Yang Datang, Pergi, dan Nyaris Hengkang di Daftar Warisan Budaya Dunia
UNESCO mengevaluasi Daftar Warisan Budaya Dunia setiap tahun. Ada obyek yang dicoret dari daftar. Ada pula obyek baru yang masuk ke dalam daftar. Bagaimana dengan tahun ini?
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Kompas
Turis berswafoto di depan patung pelukis Spanyol, Francisco de Goya, yang terletak di halaman luar Museum El Prado, di Madrid, Spanyol, Senin (18/1/2016).
UNESCO mengevaluasi Daftar Warisan Budaya Dunia setiap tahun. Ada yang bertahan. Ada yang dicoret. Ada pula yang berada di titik kritis. Otentisitas situs menjadi pertimbangannya.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menambahkan sejumlah warisan budaya dunia baru. Di saat yang sama, ada lokasi yang kehilangan status tersebut dan ada pula yang lolos dari pelabelan ”terancam” akibat kerusakan alam.
Pengumuman itu dilakukan dari Fuzhou, China, Minggu (25/7/2021), setelah Komite Warisan Budaya UNESCO melakukan rapat. Ibu Kota Spanyol, Madrid, mendapat keistimewaan karena ada dua lokasinya yang masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya Dunia. Lokasi pertama ialah Taman Retiro yang seluas 1,2 kilometer persegi dan yang kedua adalah Bulevar El Prado.
Keduanya dibangun pada abad ke-17 untuk Raja Felipe IV dan kemudian dibuka untuk umum sejak 1848. Kedua lokasi saling tersambung dan dikelilingi berbagai museum serta gedung bersejarah. Status Warisan Budaya Dunia UNESCO ini diberikan kepada struktur alami ataupun buatan manusia yang memiliki dampak positif terhadap ekologi, geografi, dan perkembangan kebudayaan di suatu wilayah.
”Taman Retiro dan El Prado selama ini adalah simbol kecantikan, sejarah, dan interaksi masyarakat Spanyol di dalam sebuah ruang publik,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.
TINO CHRISTIAN UNTUK KOMPAS
Kawasan ”open pit” Nam Salu di Belitung Timur. Kawasan ini menjadi satu dari 17 ”geosite” yang tergabung dalam UNESCO Global Geopark Belitong.
Di kategori alam, Warisan Budaya Dunia terbaru adalah Cagar Batu Alam Hima di Arab Saudi. Cagar alam ini seluas 557 kilometer persegi dan terkenal dengan lukisan-lukisan di permukaan batunya. Lukisan ini telah ada sejak zaman prasejarah hingga beberapa ratus tahun lalu.
Di masa prasejarah, manusia-manusia purba melukiskan suasana perburuan hewan liar, jenis-jenis tanaman liar, dan sejumlah ritual. Seiring berkembangnya peradaban manusia, muncul pula guratan-guratan berupa simbol-simbol keagamaan kuno.
”Kawasan Hima juga merupakan jalur jemaah haji menuju Mekkah. Selama ratusan tahun, peziarah yang melewati jalur itu juga menuliskan guratan berupa doa ataupun kisah pribadi mereka di bebatuan,” kata Menteri Kebudayaan Arab Saudi Pangeran Badr bin Abdullah bin Farhan Al-Saud, melalui kantor berita kerajaan SPA.
Secara keseluruhan, ada enam lokasi di Arab Saudi yang telah masuk Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO. Pada 2019, untuk pertama kalinya, Kerajaan Arab Saudi menerbitkan visa wisata bagi orang asing. Tujuannya untuk meningkatkan industri pariwisata sehingga ketergantungan Arab Saudi terhadap ekspor minyak bumi bisa berkurang. Sebelumnya, Arab Saudi hanya menerbitkan visa haji, umrah, kerja, dan urusan bisnis.
Kompas/Elok Dyah Messwati
Masjid Ashab di Kota Quanzhou yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun.
Tempat-tempat lain yang masuk Daftar Warisan Budaya Dunia 2021 adalah mercusuar Cordouan di Perancis, pelabuhan kuno Quanzhou di China, Kuil Kakatiya Rudeshwara di India, dan jalur rel kereta api Trans-Iran. Namun, ada pula lokasi yang dicoret dari Daftar Warisan Budaya Dunia, yakni Kota Liverpool di Inggris.
Alasan UNESCO adalah bahwa pemerintah dan masyarakat Inggris gagal melestarikan wilayah pesisir dan pelabuhan Kota Liverpool yang syarat peninggalan kebudayaan. Pemerintah setempat justru mengizinkan sejumlah pembangunan dan rencana pembangunan yang dinilai UNESCO merusak otentisitas Liverpool sebagai kota dagang maritim.
Kota Venesia di Italia berhasil lolos setelah nyaris dicoret dari daftar. Sebagai tujuan wisata, Venesia banyak didatangi kapal-kapal pesiar berukuran raksasa. Padatnya lalu lintas kapal berukuran besar menggoyahkan fondasi gedung-gedung di kota terapung tersebut serta merusak keanekaragaman hayati lautan.
Pemerintah Kota Venesia bergerak cepat dengan membuat aturan melarang kapal pesiar ataupun kapal berukuran besar untuk berlabuh di pelabuhannya. Mereka dialihkan ke Pelabuhan Marghera. Guna sampai ke Venesia, wisatawan diangkut ke Venesia dengan memakai kapal-kapal kecil. Berkat aturan ini, Venesia berhasil bertahan dalam Daftar Warisan Budaya Dunia.
VICTOR HUERTAS
Ikan ekor kuning perut merah (”fusilier”) yang hidup di Terumbu Karang Penghalang Besar atau Great Barrier Reef, Australia.
Demikian pula dengan Great Barrier Reef di Australia. Pemanasan global dan pencemaran lautan mengakibatkan jutaan terumbu karang mati. Akan tetapi, Pemerintah Australia secara tekun melakukan lobi kepada UNESCO sehingga akhirnya situs tersebut urung masuk ke dalam daftar situs yang terancam. Ini adalah kategori sebelum situs dicoret dari Daftar Warisan Budaya Dunia.
Tindakan lobi ini oleh organisasi pegiat lingkungan Australia dianggap memalukan. ”Bukannya memercayai ilmu pengetahuan dan membuat kebijakan penyelamatan lingkungan, pendekatannya malah politik,” kata juru bicara Komite Iklim Australia, Will Steffen.
Sementara itu, Taman Nasional Kaeng Kiachang di Thailand gagal masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya Dunia. Pemerintah Thailand sudah berusaha agar obyek itu masuk ke Daftar Warisan Budaya Dunia sejak 2016. Namun, UNESCO menolak karena terjadi konflik lahan antara pemerintah dan masyarakat adat. (AP/AFP/REUTERS)