Mobil Polisi Pakistan Meledak Ketika Razia Protokol Kesehatan
Pemerintah Pakistan menghadapi dilema untuk membendung pandemi. Penegakan protokol kesehatan membuat rakyat marah, sebaliknya membiarkan saja berisiko meningkatkan infeksi Covid-19.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
PESHAWAR, JUMAT — Sebuah mobil polisi dilempar granat oleh beberapa pelaku tidak dikenal di kota Peshawar, Pakistan, Jumat (30/7/2021). Krisis akibat pandemi Covid-19 diperkirakan menjadi pemicu ketidakpuasan sejumlah pihak terhadap pemerintah Pakistan.
Kejadian tersebut berlangsung di sebuah pasar tradisional. Saat itu, seorang pejabat pemerintah tengah melakukan inspeksi mendadak pelaksanaan protokol kesehatan di pasar tersebut. Para pedagang dan pembeli banyak yang tidak memakai masker serta menjaga jarak.
Kantor berita nasional China, Xinhua, yang mewawancarai Sher Gul, seorang pegiat dari Edhi Foundation, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memberi pertolongan pertama dalam keadaan darurat kepada para korban, mengungkapkan bahwa petugas polisi mendisiplinkan para pedagang kaki lima dengan mobil mereka. Polisi dan militer merupakan para penegak protokol kesehatan di Pakistan.
”Petugas membuka jalan dengan mobil sambil menyerukan perintah agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Tiba-tiba, ada sekelompok orang melemparkan granat ke mobil polisi,” ujar Gul.
Ledakan itu mengakibatkan satu petugas polisi tewas dan dua orang luka-luka. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit, satu di antaranya dalam kondisi kritis. Sejauh ini, belum ada pihak yang mengaku sebagai dalang pelemparan granat tersebut.
Kewalahan
Pakistan dalam keadaan kewalahan menghadapi pandemi Covid-19. Kepala Pusat Komando dan Operasi Nasional pakistan (NCOC), unit militer yang bertanggung jawab sebagai satuan tugas Covid-19, Asad Umar mengatakan kepada media lokal Geo TV bahwa ini adalah gelombang keempat pandemi. Sejauh ini, jumlah kasus positif terus meningkat dan sudah 23.295 penduduk Pakistan kehilangan nyawa akibat terkena virus SARS-CoV-2.
Meskipun begitu, Umar mengatakan, pemerintah tidak akan menerapkan karantina wilayah total dengan alasan akan mematikan perekonomian. Karantina total hanya diterapkan di sejumlah daerah yang membutuhkan, yaitu daerah dengan jumlah kasus tinggi. Beberapa di antaranya adalah ibu kota Islamabad, Karachi, dan Peshawar. Itu pun masih menghadapi kesulitan karena masyarakat tidak taat terhadap protokol kesehatan.
Minimnya penegakan protokol kesehatan ini karena masyarakat tidak bisa berhenti mencari nafkah, apalagi pemerintah belum memberi bantuan sosial yang mencakup semua warga yang membutuhkan. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan laporan Kementerian Pertanian Amerika Serikat menyebutkan bahwa masyarakat di negara-negara miskin dan berkembang terancam kelaparan di akhir tahun 2021.
Pakistan masuk dalam kategori ini bersama India, Bangladesh, dan Indonesia. Khusus untuk Pakistan, disebutkan bahwa mayoritas warganya tidak akan bisa memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kalori per hari. Ancaman kelaparan ini salah satunya akibat pelambatan ekonomi karena pandemi. Ini yang membuat pemerintah serba salah. Menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat berisiko membuat rakyat marah. Sebaliknya, melakukan pembiaran berakibat jumlah kasus positif terus meningkat.
Mayoritas galur Covid-19 di Pakistan adalah Delta dari India. Selain itu, juga ditemukan galur Alfa dari Inggris dan Beta dari Afrika Selatan. Guna menanggulangi penyebaran virus, Pemerintah Pakistan mengupayakan vaksinasi semua orang berusia 18 tahun ke atas.
Umar mengatakan, pemerintah mengejar target bisa menyuntikkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 per hari. Data pemerintah terkini menyebutkan, dari 220 juta rakyat Pakistan, baru 2,7 persen telah menerima dosis lengkap imunisasi Covid-19.
Pemerintah juga mengumumkan rencana setiap orang yang hendak mengakses sekolah, kantor, kampus, mal, restoran, dan semua jenis angkutan umum harus menunjukkan surat bukti telah menerima vaksinasi Covid-19, minimal satu dosis. ”Kami memprioritaskan proses vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan agar sekolah bisa segera tatap muka. Jangan sampai keselamatan anak-anak terancam hanya karena gurunya ragu diimunisasi,” kata Umar.
Ledakan
Dari sisi keamanan, ini adalah kasus ledakan kedua sepanjang bulan Juli. Pada 14 Juli, sebuah bus berisi insinyur, pengawas proyek, dan profesional lain berkebangsaan China meledak di Distrik Kohistan. Mereka bersama beberapa staf lokal dalam perjalanan menuju Bendungan Dasu di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Pakistan tengah membangun ratusan proyek bendungan melalui Koridor Ekonomi China-Pakistan.
Sebanyak 13 orang, termasuk sembilan warga China, tewas akibat ledakan itu. Tidak ada yang mengklaim sebagai pelaku pengeboman. Media News Byte mengutip seorang pejabat kepolisian yang tidak disebutkan namanya mengatakan, dugaannya antara lain adalah faksi Taliban di Pakistan atau bisa juga kelompok militan separatis. (AP/REUTERS)