Dalam Dua Pekan, Pandemi Akan Tembus 200 Juta Kasus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akumulasi orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia akan tembus 200 juta kasus dalam dua pekan ke depan. Penularan varian Delta jadi salah satu faktornya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
GENEVA, SABTU — Dalam dua pekan ke depan, akumulasi kasus Covid-19 di seluruh dunia yang saat ini 196,55 juta kasus akan tembus 200 juta kasus. Pesatnya penyebaran varian Delta dan longgarnya protokol kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab. Akhir pekan ini, sejumlah negara Asia bahkan mencatatkan rekor kasus harian terbanyak.
”Hampir 4 juta kasus Covid-19 dilaporkan ke WHO pada pekan lalu saja. Banyak di antaranya yang disebabkan varian Delta yang tingkat penularannya tinggi. Kita punya peralatan untuk menghentikan virus ini, tetapi dengan tren yang ada sekarang, kita mengantisipasi total kasus bisa melampaui 200 juta kasus dalam dua pekan ke depan,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan pers di Geneva, Swiss, Jumat (30/7/2021) atau Sabtu dini hari WIB.
Selain varian Delta yang saat ini telah terdeteksi setidaknya di 132 negara, menurut Tedros, lonjakan kasus juga didorong oleh peningkatan kontak sosial dan mobilitas orang serta akses vaksin yang tidak merata. Dalam empat pekan terakhir, rata-rata lonjakan kasus mencapai 80 persen. ”Capaian yang diraih dengan susah payah terancam hilang dan sistem kesehatan di banyak negara kewalahan,” kata Tedros.
Di sejumlah negara Asia, lonjakan kasus tersebut sangat mencolok. Ini terutama terekam di akhir pekan ini. Beberapa negara bahkan mencatatkan rekor kasus harian terbanyak. Dibandingkan dengan kasus harian di Indonesia, jumlahnya masih jauh lebih sedikit.
Situasi ini, misalnya, terjadi di China, Malaysia, Thailand, dan Jepang. Australia juga mengalami situasi serupa. Manajemen krisis yang ketat pun dilakukan dengan cara masing-masing.
Di China, tercatat lebih dari 200 kasus baru. Ini tergolong tinggi karena rata-rata kasus hariannya di bawah 50 kasus. Oleh karena itu, Pemerintah China segera mengintensifkan pengujian massal dan pelacakan kontak untuk menahan laju infeksi Covid-19 yang tiba-tiba meningkat selama dua hari terakhir di Beijing dan lima provinsi lain.
Otoritas kesehatan setempat juga melakukan pembatasan gerak hingga penguncian total di beberapa wilayah yang dinilai muncul sebagai kluster baru Covid-19. Salah satu kluster penularan baru adalah Bandara Internasional Nanjing Lukou. Menurut kantor berita Xinhua, pada 20 Juli lalu, sembilan petugas kebersihan bandara dinyatakan positif terinfeksi setelah pemeriksaan kesehatan rutin. Selang 10 hari kemudian, angkanya meningkat hampir 20 kali.
Ding Jie, Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kota Nanjing, mengatakan, berdasarkan hasil uji pada warga yang terinfeksi, kasus-kasus baru menunjukkan rantai transmisi yang sama dan semua terpapar virus SARS-CoV-2 varian Delta.
Para pekerja diduga terpapar setelah membersihkan pesawat yang baru saja mendarat dari Rusia. Hal ini didasarkan pada urutan gen virus yang ditemukan dalam sampel para pekerja identik dengan penumpang pesawat yang terinfeksi.
”Setelah pekerjaan mereka selesai, karena tindakan pembersihan dan perlindungan tidak memenuhi standar, ada kemungkinan beberapa staf terinfeksi, menyebabkan virus menyebar di antara staf kebersihan,” kata Ding.
Penyebaran virus SARS-CoV-2 varian Delta juga ditemukan di Beijing. Warga yang terinfeksi diketahui baru saja melakukan perjalanan ke Zhangjiajie, sebuah kota wisata di Provinsi Hunan yang berbatasan dengan Myanmar. Setelah itu, setidaknya ditemukan 15 kasus infeksi baru yang juga memiliki riwayat perjalanan ke Zhangjiajie dan juga transit di bandara Nanjing.
Otoritas kesehatan dan pemerintah setempat kemudian memutuskan menghentikan kegiatan operasional lokasi wisata, bioskop, dan teater, mulai Jumat (30/7/2021). Kegiatan-kegiatan yang mengundang kerumunan warga juga dilarang.
Pertunjukan teater menjadi salah satu yang dilarang karena salah satu warga dari luar provinsi yang terinfeksi mengatakan bahwa dirinya sempat menghadiri pertunjukan langsung di sebuah teater di Zhangjiajie pada 22 Juli. Pihak berwenang setempat menganggap semua penonton yang ada di teater pada saat itu, pada pukul 18.00-19.00, adalah kelompok berisiko tinggi. Menurut People’s Daily, surat kabar milik Pemerintah China, pada hari itu, lebih dari 2.000 orang menghadiri pementasan teater tersebut.
Setelah mendapati dua warga Beijing yang terpapar, otoritas kesehatan memutuskan untuk melakukan karantina total sembilan komunitas perumahan dan sekitar 41.000 warga yang tinggal di dalamnya sejak Kamis kemarin.
Peningkatan jumlah kasus karena varian Delta juga terjadi di Jepang, Malaysia, Thailand, dan Australia. Masing-masing otoritas kesehatan mengumumkan rekor jumlah infeksi baru, Sabtu (31/7/2021).
Pemerintah Kota Tokyo, yang saat ini tengah menjadi tuan rumah penyelenggara Olimpiade, mengumumkan rekor baru jumlah infeksi, yakni 4.058 kasus dalam 24 jam terakhir. Angka ini adalah angka infeksi tertinggi yang pernah dialami Tokyo.
Rekor itu muncul sehari setelah Jepang memperpanjang keadaan daruratnya untuk Tokyo hingga akhir Agustus dan memperluas protokol darurat ke tiga prefektur di sekitar Tokyo dan Prefektur Osaka.
Penyelenggara Olimpiade menyatakan, mereka telah mencabut akreditasi beberapa orang yang terkait dengan penyelenggaraan Olimpiade karena meninggalkan perkampungan atlet, sebuah pelanggaran terhadap protokol penyelenggaraan pesta olahraga multievent yang aman di tengah pandemi.
Di Malaysia, otoritas kesehatan mengumumkan jumlah infeksi baru mencapai 17.786 kasus. Ini adalah rekor baru setelah Malaysia mencatatkan akumulasi kasus tembus 1 juta kasus pada awal pekan ini. Sejumlah warga mulai menyatakan ketidakpuasannya atas kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi ini.
Sementara itum Thailand melaporkan rekor harian 18.912 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus negara itu menjadi 597.287 kasus. Thailand juga melaporkan 178 kematian baru. Ini juga menjadi rekor kematian harian terbanyak hingga akumulasi kematian menjadi 4.857 kasus. Menurut Pemerintah Thailand, varian Delta menyumbang lebih dari 60 persen kasus di negara itu dan 80 persen kasus di Bangkok.
Di Sydney, salah satu kota utama di Australia, polisi menutup stasiun kereta api, melarang taksi menurunkan penumpang dari pusat kota dan mengerahkan sekitar 1.000 petugas untuk menjaga titik-titik pemeriksaan dan penyekatan. Polisi juga membubarkan kerumunan warga. Otoritas kesehatan di Negara Bagian New South Wales itu mengumumkan adanya 210 kasus infeksi baru. (AFP/RUTERS/MHD/LAS)