Merapat ke China, Taliban Janji Tak Bantu Perlawanan Uighur
Taliban merapat ke Pemerintah China. Masing-masing punya kepentingan pragmatis yang beririsan sehingga hubungan terbangun. Bahkan Taliban berjanji tidak akan mendukung perlawanan Uighur.
TIANJIN, RABU - Taliban kembali berjanji untuk tidak membantu perlawanan orang Uighur terhadap Pemerintah China. Janji itu dilontarkan delegasi Taliban kepada Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan di Tianjin, China, Rabu (28/7/2021).
Kepala Kebijakan Politik Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, memimpin delegasi ke China. Selepas bertemu Wang, delegasi itu dijadwalkan bertemu Utusan Khusus China untuk Afghanistan. Taliban mengumumkan, mereka diundang Beijing dan setuju bertandang ke China.
Baca juga Taliban Pun Bergandengan dengan China
“Delegasi memastikan tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan Afghanistan (untuk) melawan China. China menegaskan komitmen untuk terus membantu bangsa Afghan dan tidak akan ikut campur urusan Afghanistan, melainkan akan membantu memecahkan persoalan dan memulihkan perdamaian,” kata juru bicara Taliban, Mohammad Naeem.
Ia menyebut, pertemuan di Tianjin membahas masalah politik, ekonomi, dan keamanan. Sejak beberapa waktu terakhir, Taliban secara terbuka mengumumkan siap menyambut investasi China dan menyebut Beijing sebagai teman.
Pembangunan kembali Afghanistan membutuhkan biaya besar. Sementara pemanfaatan sumber daya alamnya bisa menghasilkan triliunan dollar Amerika Serikat (AS).
Pada 2011, perusahaan minyak dan gas asal China, China National Petroleum Corporation (CNPC), memenangi kontrak bernilai 400 juta dollar AS untuk menambang minyak di beberapa lokasi di Afghanistan. Kontrak selama 25 tahun untuk menambang hingga 87 juta barel minyak itu tidak berjalan mulus sampai sekarang. Beijing juga mendapat konsesi tambang tembaga di Provinsi Logar yang tengah diperebutkan antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan.
Setelah 20 tahun dikeroyok AS dan sekutunya, Taliban tidak menunjukkan tanda kekalahan. Kala AS dan sekutunya meninggalkan Afghanistan, Taliban meningkatkan serangan dan kendali atas sebagian wilayah di Afghanistan. Meski diragukan banyak pihak, Taliban mengklaim telah menguasai lebih dari separuh Afghanistan.
Terlepas dari benar atau tidaknya klaim itu, Taliban merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan di Afghanistan. Di sisi lain, Taliban juga sadar bahwa mereka tidak bisa mempertahankan pola lama jika ingin kembali berkuasa atau terlibat dalam kekuasaan di Afghanistan.
Sampai beberapa tahun lalu, milisi Uighur berlatih dan berkumpul di Afghanistan. Dari sana, mereka diduga melancarkan aneka serangan di China. Salah satu insiden terbesar terjadi pada 2014 di Kunming ketika 150 warga ditusuk sejumlah orang. Pelaku diduga pendukung Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM). Orang Uighur menyebut diri mereka sebagai bangsa Turkistan dan berusaha membuat negara sendiri, Turkistan Timur.
Dalam pertemuan dengan delegasi Taliban, Wang secara spesifik menyoroti ETIM. Perserikatan Bangsa-bangsa memasukkan ETIM dalam daftar organisasi teror.
“Mengancam keamanan nasional dan kesatuan wilayah China. Memerangi ETIM adalah tanggung jawab bersama masyarakat internasional dan saya harap Taliban memutus hubungan dengan kelompok teror seperti ETIM. Taliban bisa berkontribusi pada pemberangusan terhadap mereka yang mengacau stabilitas dan pembangunan kawasan,” tutur Wang.
Ia juga mengatakan, Beijing mendukung kedaulatan dan kesatuan Afghanistan. Seluruh pihak di Afghanistan dianjurkan bersatu demi Afghanistan. Mereka juga didorong benar-benar mewujudkan proses perdamaian dan pemulihan yang dimiliki dan dipimpin bangsa Afghanistan sendiri.
