000 hektar atau sekitar 11 persen dari total area tanaman arabika negara itu.
”Tidak ada yang benar-benar tahu seberapa dalam kerusakan yang terjadi,” kata eksportir kopi Comexim, yang memperkirakan kerugian 13 persen pada produksi kopi tahun depan di wilayah Cerrado, negara bagian penghasil kopi teratas Minas Gerais.
Kondisi serupa juga menimpa para produsen jagung di Brasil. Tanaman jagung yang mewakili 70-75 persen dari produksi jagung global pada tahun tertentu, telah mengalami kekeringan dan cuaca beku. Kondisi itu pun mengharuskan para petani mengambil pilihan pahit, seperti memanen lebih dini tanaman mereka. Jagung merupakan bahan utama pakan ternak.
Negara Bagian Parana, produsen biji-bijian nomor dua di Brasil, memangkas proyeksi panen jagung kedua tahun ini. Pemangkasan yang dilakukan cukup besar, yakni hampir 40 persen menjadi 6,1 juta ton. Brasil pun harus mengurangi prospek ekspor jagungnya tahun ini dan bahkan diperkirakan harus meningkatkan kebutuhan dalam negeri via jalur impor. Situasi tersebut menyebabkan pedagang biji-bijian global untuk keluar dari kontrak ekspor mereka menggunakan klausul khusus.
Selain tanaman-tanaman itu, produksi gandum di Brasil juga berisiko terkena embun beku. Sekitar sepertiga tanaman gandum di Parana dilaporkan berada dalam kondisi rentan terhadap kerusakan akibat cuaca dingin. Parana adalah produsen terbesar gandum di Brasil.
Kondisi yang menimpa para produsen tanaman utama Brasil itu langsung mendapatkan perhatian sekaligus respons pemerintah. Dewan Kopi Nasional (CNC) Brasil pada Selasa (3/8/2021) menyatakan, para produsen kopi Brasil yang menderita kerugian akibat salju pada Juli dapat menerima bantuan kredit pembiayaan tambahan total senilai 192 juta dollar AS. Dana itu berasal dari pos Dana Pertahanan Ekonomi Brasil.
Proposal itu teah diajukan dan disetujui Dewan Kebijakan Kopi Pemerintah (CDPC) dan dibahas dalam pertemuan Menteri Pertanian Tereza Cristina dan pejabat Kementerian Ekonomi. Proposal tersebut masih harus mendapatkan lampu hijau dari Dewan Moneter Nasional (CMN), otoritas pembuat kebijakan keuangan utama Brasil. ”Kami ingin dana itu segera diserahkan ke tangan produsen,” kata Presiden CNC Silas Brasileiro. (AFP/REUTERS)