Diduga Terlibat Rencana Pembunuhan Presiden Madagaskar, Jenderal dan Perwira Tinggi Polisi Ditangkap
Setelah menggagalkan upaya pembunuhan Presiden Madagaskar Andry Rajoelina, otoritas keamanan Madagaskar telah menangkap 21 tersangka. Lima orang di antaranya jenderal militer dan perwira tinggi polisi.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
ANTANANARIVO, SENIN — Otoritas keamanan Madagaskar telah menangkap lima jenderal militer dan perwira tinggi polisi yang diduga terlibat rencana pembunuhan Presiden Andry Rajoelina (47) yang gagal. Dengan demikian, aparat berwenang telah menangkap 21 orang, termasuk dua warga Perancis.
”Hingga saat ini 21 orang telah ditangkap dan diselidiki,” kata Jaksa Agung Madagaskar, Berthine Razafiarivony, dalam jumpa pers pada Minggu (1/8/2021) waktu setempat di Antananarivo, ibu kota negara itu.
Dalam operasi terbaru, menurut Razafiarivony, aparat menangkap 12 personel militer dan polisi aktif. Mereka meliputi 5 jenderal, 2 kapten, dan 5 bintara. Sebelumnya aparat menangkap sembilan orang, yakni dua warga asing serta tujuh warga loka. Ketujuh warga lokal itu meliputi lima warga sipil, seorang pensiunan polisi, dan seorang pensiunan militer. Mereka diduga kuat berkomplot dalam upaya untuk membunuh Presiden Rajoelina.
Sejauh ini, masih menurut Razafiarivony, pihak berwenang telah menyita sejumlah barang bukti berupa uang senilai 209.300 euro atau sekitar Rp 3,5 miliar, dua mobil, dan sepucuk senapan.
Upaya pembunuhan yang gagal terhadap Rajoelina terjadi pada Juli lalu menyusul pergolakan sosial dan politik di negara kepulauan di timur Benua Afrika itu. Ada pula ancaman pembunuhan terhadap wartawan karena rutin melaporkan persoalan penanganan Covid-19 dan kelaparan di negara itu.
Di tengah situasi seperti itu, Razafiarivony pada 22 Juli berbicara kepada media bahwa aparat Madagaskar telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap presiden. Saat itu, ia menyebutkan enam orang telah ditangkap, termasuk dua warga Perancis. Penangkapan terjadi pada Selasa, 20 Juli. ”Penangkapan itu sebagai bagian penyelidikan atas serangan terhadap keamanan negara,” katanya.
Menurut berbagai bukti yang dihimpun, orang-orang yang telah ditangkap tersebut menyusun rencana untuk menghilangkan dan membunuh berbagai tokoh Madagaskar, termasuk kepala negara.
Sebelumnya, Menteri Keamanan Publik Fanomezantsoa Rodellys Randrianarison mengatakan, polisi menghimpun informasi tentang komplotan itu selama berbulan-bulan sampai pada penangkapan para tersangka. Polisi dalam penangkapan serempak di beberapa lokasi berbeda itu sekaligus menyita sejumlah uang dan senjata.
”Ada juga dokumen resmi yang membuktikan keterlibatan mereka. Orang asing itu (dua warga Perancis) menyembunyikan skema berbahayanya di balik aktivitas bisnis mereka,” katanya.
Media pemerintah Madagaskar mengindentifikasi dua warga Perancis itu adalah pensiunan perwira polisi militer. Salah satu di antaranya direktur perusahaan investasi dan penasihat investor internasional di Madagaskar. Seorang lagi adalah warga negara ganda, Perancis dan Madagaskar, yang menjadi penasihat Rajoelina hingga 2011.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Perancis telah mengonfirmasi bahwa Paris telah diberitahu tentang penangkapan dua warganya. Namun, kementerian tidak menjelaskan secara rinci, kecuali mengatakan siap memberikan bantuan konsuler bagi keduanya.
Madagaskar memiliki sejarah kekerasan dan ketidakstabilan politik. Rajoelina dilantik sebagai presiden pada 2019 setelah pemilihan umum pada Desember 2018 yang diwarnai ketegangan, tuduhan kecurangan, dan tuntutan pengadilan konstitusi dari saingannya.
Rajoelina pertama kali merebut kekuasaan pada kudeta Maret 2009 dari Marc Ravalomanana dengan dukungan militer. Namun, karena konstitusi menetapkan usia minimum calon presiden adalah 40 tahun, dia tidak bisa menjadi presiden karena masih berusia 34 tahun.
Rajoelina lalu menjadi pemimpin ”Otoritas Transisi Tinggi” Madagaskar. Dengan otoritasnya itu, ia mengubah konsitusi. Ia menurunkan batas minimum usia kandidat presiden menjadi 35 tahun. Amandemen itu membuatnya kemudian memenuhi syarat untuk mengajukan diri sebagai calon presiden.
Di bawah tekanan internasional, Rajoelina tidak bisa mengikuti pemilihan umum presiden 2013. Namun, ia tetap memimpin pemerintahan transisi di negara berpenduduk 26 juta jiwa itu hingga 2014. Baru pada pemilu Desember 2018, ia mengikuti pemilu dan akhirnya dilantik menjadi presiden pada Januari 2019 setelah keluar sebagai pemenang.
Madagaskar sangat bergantung pada bantuan asing. Meski selalu menggambarkan dirinya sebagai pejuang kaum miskin dan melihat bisnis sebagai kunci untuk mengurangi kemiskinan, sembilan dari 10 orang warganya hidup dengan kurang dari 2 dollar AS per hari.
Negara tersebut juga hampir saja menerapan karantina total sejak pandemi Covid-19 melanda tahun lalu. Sementara wilayah selatan dalam cengkeraman kelaparan. Pada April 2020, Rajoelina menjadi pelopor peluncuran minuman herbal buatan lokal bernama Covid-Organics yang diklaim bisa mencegah dan menyembuhkan penyakit Covid-19.
Minuman itu dipromosikan secara besar-besaran di Madagaskar dan dikirim ke negara-negara Afrika lainnya melalu promosi besar-besar. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) sudah memperingatkan bahwa Covid-Organics tidak memiliki validasi ilmiah.
Membentang di 587.000 kilometer persegi, Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia, lebih besar dari Spanyol atau Thailand dalam ukuran. Negara ini terkenal di dunia karena satwa liar dan vanila yang unik, tetapi memiliki sejarah panjang kudeta dan kerusuhan sejak memperoleh kemerdekaan dari Perancis pada tahun 1960.(AFP/REUTERS)