PBB Ingatkan Bencana Kelaparan di 23 Wilayah Dunia
Dua lembaga PBB—FAO dan WFP—menyerukan langkah-langkah kemanusiaan sesegera mungkin untuk menyelamatkan nyawa warga yang kelaparan. Bantuan mendesak terutama untuk lima wilayah dengan tingkat kerawanan tertinggi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ROMA, JUMAT — Dua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO dan Program Pangan Dunia atau WFP, Jumat (30/7/2021), memperingatkan, bencana kelaparan diperkirakan meningkat. Bencana itu mengancam 23 wilayah di dunia dalam tiga bulan mendatang. Sejumlah wilayah, yakni Tigray di negara Etiopia, selatan Madagaskar, Yaman, Sudan Selatan, dan Nigeria utara, menjadi perhatian utama.
Peringatan FAO dan WFP itu termuat dalam laporan terbaru yang disusun bersama oleh kedua badan itu. Judul laporan itu berbunyi ”Titik Panas Kelaparan”. Disebutkan bahwa antara Agustus dan November tahun ini kondisi kerentanan pangan secara akut kemungkinan bakal memburuk. ”Kelaparan akut meningkat tidak hanya dalam skala, tetapi juga tingkat keparahannya,” kata FAO dan WFP dalam laporannya.
”Secara keseluruhan, lebih dari 41 juta orang di seluruh dunia sekarang berisiko jatuh ke dalam kelaparan atau kondisi seperti kelaparan, kecuali jika mereka menerima bantuan penyelamatan hidup dan mata pencaharian segera.”
Kedua lembata itu menempatkan Etiopia di urutan teratas. WFP dan FAO memprakirakan orang yang menghadapi kelaparan dan kematian akan meningkat menjadi 401.000. Jika proyeksi itu benar-benar terbukti, itu merupakan jumlah tertinggi sejak kelaparan terjadi di Somalia tahun 2011. Kondisi mengerikan itu dapat dicegah jika bantuan kemanusiaan diberikan dengan cepat.
Di Madagaskar selatan, jumlah warga yang dihantui kondisi bencana kelaparan diperkirakan jumlahnya mencapai 14.000 jiwa. Kondisi kritis diproyeksikan memuncak pada September. Jumlah itu diperkirakan berlipat ganda pada akhir tahun dengan 28.000 orang membutuhkan bantuan mendesak, kata kedua lembaga tersebut. Wilayah itu tengah dilanda kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir. Hama memengaruhi panen tanaman-tanaman kebutuhan pokok warga. Akibatnya, harga bahan pangan pun melonjak.
Wilayah itu tengah dilanda kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir. Hama memengaruhi panen tanaman-tanaman kebutuhan pokok warga. Akibatnya, harga bahan pangan pun melonjak.
Dalam sebuah laporan pada Mei 2021 lalu, sebanyak 16 organisasi termasuk FAO dan WFP mengatakan setidaknya 155 juta orang menghadapi kelaparan akut pada 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 133.000 orang diperkirakan membutuhkan makanan mendesak untuk mencegah kematian akibat kelaparan yang meluas. Terjadi penambahan dari sisi jumlah mereka yang terancam kematian akibat kelaparan itu dibanding tahun sebelumnya, yakni meningkat 20 juta proyeksinya.
Dua lembaga yang berbasis di Roma itu menyerukan tindakan kemanusiaan mendesak untuk menyelamatkan nyawa. Ditegaskan bahwa bantuan sangat penting untuk segera dipasok terutama di lima wilayah dengan tingkat kerawanan tertinggi untuk mencegah kelaparan yang bisa berujung kematian.
”Tren yang memburuk ini sebagian besar didorong oleh konflik, serta dampak pandemi Covid-19,” kata FAO dan WFP. ”Hal ini termasuk lonjakan harga pangan, pembatasan pergerakan yang membatasi aktivitas pasar dan penggembala, kenaikan inflasi, penurunan daya beli, dan musim paceklik yang lebih awal dan berkepanjangan.”
FAO dan WFP mengatakan, Sudan Selatan, Yaman, dan Nigeria berada pada tingkat siaga tertinggi. Kondisinya tak berbeda jauh dari Etiopia dan Madagaskar selatan. ”Kelaparan kemungkinan besar terjadi di beberapa bagian wilayah Pibor (wilayah di Sudan Selatan) antara Oktober dan November 2020, dan diperkirakan berlanjut tanpa adanya bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan tepat waktu,” kata kedua lembaga itu.
Yaman dan Nigeria disebutkan juga berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. ”Di Yaman, risiko lebih banyak orang yang menghadapi kondisi seperti kelaparan mungkin telah diatasi, tetapi kondisinya tetap sangat rapuh,” kata kedua lembaga PBB Itu. ”Di Nigeria, populasi di daerah yang terkena dampak konflik di timur laut mungkin berisiko mencapai tingkat kerawanan pangan bencana.”
Kedua lembaga itu menyebutkan, sembilan negara lain juga memiliki jumlah orang yang tinggi menghadapi ”ketidakamanan pangan secara kritis”. Negara-negara itu adalah Afghanistan, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, Kolombia, Kongo, Haiti, Honduras, Sudan, dan Suriah. Enam negara lain ditambahkan dalam daftar negara yang rentan kelaparan sejak laporan serupa diterbitkan oleh dua lembaga itu pada Maret lalu, yakni Chad, Kolombia, Korea Utara, Myanmar, Kenya, dan Nikaragua, katanya. Tiga negara lain yang juga menghadapi kerawanan pangan akut adalah Somalia, Guatemala, dan Niger, sedangkan Venezuela tidak dimasukkan karena kurangnya data terbaru.
Di Afghanistan, FAO dan WFP menyatakan, 3,5 juta orang diperkirakan menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi kedua. Tingkat itu ditandai dengan kekurangan gizi akut dan kematian, dari Juni hingga November. Mereka mengatakan, penarikan pasukan AS dan NATO pada awal Agustus dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan, tambahan warga yang telantar, dan kesulitan dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan.
Di kawasan Asia, Korea Utara merupakan negara yang mendapat perhatian kedua lembaga tersebut. Rezim yang berada di bawah tekanan sanksi PBB itu dikhawatirkan akan mengalamai kerawanan pangan. Pembatasan perdagangan dan minimnya akses menyebabkan situasi di negara itu kian memprihatinkan. Ironisnya, data soal pasokan pangan di negara itu sangat minim. (AP)