Gelombang Evakuasi Pertama Warga Afghanistan Tiba di AS
Gelombang pertama evakuasi warga Afghanistan yang bekerja dengan militer dan misi diplomat AS berhasil dievakuasi. Masih ada sekitar 100.000 warga lain yang menanti giliran keluar dari Afghanistan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Penerbangan evakuasi pertama warga Afghanistan yang bekerja bersama dengan Amerika Serikat selama konflik, Jumat (30/7/2021), tiba di Amerika Serikat. Lebih dari 200 warga Afghanistan, termasuk 57 anak-anak dan 15 anak balita, telah mendarat di Bandara Dulles, Virginia, menemani orangtua mereka yang bekerja sebagai juru bahasa untuk diplomat atau anggota militer AS selama di Afghanistan.
”Hari ini adalah tonggak penting. Kami terus memenuhi janji kami kepada ribuan warga Afghanistan yang bahu membahu dengan pasukan dan diplomat AS selama 20 tahun terakhir di Afghanistan,” kata Presiden AS Joe Biden, dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Jumat, menyambut kedatangan warga Afghanistan itu. Dia menambahkan, Pemerintah AS terus bekerja, berupaya untuk segera merelokasi warga Afghanistan yang memenuhi syarat memperoleh visa agar bisa segera keluar dari situasi negara tersebut yang makin tidak pasti.
Gelombang pertama warga Afghanistan ini telah melalui beberapa tahapan pemeriksaan latar belakang dan keamanan yang ekstensif sebelum mendapatkan visa. Selanjutnya, kesehatan mereka akan diperiksa oleh tim medis dan akan menjalani pemeriksaan lanjuta di Fort Lee sebelum di relokasi ke sejumlah wilayah di seluruh AS.
Russ Travers, pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan, gelombang pertama baru bisa mengevakuasi 200 warga Afghanistan beserta keluarganya dari kelompok yang lebih besar, yaitu sekitar 2.500 warga Afghanistan yang telah menjalani penelitian khusus. Gelombang evakuasi pertama ini diharapkan akan usai dalam beberapa pekan mendatang.
”Mereka sekarang bergabung dengan lebih dari 70.000 warga Afghanistan yang telah menerima (visa imigran khusus) dan memulai kehidupan baru di AS sejak 2008,” kata Travers.
Direktur Satuan Tugas Afghanistan Departemen Luar Negeri Tracey Jacobson mengatakan, para pendatang akan menghabiskan waktu sekitar tujuh hari di Fort Lee. Sebelum berangkat, mereka juga telah menjalani tes usap PCR untuk memastikan apakah mereka terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau tidak. Warga juga ditawari untuk disuntik vaksin sebelum berangkat, meski di Fort Lee, menurut Jacobson, mereka akan ditawari kembali.
Kemudian, dengan bantuan Organisasi Internasional PBB untuk Migrasi, mereka akan dikirim ke rumah baru—baik dengan kerabat yang sudah berada di Amerika Serikat, atau diatur oleh Organisasi Migrasi Internasional (IOM) dan Departemen Luar Negeri.
Sekitar 20.000 warga Afghanistan bekerja bersama anggota militer dan misi diplomatik AS pascainvasi tahun 2001, usai serangan teror 9/11 yang menghancurkan gedung Menara WTC di New York, AS. Jumlah itu diperkirakan akan membengkak menjadi sekitar 100.000 orang setelah memasukkan keluarga atau kerabat.
Jacobson mengatakan, Washington sedang mempertimbangkan untuk membantu warga Afghanistan yang tidak memenuhi syarat untuk visa imigrasi khusus namun menghadapi ancaman tertentu, misalnya para aktivis perempuan, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis, untuk bisa dievakuasi ke AS.
”Kami benar-benar bermaksud untuk melanjutkan program ini setelah penarikan pasukan pada 31 Agustus. Kami akan memindahkan orang secepat yang kami bisa,” kata Jacobson.
”Kami akan memindahkan orang secepat yang kami bisa secara logistik,” tambahnya.
Biden menyatakan terima kasih atas peran dan kerja sama warga Afghanistan yang bekerja bersama AS selama mereka berada di negara tersebut.
”Saya ingin berterima kasih kepada orang-orang Afghanistan yang berani ini karena berdiri bersama Amerika Serikat, dan hari ini, saya bangga mengatakan kepada mereka: Selamat datang di rumah,” kata Biden.
Bantuan Ceko
Upaya seperti yang tengah diupayakan AS kini juga tengah dilakukan oleh Pemerintah Ceko. Pemerintah Ceko menyetujui program evakuasi warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan negara itu selama mereka tergabung dalam misi NATO.
Menteri Pertahanan Lubomir Metnar mengatakan, bantuan yang dimaksudkan untuk penerjemah Afghanistan dan keluarga mereka termasuk relokasi, tawaran suaka, dan bantuan keuangan. Metnar mengatakan, tujuan dari program ini adalah memastikan kondisi hidup yang aman dan layak bagi mereka setelah pasukan NATO ditarik dari Afghanistan.
Langkah pemerintah dilakukan beberapa hari setelah veteran Ceko, anggota layanan saat ini, organisasi hak asasi manusia, dan lainnya mendesak pemerintah untuk membantu memukimkan kembali warga Afghanistan karena situasi keamanan yang memburuk di Afghanistan.
Presiden Milos Zeman meminta pemerintah untuk menyetujui program tersebut tanpa penundaan karena kekhawatiran bahwa warga Afghanistan yang bekerja dengan militer Ceko dapat dibunuh oleh Taliban.
Kementerian Pertahanan menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang program tersebut, yang diklasifikasikan untuk melindungi penerimanya. Angka warga Afghanistan yang bekerja bersama militer Ceko selama keterlibatannya di Afghanistan tidak dipublikasikan.
Sejak Juni lalu, seluruh pasukan Ceko yang ada di Afghanistan telah dipulangkan. Sebanyak 11.500 tentara Ceko dikerahkan di Afghanistan. Sebanyak 14 orang anggota pasukan Ceko tewas selama misi di Afghanistan. (AP/AFP)