Biden: Serangan Dunia Maya Bisa Berujung Perang Terbuka
Keamanan siber telah menjadi agenda utama pemerintahan Biden setelah serangkaian serangan tingkat tinggi terhadap sejumlah entitas AS. Serangan itu, antara lain, menimpa perusahaan manajemen jaringan SolarWinds.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan, serangan dunia maya dapat meningkat menjadi perang terbuka di dunia nyata. Peringatan Biden itu dikeluarkan di tengah dinamika dan aura peningkatan ketegangan antara AS dan Rusia-China karena serangkaian insiden peretasan yang menargetkan lembaga pemerintah, perusahaan, dan infrastruktur AS.
Berpidato selama 30 menit di Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI), yang mengawasi 18 badan intelijen AS, pada Selasa (28/7/2021), Biden mengatakan, ancaman dunia maya, termasuk serangan ransomware, ”semakin dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan di dunia nyata”. ”Jika kita berakhir dalam perang, perang nyata dengan kekuatan besar, hal itu akan menjadi konsekuensi dari pelanggaran di dunia maya,” kata Biden.
Keamanan siber menjadi agenda utama pemerintahan Biden setelah serangkaian serangan tingkat tinggi terhadap sejumlah entitas AS. Serangan itu, antara lain, terjadi terhadap perusahaan manajemen jaringan SolarWinds, perusahaan Colonial Pipeline, perusahaan pemrosesan daging JBS, dan perusahaan perangkat lunak Kaseya. Aneka serangan itu dinilai telah merugikan AS jauh lebih besar dari sekadar tindakan yang merugikan bagi perusahaan yang diretas. Beberapa serangan memengaruhi pasokan bahan bakar dan makanan di beberapa bagian AS.
Media Financial Times melaporkan, sejumlah peretasan baru-baru ini juga sekaligus mengungkap tingkat kerentanan dunia maya AS. Hal itu juga merinci kelemahan-kelemahan, mulai dari pelanggaran spionase ekstensif yang melanda jantung pemerintah hingga serangan ransomware yang telah menghentikan operasi di jalur pipa minyak penting dan pabrik pengepakan daging. Pemerintahan Biden menuduh Pemerintah Rusia dan China, atau peretas yang berbasis di kedua negara, atas beberapa serangan tersebut.
Para pejabat AS sebelumnya telah memperingatkan Pemerintah AS akan menanggapi dengan tindakan ”campuran alat yang terlihat dan tidak terlihat”. Namun, nyatanya pelanggaran di dunia maya terus berlanjut.
Para pejabat AS sebelumnya telah memperingatkan, Pemerintah AS akan menanggapi dengan tindakan ”campuran alat yang terlihat dan tidak terlihat”. Namun, nyatanya pelanggaran di dunia maya terus berlanjut. Meskipun tidak mengatakan siapa yang akan dilawan dalam perang semacam itu, Biden menyebut nama Presiden Rusia Vladimir Putin. Biden menuduh Rusia menyebarkan informasi yang salah menjelang pemilihan paruh waktu AS pada tahun 2022. ”Ini murni pelanggaran kedaulatan kami,” kata Biden.
Dalam pertemuan tingkat tinggi dengan Putin di Geneva, Swiss, pada 16 Juni 2021, Biden membagikan daftar infrastruktur penting yang dianggap AS terlarang untuk ”disentuh” pihak lain. Gedung Putih mengakui sejak saat itu anggota senior tim keamanan nasional pemerintahan Biden telah menjalin kontak secara terus-menerus dengan anggota senior tim keamanan nasional Kremlin. Topik utamanya adalah tentang serangan dunia maya di AS.
Dalam pidatonya, Biden juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan China. Hal itu secara khusus merujuk pada Presiden China Xi Jinping. Dinyatakan Biden bahwa China ”sangat serius untuk menjadi kekuatan militer paling kuat di dunia, serta ekonomi terbesar dan paling menonjol di dunia pada pertengahan dasawarsa 2040-an”.
Selama pidatonya di depan sekitar 120 karyawan ODNI dan pejabat senior, Biden juga berterima kasih kepada anggota badan intelijen AS, menekankan kepercayaannya pada pekerjaan yang mereka lakukan, dan mengatakan dia tidak akan memberikan tekanan politik pada mereka.
”Saya tidak akan pernah memolitisasi pekerjaan yang Anda lakukan. Anda memegang kata-kata saya tentang itu,” katanya. ”Itu terlalu penting bagi negara kita.”
Pernyataan Biden soal ancaman peretasan dunia maya bagi kehidupan warga AS menggambarkan perbedaan yang jelas dari pernyataan yang dibuat oleh pendahulunya, Donald Trump. Trump dilaporkan memiliki hubungan kontroversial dengan badan-badan intelijen mengenai masalah-masalah seperti penilaian bahwa Rusia telah ikut campur untuk membantu Trump memenangi pemilihan 2016. Selain itu, Trump juga dilaporkan pernah menekan Ukraina untuk menyelidiki sepak terjang Biden. Selama masa jabatannya, Trump mengganti empat direktur permanen atau penjabat intelijen nasional AS.
Masih terkait tanggapan atas sejumlah serangan dunia maya terhadap entitas AS, Biden dan pejabat senior AS berencana bertemu dengan para pemimpin sektor swasta pada 25 Agustus 2021. Para pihak itu akan membahas cara-cara meningkatkan keamanan siber, kata juru bicara Gedung Putih, menggarisbawahi perlunya tindakan kolektif menghadapi aneka serangan.
Sejauh ini tidak ada rincian terkait tempat maupun siapa saja yang akan diundang dalam pertemuan itu. Namun, juru bicara Gedung Putih mengatakan, pertemuan sudah diagendakan. ”Saat ini, lebih dari sebelumnya, keamanan siber adalah soal keamanan ekonomi dan keamanan nasional, dan baik pemerintah federal maupun sektor swasta memainkan peran penting,” kata juru bicara itu. (AFP/REUTERS)