Melalui Menteri Pertahanan Lloyd Austin, AS menyatakan tidak memaksa negara-negara Asia Tenggara untuk memihak AS atau China. Meski demikian, disebutkan juga bahwa AS siap membela Asia Tenggara dalam menghadapi China.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
HANOI, KAMIS — Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin berusaha meyakinkan Asia Tenggara bahwa negara di kawasan itu tidak harus memilih untuk berpihak kepada AS atau China. Meski demikian, Washington berjanji mendukung kawasan tersebut jika harus menghadapi klaim tidak berdasar dari negara di luar Asia Tenggara.
Austin menyampaikan hal itu sebelum dijamu Menteri Pertahanan Vietnam Phan Van Giang, Kamis (29/7/2021) di Hanoi, Vietnam. Hal senada disampaikan Austin di Singapura pada Selasa malam. ”Tujuan utama kami adalah memastikan sekutu dan mitra bebas menentukan masa depannya,” kata Austin di Vietnam, Kamis.
Pernyataan tersebut diungkapkan di tengah ketegangan AS-China di Asia Tenggara dan berbagai kawasan lain. Di Asia Tenggara, ada kecemasan bahwa Beijing atau Washington memaksa negara-negara di kawasan itu untuk memihak salah satu di antara mereka dalam persaingan kedua kekuatan besar tersebut.
”Seperti disampaikan Perdana Menteri Lee, kami tidak meminta negara di kawasan untuk memilih antara AS dan China. Faktanya, banyak kemitraan kami di kawasan lebih lama dibandingkan (kemitraan) China (dengan negara kawasan),” ujar Austin di Singapura.
Austin merujuk pada keresahan yang dilontarkan PM Singapura Lee Hsien Loong beberapa tahun lalu. Lee pernah mengungkap kegelisahan atas AS yang dinilai tidak mau hadir di kawasan.
Ketidakhadiran itu ditandai dengan keputusan AS di bawah Presiden Donald Trump untuk keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). AS juga tidak bergabung dengan kerangka kerja sama ekonomi terbesar di kawasan, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), serta Kesepakatan Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), nama baru TPP.
Trump juga berkali-kali melewatkan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN. Sebaliknya, Beijing semakin meningkatkan keterlibatan lewat aneka investasi dan kerja sama di kawasan.
Diplomat senior Singapura, Kishore Mahbubani, beberapa waktu lalu juga mengungkap kecemasan atas diplomasi AS di Asia. Ia khawatir AS berusaha menggalang aliansi militer di Asia, seperti yang dibangun di Eropa dalam bentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ASEAN dengan cemas mengikuti fakta pemerintahan Biden mendorong aliansi India-Jepang-Korea Selatan-Australia atau Quad dengan tujuan menghadapi China.
Tidak akan memihak
ASEAN berulang kali menyatakan tidak akan berpihak pada kekuatan besar. Hal itu berlaku untuk AS, China, Jepang, hingga Rusia. Bagi ASEAN, siapa pun yang masuk kawasan harus ikut mekanisme ASEAN dan menjunjung sentralitas ASEAN.
ASEAN tidak ingin melihat persaingan AS-China di Asia Tenggara. Setiap anggota ASEAN berkepentingan untuk berhubungan baik dengan AS, China, dan negara lain. ASEAN sangat tidak mengharapkan pemerintahan Biden mengulangi retorika pemerintahan Trump.
Memang, sebagian anggota ASEAN cemas dengan perilaku China di Laut China Selatan. Indonesia bolak-balik secara terbuka menunjukkan ketegasan kepada China soal Laut China Selatan.
Di sisi lain, ASEAN tidak menampik bahwa China juga penting bagi pertumbuhan perekonomian kawasan di masa depan. Apa pun pendapat banyak pihak, China terbukti sebagai mitra dagang penting bagi mayoritas anggota ASEAN.
Prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri di Piagam ASEAN juga membuat ASEAN relatif tidak menanggapi narasi AS soal bahaya sistem politik China. Bagi ASEAN, apa pun yang terjadi di China adalah urusan dalam negeri Beijing dan ASEAN tidak ikut campur.
Peran ASEAN
Austin mengatakan, ASEAN amat penting bagi kawasan. ASEAN berperan mengeratkan kawasan. ”Menawarkan (kesempatan) bersuara bagi semua pihak dan membangun kebiasaan kerja sama,” katanya.
Secara khusus, Austin menunjuk Pertemuan Para Menteri Pertahanan ASEAN dan para mitra (ADMM) sebagai pelantar penting kerja sama di kawasan. ”Tempat yang semakin penting bagi arsitektur keamanan kawasan,” ujarnya.
Netralitas ASEAN memang membuat lembaga itu relatif diterima semua pihak. Keteguhan ASEAN soal prinsip sentralitas lembaga itu juga penting sehingga tidak ada kekuatan apa pun dapat mendominasi di kawasan. ASEAN disebut telah membuat mekanisme yang saling melengkapi di kawasan.
Austin menyebut, ASEAN menunjukkan kemampuan memimpin dalam isu-isu penting kawasan. ASEAN, meski dikritik sebagian pihak, terus memimpin dalam penanganan isu Myanmar. ”Kami mendesak militer Myanmar mematuhi Lima Konsensus ASEAN,” katanya, merujuk pada kesepakatan para pemimpin ASEAN untuk menangani krisis Myanmar di Jakarta, April 2021. (AFP/REUTERS)