Beijing tidak mengizinkan kapal perang Jerman, Bayern, berlabuh di Shanghai sebelum Berlin menjelaskan tujuan pelayaran itu. Bayern akan berlayar di pesisir Afrika hingga Samudra Pasifik.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
BERLIN, SELASA — Menjelang pemilu pada 29 September 2021, Pemerintah Jerman mengakui rencana pengerahan salah satu kapal perangnya, Bayern, ke Laut China Selatan. Pengerahan dilakukan setelah kapal induk Inggris, HMS Queen Elizabeth II, berlayar di Laut China Selatan lalu menuju Jepang.
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengakui misi salah satu fregat Jerman itu pada Senin (2/8/2021) siang waktu Berlin atau Selasa dini hari WIB. Mantan bakal calon kanselir Jerman itu menyebut, Bayern akan berlayar ke Asia Pasifik. Misi Bayern adalah memberi dukungan kepada para mitra yang berpandangan sama dengan Jerman. ”Bagi mitra di Indo-Pasifik, faktanya jalur laut tidak lagi terbuka dan aman, serta ada klaim wilayah berdasarkan pendapat yang kuat yang menang,” ujarnya.
Jerman dan mitranya akan membuat keputusan penting soal kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan di Indo-Pasifik. ”Pesannya jelas, kami akan membela nilai dan kepentingan bersama mitra dan sekutu kami,” kata Kramp-Karrenbauer yang juga politisi CDU, partai terbesar Jerman.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyebut, penting bagi Jerman untuk hadir di Indo-Pasifik. ”Kami ingin terlibat dan ikut bertanggung jawab menjaga ketertiban internasional yang berdasarkan aturan,” ujar Maas, politisi SDP, mitra koalisi CDU dalam membentuk pemerintahan Jerman.
Konsep Indo-Pasifik versi Jerman diumumkan pada September 2020. Jerman menyusul Perancis yang mengadopsi pandangan Indo-Pasifik pada 2019.
Pelayaran Bayern diumumkan selepas HMS Queen Elizabeth II mulai meninggalkan Laut China Selatan. Bayern dan HMS Queen Elizabeth hadir setelah Kepala Kebijakan Keamanan dan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell Fontelles mengumumkan armada Eropa akan lebih kerap hadir di kawasan.
Eropa memandang Indo-Pasifik vital bagi kepentingannya. Dalam beberapa tahun ke depan, kawasan ini akan berkontribusi hingga 60 persen bagi perekonomian global. Rute penghubung utama kawasan itu adalah Laut China Selatan dan Selat Malaka.
Sikap China
Berlin tidak secara spesifik menyebut China sebagai pihak yang melanggar ketentuan internasional karena mengklaim sepihak sebagian Laut China Selatan. Hal yang jelas, Kramp-Karrenbauer dan Maas menggunakan istilah yang kerap dipakai Amerika Serikat dalam pengerahan kapal perangnya di kawasan.
Dalam lawatan ke Asia Tenggara pekan lalu, Menhan AS Lloyd Austin mengatakan, klaim China di Laut China Selatan tidak berdasar. Seperti Kramp-Karrenbauer, Austin juga menyebut negaranya siap membantu mitra di kawasan dari pihak yang memaksakan kehendaknya. Meski tidak menyebut negara tertentu, berbagai pakar menyimpulkan Austin mengarahkan tudingannya kepada China.
Dalam telekonferensi dengan Menhan China Wei Fenghe, Kramp-Karrenbauer menekankan pentingnya mematuhi Mahkamah Arbitrase Internasional. Pada 2016, lembaga itu memutuskan klaim Beijing di Laut China Selatan tidak berdasar. Pekan lalu, Austin juga menyinggung soal putusan tersebut.
Sementara Wei disebut meminta Berlin mengelola perbedaan kedua negara secara bijak. Wei mengajak Jerman mengutamakan dialog. ”Kami berharap Jerman bergabung dengan China menjunjung multilateralisme, menolak politisasi pandemi, dan menolak pendekatan saling menghancurkan (dalam geopolitik), dan mempertahankan keadilan global,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, Beijing-Berlin seharusnya mempertahankan komunikasi strategis. ”Terus (berkomunikasi) dengan mekanisme yang ada dan mengelola perbedaan dengan layak untuk mendorong kemajuan stabil militer kedua pihak,” ucapnya.
