Simpan Koleksi Peninggalan PD II, Kakek di Jerman Terancam Hukuman

Gara-gara menyimpan koleksi persenjataan berat dari era Perang Dunia II, seorang kakek di Jerman terancam sanksi dan hukuman.

KOMPAS/SUPRIYANTO

Supriyanto

Gara-gara mempunyai hobi mengoleksi perlengkapan militer peninggalan zaman Perang Dunia II, seorang warga Jerman berusia 84 tahun terancam sanksi dan hukuman dari Pemerintah Jerman. Di dalam ruang bawah tanah di rumahnya, ia ternyata menyimpan aneka ragam persenjataan, antara lain, tank Panther seberat 44 ton, meriam anti-pesawat, dan torpedo.

Sebenarnya semua koleksinya itu sudah dikeluarkan dari rumahnya oleh militer Jerman pada Juli 2015, tetapi menurut harian Turki, Daily Sabah, 29 Juli lalu, proses hukumnya masih berlangsung sampai sekarang. Putusan akhir kasus ini kemungkinan akan diumumkan bulan depan. Pada tahun 2015 dibutuhkan sekitar 20 tentara dan 9 jam untuk mengeluarkan tank Panther-nya saja. Tank jenis itu merupakan jenis tank Jerman paling canggih dan efisien semasa PD II.

Menurut penuturan tim pembela si kakek, ada museum di Amerika Serikat yang tertarik membeli koleksi tank Panther itu. Si kakek kerap didekati sejumlah kolektor di Jerman yang juga tertarik membeli koleksi senapan dan pistolnya. Dalam sidang di pengadilan kota Kiel, Senin lalu, tim penuntut berusaha membuktikan apakah si kakek melanggar Undang-Undang Pengendalian Senjata Perang Jerman karena mengoleksi berbagai persenjataan itu. UU itu mengatur mengenai produksi, penjualan, dan pengiriman senjata perang.

Tim pengacara si kakek sedang memperjuangkan agar si kakek mendapatkan hukuman percobaan dan uang denda sekitar 593,4 dollar AS saja mengingat usianya yang sudah lanjut. Selain itu, si kakek juga wajib mencarikan tempat baru untuk menyimpan koleksi bersejarah itu. Si kakek keberatan dengan tuntutan itu. Alasannya, banyak dari koleksi senjatanya itu yang sebenarnya sudah tidak bisa dipakai. Bahkan, tank Panther itu ia beli masih dalam bentuk rongsokan. Namun, tim penuntut tetap bersikeras sebagian senjata dan amunisi koleksi si kakek itu masih bisa digunakan. (LUK)