Perusahaan Otomotif Isyaratkan Beralih Produksi Mobil Listrik Tahun 2030
Produsen mobil Eropa siap mengalihkan produksi kendaraannya dari mesin bensin dan diesel ke mobil listrik bertenaga baterai. Mereka juga tengah berlomba mendirikan pabrik-pabrik baterai sendiri.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
AP PHOTO/DAVID ZALUBOWSKI, FILE
Foto tanggal 21 Desember 2020 ini memperlihatkan mobil Chevrolet Bolt mengisi daya baterai di pengisian daya Electrify America di luar mal Colorado Mills di pusat kota Lakewood, Colorado, Amerika Serikat.
FRANKFURT, SENIN — Sejumlah produsen otomotif terkemuka dunia telah mengisyaratkan niat mereka untuk mengurangi dan bahkan menghentikan produksi mobil dengan teknologi pembakaran internal pada tahun 2030. Mereka akan sepenuhnya beralih pada produksi kendaraan listrik berbasis baterai (baterry electrified vehicle/BEV).
Yang terbaru mengungkapkan rencana produksi mereka adalah grup otomotif asal Jerman, Daimler. Mereka akan sepenuhnya beralih ke produksi BEV sebelum 2030 atau lima tahun lebih cepat dari tenggat yang diusulkan oleh Komisi Eropa.
Manajemen Daimler berencana untuk menginvestasikan lebih dari 40 miliar euro atau sekitar 47 miliar dollar AS, mengubah seluruh lini produksi kendaraannya menjadi kendaraan listrik pada akhir dekade ini. Mulai 2025, seluruh arsitektur Mercedes, mulai dari sasis, motor, hingga roda, harus mengikuti pengembangan model kendaraan listrik.
Selain itu, Daimler juga berencana membangun delapan pabrik baterai untuk menyuplai semua kendaraan yang mereka produksi.
Grup Stellantis, yang memayungi Fiat, Chrysler, Jeep, dan Peugeot, berencana menginvestasikan 30 miliar euro untuk mengembangkan mobil listrik mulai 2025. Divisi Opel akan memulai 100 persen produksi mobil listrik pada 2028.
Meski begitu, Fiat mensyaratkan pengembangan mobil listrik bisa dimulai ketika harga mobil listrik sudah sebanding dengan harga mobil bermesin bensin. Fiat memperkirakan kondisi itu bisa terjadi antara tahun 2025 dan 2030.
AFP/RONNY HARTMANN
Perakitan mobil listrik di pabrik otomotif Volkswagen (VW) di Zwickau, Jerman, 25 Februari 2020.
Di AS, Dodge juga berencana untuk meluncurkan ”muscle car” versi listrik tahun 2024. Sementara untuk model Ram, kendaraan double-cabin mereka, menurut rencana akan memperkenalkan versi listrik model 1500 pada tahun yang sama.
Volkswagen, perusahaan otomotif Jerman yang pernah tersandung kasus diesel-gate di AS, kini juga mulai mengubah citranya dengan mulai memperkenalkan beberapa produk kendaraan BEV mereka ke publik. Salah satunya adalah mode ID3 yang diluncurkan pada akhir 2020 dan kini tengah berjuang menghadapi pasar Eropa yang didominasi Tesla.
VW berharap kendaraan listrik bisa mewakili separuh dari semua total penjualan mereka pada tahun 2030 dan 100 persen dari total penjualan mereka pada satu dekade kemudian. Untuk mengembangkan produknya, mereka menginvestasikan 73 miliar euro, termasuk membangun jaringan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di seluruh dunia.
Produsen mobil sport juga mulai mengambil ancang-ancang untuk beralih ke mobil listrik. Lamborghini, misalnya, memutuskan untuk mengombinasikan produk-produknya menjadi mobil hibrida tahun 2024. Ferrari juga telah melakukan hal yang sama. Sementara Lotus, produsen asal Inggris, mulai memperkenalkan mobil sport miliknya yang berbasis baterai sejak tahun lalu.
KOMPAS/ARSIP FERRARI
Ferrari mengenalkan model terbaru 296 GTB secara global lewat acara virtual pada Kamis (24/6/2021). Mobil sport berperforma tinggi ini mendapat tenaga dari mesin berbahan bakar konvensional ditambah motor listrik, atau hibrida.
Adapun raksasa otomotif Asia, seperti Toyota, Hyundai, dan Kia, telah mengambil ancang-ancang yang cukup jauh. Toyota sebenarnya telah mengembangkan kendaraan masa depan berbasis hidrogen atau fuell cell. Dan, dunia telah mengenal Toyota Prius, mobil hibrida yang paling laku.
Akan tetapi, kini Toyota mencoba peruntungannya dengan mengeluarkan konsep baru, yaitu Toyota bZ4X, BEV berbasis sports utility vehicle. Mereka juga berencana mengeluarkan 15 BEV baru tahun 2025 dan separuh di antaranya menggunakan arsitektur yang digunakan pada mobil konsep bZ4X.