Kramp-Karrenbauer dan Wei juga dilaporkan membahas rencana pelayaran Bayern. Meski demikian, Kemenhan China dilaporkan menyurati Kemenhan Jerman soal rencana pelayaran Bayern. Beijing tidak mengizinkan Bayern berlabuh di Shanghai sebelum Berlin menjelaskan tujuan pelayaran itu.
Dalam rangkaian agenda pelayaran fregrat itu, memang ada rencana Bayern berlabuh di Shanghai. Waktu singgah belum dipastikan. Demikian pula waktu berlayar di Laut China Selatan. Sebab, sebelum ke Asia, Bayern terlebih dulu akan beroperasi di perairan Afrika. Di sana, Bayern akan terlibat dalam operasi bersama Uni Eropa untuk menangkal pembajakan.
Di Asia, Bayern terutama akan ikut terlibat untuk menangkal kapal-kapal menuju atau meninggalkan Korea Utara. Penangkalan berlaku apabila kapal-kapal itu mengangkut muatan yang dilarang menurut sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemilu
Pengumuman Kramp-Karrenbauer memicu perdebatan soal kebijakan Jerman masa depan. Dalam hampir 30 tahun terakhir, Jerman dikenal menghindari konfrontasi dengan China. Jerman punya banyak perusahaan yang beroperasi di China. Karena itu, Berlin menggunakan kebijakan yang memprioritaskan ekonomi dibandingkan dengan politik dalam mengelola hubungan dengan China.
Pada Januari 2019, Federasi Industri Jerman (BDI) menyebut China sebagai pesaing sistematis bagi Jerman. BDI mendesak Jerman dan Uni Eropa membuat kebijakan yang lebih keras dan tegas untuk menghadapi China. Pada masa lalu, BDI berusaha tidak mengkritik China.
Pada Juni 2021, BDI mengundang Armin Laschet untuk membahas aneka pandangan bakal calon Kanselir Jerman jika CDU memenangi pemilu 2021 itu. Dalam forum itu, Laschet menyebut bahwa kebijakan Berlin terhadap Beijing tidak perlu diubah. Meski demikian, Ketua Umum CDU dan calon pengganti Angela Merkel itu setuju bahwa Berlin perlu memandang Beijing sebagai pesaing.
Pandangan Laschet berbeda dari manifesto CDU yang juga disiarkan pada Juni 2021. Dalam manifesto itu, CDU menyebut China menjadi ancaman kebijakan keamanan dan luar negeri terbesar Jerman saat ini. CDU menekankan pentingnya tanggapan keras dan teguh terhadap proyek-proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan yang didanai Beijing.
”China berniat dan terus meningkatkan kekuatan untuk mengubah dan membentuk tatanan global sesuai keinginannya, serta melakukannya dengan semua kemampuan. China memengaruhi negara lain lewat investasi pada teknologi dan infrastruktur,” demikian tertulis dalam manifesto yang dikeluarkan tiga bulan menjelang pemilu itu.
Direktur Global Public Policy Institute Thorsten Benner menyebut manifesto itu menimbulkan kesan CDU berjarak dari ketua umumnya. Padahal, sosok calon kanselir yang akan diusung menjadi salah satu faktor penting dalam pemilu.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengumumkan akan pensiun pada akhir 2021. Awalnya, Kramp-Karrenbauer digadang menjadi pengganti. Belakangan, Kramp-Karrenbauer mengundurkan diri dan Laschet secara resmi akan diusung CDU menjadi calon kanselir.
CDU menghadapi pemilu 2021 dengan penurunan peluang keterpilihan. Dari 35 persen pada April 2020 menjadi 27 persen pada Juli 2021. Sementara mitra koalisi CDU, SDP, stagnan di 18 persen. Peluang SDP malah setara dengan Partai Hijau. Karena itu, sejumlah pihak berspekulasi CDU akan bergandengan dengan Partai Hijau dalam membentuk pemerintahan hasil pemilu 2021.
Selama ini, Partai Hijau telah lebih dulu bersikap keras kepada China. Dalam sejumlah jajak pendapat pada 2020, antara lain oleh Pew Research, Bertelsmann Foundation, dan German Marshall Fund and Institut Montaigne, hingga 71 persen warga Jerman berpandangan negatif terhadap China. Mereka menganggap China sebagai ancaman bagi Jerman. (AFP/REUTERS)