Wang juga menyinggung keputusan AS dan sekutunya yang mundur dari Afghanistan. Keputusan itu disebut sebagai bentuk kegagalan pendekatan model Washington.
Meski mengumumkan penarikan hampir seluruh pasukannya, AS masih terus menyerang sejumlah lokasi di Afghanistan. Dalam beberapa hari terakhir, AS melancarkan beberapa serangan udara untuk membantu pasukan pemerintah Afghanistan melawan Taliban.
Panglima Komando Tengah AS, Jenderal Kenneth McKenzie, menegaskan, serangan udara akan dilanjutkan selama Taliban terus mengempur dan berusaha merebut kendali berbagai lokasi di Afghanistan.
Baca juga Paman Sam, Korban Terbaru Uletnya Perlawanan Orang Afghanistan
Operasi militer AS kini dikendalikan Komando Tengah dari sebelumnya oleh Komando Afghanistan. Komando Afghanistan dibubarkan beberapa waktu lalu dan kewenangan diserahkan ke Komando Tengah.
Sejak beberapa waktu terakhir, McKenzie berkantor di Kabul dari biasanya di markas besar Komando Tengah AS yang terletak di Tampa, Florida. Selain Afghanistan, operasi AS di Timur Tengah juga dikendalikan oleh Komando Tengah.
Taliban menyebut, serangan AS adalah bentuk pelanggaran terhadap Kesepakatan Doha. Pada Februari 2020, AS-Taliban sepakat berdamai. Kesepakatan itu menjadi dasar AS menarik pasukannya dari Afghanistan.
Pengajar Hubungan Internasional di Northwest University, Yan Wei, mengatakan bahwa memang penting bagi China dan Taliban untuk berkomunikasi. “Terlepas dari Taliban akan menjadi (bagian) pemerintah, kelompok itu adalah kekuatan penting untuk pembangunan politik dan keamanan di Afghanistan. Taliban dapat menahan beberapa kelompok teror lain di Afghanistan. China bisa menggunakan Taliban untuk menekan beberapa kelompok tertentu, hal yang penting bagi keamanan China dan kawasan,” kata dia.
Pendekatan kepada Taliban untuk menekan kelompok teror dipakai juga oleh India, Iran, dan Rusia. Moskwa dan Teheran berusaha mencegah kebangkitan Negara Islam di Khurasan (ISK) di Afghanistan. Dengan menyokong Taliban, ISK tidak punya peluang untuk berkembang. Meski pernah menampung Al Qaeda yang melahirkan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta berbagai wilayah lain, Taliban kini makin kerap saling serang dengan milisi lain.
Baca juga Saat AS Bersiap Pergi, China Perkuat Pengaruh di Afghanistan
Moskwa dan Teheran telah menghabiskan bertahun-tahun dan dana miliaran dollar AS untuk melawan milisi NIIS di Suriah dan Irak. Mereka tidak mau ada kelompok serupa di negara lain.
Ada pun New Delhi berkomunikasi dengan Taliban karena tidak mau Taliban terlibat di masalah Kashmir. New Delhi pun tidak mau Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Muhammad (JeM), kelompok yang berulang kali melancarkan teror di India, memanfaatkan Afghanistan sebagai basis.
Baca juga Jika Terancam, AS Isyaratkan Siap Serbu Lagi Afghanistan
Alasan lain, India tidak mengulangi pengalaman pahit beberapa tahun lalu. Salah satu faksi Taliban, kelompok Haqqani, menyerang kompleks diplomatik India di Kabul pada 2008 dan Herat pada 2014.
India juga tidak ingin Pakistan, tetangga sekaligus musuh bebuyutannya, memanfaatkan Taliban untuk menyerang New Delhi. Selama puluhan tahun, Islamabad mendukung berbagai faksi di Afghanistan. Bahkan, Osama bin Laden dan sejumlah petinggi Taliban diketahui bersembunyi di Pakistan. (AFP/REUTERS)