Pesaing mereka, Hyundai dan Kia, berencana mengeluarkan 23 dan tujuh model baru kendaraan listrik mereka berturut-turut pada tahun 2025 dan 2026.
Baterai
Ketika penjualan mobil listrik berbasis baterai lepas landas dan mesin bensin akan dihapus dari peredaran pada 2035, Eropa ingin mengembangkan basis produksi baterainya sendiri. Mereka ingin mencoba melepaskan diri dari ketergantungan baterai yang selama ini dikuasai produsen Asia, terutama China, Korea Selatan, dan Jepang.
Pengumuman terbaru yang dikeluarkan Komisi Eropa pada pertengahan bulan ini menyatakan bahwa blok perdagangan itu akan melarang penjualan kendaraan bensin dan diesel baru pada tahun 2035. Pengumuman ini membuat para produsen bergegas untuk mengalihkan lini produksi mereka mengikuti kebijakan yang lebih luas, termasuk mengembangkan basis produksi baterai sendiri. Data penjualan menunjukkan adanya peningkatan angka penjualan kendaraan listrik pada tahun 2021.
AFP/OLI SCARFF
Karyawan bekerja di pabrik pembuat baterai Envision untuk kendaraan Nissan Leaf di pabrik Nissan, Sunderland, Inggris timur laut, 1 Juli 2021.
Transport&Environtment, sebuah organisasi non-pemerintah, menyebutkan, blok perdagangan ini memiliki rencana untuk menggelontorkan dana hingga 40 miliar euro atau 47 miliar dollar AS, bekerja sama dengan 38 pabrik di Eropa, untuk menghasilkan baterai berkekuatan total 1.000 gigawatt jam per tahun. Dengan rata-rata kapasitas baterai sekitar 60 kWh, baterai yang diproduksi itu cukup untuk digunakan 16,7 juta mobil listrik BEV.
Salah satu inisiatif juga diusung oleh Northvolt, perusahaan asal Swedia. Perusahaan ini sedang membangun pabrik baterai dengan total kapasitas hingga 150 gigawatt jam pada tahun 2030. Partnernya, VW, juga akan membangun lima pabrik baterai untuk menyuplai kebutuhannya.
Daimler juga akan mengembangkan baterai mereka sendiri dengan membangun delapan pabrik di seluruh dunia. Sementara Stellantis akan membangun lima pabrik di Eropa untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Tesla, yang berbasis di Amerika Serikat dan China, juga berencana untuk mengembangkan pabrik raksasa mereka di Jerman pada akhir tahun ini. Nantinya, pabrik ini akan menjadi salah satu pabrik sel baterai terbesar di dunia dengan kapasitas hingga 250 gigawatt jam pada 2030.
Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Maros Sefcovic baru-baru ini mengatakan, pabrik-pabrik yang direncanakan tersebut menempatkan Uni Eropa berada ”di jalur yang baik untuk mencapai otonomi strategis terbuka di sektor kritis ini”.
LUDOVIC MARIN/POOL/AFP
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengamati mesin kendaraan versi listrik dari Renault 4L saat menghadiri acara peringatan 60 tahun model kendaraan berlogo ”Presidence de la Republique” pada bagian pintunya ini dalam kunjungan ke pabrik pembuat baterai asal Jepang, Envision AESC, di Douai, Perancis utara, 28 Juni 2021. Pabrik itu menjadi lokasi Renault SA mengembangkan kendaraan listriknya.
Akan tetapi, pandangan sebaliknya disampaikan Olivier Montique, analis otomotif pada Fitch Solutions. Dia mengatakan, tumbuhnya pabrik dan industri baterai di Eropa akan membuat produsen otomotif di kawasan ini menjadi pemain penting. Namun, hal itu tidak akan membuat mereka bisa memenuhi semua kebutuhan industri otomotif dunia yang beralih ke BEV. Kerja sama dengan produsen baterai di Asia, dalam pandangan Montique, masih tetap dibutuhkan.
Nissan dan Renault, misalnya, bekerja sama dengan pabrikan asal China, Envision AESC, untuk membangun pabrik di Inggris dan Perancis. Perusahaan Korea Selatan, LG Chem dan SKI, memiliki pabrik di Polandia dan Hongaria. Sementara CATL China kini tengah membangun pabrik baterai di Jerman.
Salah satu hal yang menjadi perhatian Montique adalah masalah pasokan bahan baku, terutama litium-ion, yang dibutuhkan dalam jumlah besar.
Montique mengatakan, Eropa kemungkinan akan berakhir ”mengembangkan perjanjian pasokan dengan pasar di mana ada sumber daya yang melimpah, hubungan diplomatik yang menguntungkan, dan kerangka kerja investasi yang kuat” untuk mengurangi ancaman kekurangan. (AFP)