Topan In-fa Menerjang Wilayah Timur, China Hentikan Transportasi dan Bisnis
Topan In-fa berkecepatan hingga di atas 130 kilometer per jam menerjang China bagian timur, termasuk pusat bisnis Shanghai. China menghentikan layanan transportasi, menutup kegiatan bisnis, dan mengevakuasi warga.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SHANGHAI, SENIN — Pemerintah China menghentikan sejumlah sarana transportasi darat, laut, dan udara di beberapa provinsi dan kota-kota utama di sepanjang pesisir timur negara itu setelah Badan Meteorologi China memperkirakan topan In-Fa tiba pada Minggu (25/7/2021) malam. Pemerintah menetapkan status kedaruratan tingkat III, tertinggi ketiga untuk badai, menyusul peringatan yang dikeluarkan.
Shanghai, kota pusat bisnis dan komersial China di wilayah pesisir timur, menjadi salah satu kota yang terdampak. Otoritas di kota itu memerintahkan penutupan semua kawasan bisnis di kota tersebut. Pemerintah setempat juga membatalkan semua penerbangan dari dan ke kota tersebut, mengurangi atau bahkan menangguhkan perjalanan dengan kereta bawah tanah.
Pada Sabtu (24/7/2021) tengah malam, topan In-Fa telah mendarat di Distrik Putuo, Kota Zhoushan, sebuah kota pelabuhan utama di Provinsi Zhejiang, selatan Shanghai.
”Kami akan melakukan segala upaya untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda warga, berusaha melakukan segala hal untuk meminimalisasi dampak bencana,” kata Yuan Jiajun, Sekretaris Partai Komunis China Zhejiang, ketika melakukan inspeksi kesiapsiagaan tanggap bencana pemerintah.
Badan Meteorologi China mengatakan, topan itu bergerak dengan kecepatan sekitar 15 kilometer per jam, dengan kecepatan angin yang ditimbulkan sekitar 38 meter per detik. Kecepatan itu, menurut perhitungan Reuters, sama dengan sekitar 137 kilometer per jam. Perhitungan ini diperoleh setelah melihat lintasan yang dilalui oleh topan In-Fa ke utara, mulai dari sepanjang pantai Zhejiang pada Sabtu, lalu melintasi Shanghai, dan tiba di Jiangsu pada malam hari.
Selain meningkatkan status respons topan ke level tertinggi, Departemen Manajemen Kedaruratan Provinsi Zhejiang juga menutup sekolah dan pasar serta menangguhkan lalu lintas jalan.
Pihak berwenang Shanghai menutup beberapa taman umum dan museum serta memperingatkan warganya untuk menghentikan pertemuan luar ruangan dalam skala besar. Warga diminta tetap tinggal di dalam rumah hingga topan berlalu.
Sekitar 330.000 penduduk Distrik Fengxian di tepi selatan Shanghai dievakuasi setelah kecepatan angin di lepas pantai mencapai 100 kilometer per jam, demikian dilaporkan surat kabar China Daily.
Pengelola Pelabuhan Yangshan memerintahkan operasional pelabuhan dihentikan, termasuk bongkar muat kontainer. Sebanyak 150 kapal, termasuk kapal penumpang dan kapal kargo, dievakuasi dari daerah tersebut.
Pembersihan lokasi
Media pemerintah mengingatkan bahwa topan In-Fa dapat mengakibatkan kesulitan upaya pembersihan lokasi bencana karena berpotensi mengakibatkan hujan lebat di sejumlah provinsi dalam beberapa hari mendatang.
Di Provinsi Henan, China tengah, pihak berwenang secara bertahap memulai pembersihan lokasi banjir yang telah menewaskan lebih dari 55 orang. Secara bertahap mereka membersihkan lokasi banjir dari lumpur, bangkai kendaraan, dan puing-puing bangunan yang berserakan di jalan-jalan. Ruas jalan yang sudah bersih dari kendaraan dan sisa banjir sudah mulai dibuka kembali.
Menurut Pemprov Henan, jutaan orang terkena dampak banjir dan lebih dari 495.000 orang dievakuasi. Berdasarkan perhitungan sementara, banjir ini telah menyebabkan kerugian miliaran dollar AS.
Li Changxun, pejabat tanggap darurat Pemprov Henan, juga telah mengeluarkan peringatan pentingnya pembersihan dan penyemprotan disinfektan berskala besar untuk memastikan bencana tidak diikuti oleh penyakit pascabanjir.
China telah mengalami musim banjir tahunan selama ribuan tahun. Namun, rekor curah hujan di Henan dalam tiga hari terakhir menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan kota-kota di seluruh China menghadapi peristiwa cuaca aneh dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat. Para ahli menyebut hal itu merupakan akibat perubahan iklim.
Otoritas di Provinsi Henan menormalisasi aliran sungai serta membangun bendungan dan waduk dalam beberapa dekade terakhir untuk mengelola air sisa banjir serta untuk mengairi wilayah pertanian. Namun, perluasan kota yang cepat telah membebani sistem drainase yang ada. (AP/AFP/REUTERS)