Menteri Pertahanan Amerika Serikat Llyod Austin akan menggalang aliansi anti-China dalam lawatannya ke Asia Tenggara mulai Selasa (27/7/2021). AS semakin agresif menggalang aliansi untuk bersaing dengan China.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
ALASKA, SENIN — Menteri Pertahanan Amerika Serikat Llyod Austin memulai lawatan ke Asia Tenggara, Selasa (27/7/2021). Targetnya adalah menggalang aliansi anti-China dengan cara menyakinkan sejumlah negara di kawasan soal komitmen Amerika Serikat pada Asia Tenggara.
Austin meninggalkan Alaska pada Senin dengan tujuan pertama ke Singapura. Dari Singapura, ia akan melawat ke Vietnam dan Filipina, dua anggota ASEAN yang berebut perairan dengan China. ”Saya akan menegaskan posisi kami pada klaim tidak berdasar China di Laut China Selatan,” kata Austin.
Ia juga berencana menyampaikan sejumlah pesan AS kepada kawasan. ”Pertama, AS adalah mitra yang dapat diandalkan. AS sudah lama terlibat di kawasan. Sejak akhir Perang Dunia II, AS berperan dalam menjaga kestabilan dan memungkinkan bangsa-bangsa bebas menentukan pilihan berdasarkan kedaulatan mereka,” ujarnya.
Ia pun akan meyakinkan mitra di kawasan soal dukungan AS pada upaya pembaruan militer mereka. AS akan menjajaki cara bekerja sama dengan kawasan untuk berbagai hal, termasuk soal penanggulangan dampak Covid-19.
Lawatan ke Asia Tenggara menjadi kunjungan kerja kedua Austin ke Indo-Pasifik. Sebelumnya, Austin telah menyambangi Asia Timur dan Asia Selatan. Di sana, Austin berusaha menggalang aliansi anti-China. Di Asia Tenggara pun, seperti diungkap dalam rencana kunjungannya, ia juga akan berusaha menggalang aliansi anti-China.
Austin menjadi menteri pertama dalam kabinet Joe Biden yang menyambangi Asia Tenggara. Sebelum Austin, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman lebih dulu menyambangi Asia Tenggara. Pekan lalu sampai Senin ini, Sherman berkeliling Asia Timur dengan jadwal terakhir di China.
Pentagon menyebut lawatan Austin untuk meneguhkan komitmen AS pada kawasan dan menunjukkan dukungan pada sentralitas kawasan. Lawatan itu juga untuk menunjukkan pentingnya ASEAN dan Asia Tenggara bagi doktrin Indo-Pasifik AS dan pemerintahan Biden.
Kepala Kebijakan Indo-Pasifik AS Kurt Campbell berulang kali mengatakan itu. ”Demi strategi Asia yang efektif, pendekatan Indo-Pasifik yang baik, perlu melakukan lebih banyak di Asia Tenggara,” katanya.
Pernyataan Pentagon tidak sepenuhnya cocok dengan fakta beberapa waktu terakhir. Sampai sekarang, misalnya, AS tidak kunjung menunjuk duta besar untuk ASEAN dan empat anggotanya.
Setelah Biden dan para menterinya melawat ke berbagai negara dan kawasan, baru kali ini ada menteri AS melawat ke Asia Tenggara. Hal ini sedikit banyak menunjukkan Asia Tenggara dalam skala prioritas AS.
Sementara dalam hal pandemi, Asia Tenggara termasuk kawasan yang meragukan komitmen AS. Washington pernah melarang ekspor vaksin sebelum kebutuhan nasionalnya terpenuhi. Baru setelah China mengirimkan hampir 100 juta dosis vaksin Covid-19 ke kawasan, AS mulai mengirimkan beberapa belas juta dosis vaksin, antara lain ke Vietnam, Filipina, dan Indonesia.
Setelah bertahun-tahun mengampanyekan visi Indo-Pasifik, baru belakangan ini AS menyebut Asia Tenggara penting bagi visi itu. Uni Eropa yang baru mengesahkan strategi Indo-Pasifik pada April 2021 saja sudah lebih dulu menegaskan pentingnya Asia Tenggara bagi visi Indo-Pasifik Brussels.
Asia Tenggara sebenarnya cemas oleh upaya AS menggalang aliansi militer di Asia Pasifik untuk menghadang China. ASEAN dengan cemas mengikuti fakta pemerintahan Biden mendorong aliansi India-Jepang-Korea Selatan-Australia atau Quad dengan tujuan menghadapi China.
ASEAN berulang kali menyatakan tidak akan berpihak kepada kekuatan besar. Hal itu berlaku untuk AS, China, Jepang, hingga Rusia. Bagi ASEAN, siapa pun yang masuk kawasan harus ikut mekanisme ASEAN dan menjunjung sentralitas ASEAN.
ASEAN tidak ingin melihat persaingan AS-China di Asia Tenggara. Setiap anggota ASEAN berkepentingan untuk berhubungan baik dengan AS, China, dan negara lain. ASEAN sangat tidak mengharapkan pemerintahan Biden mengulangi retorika pemerintahan Donald Trump.
Sejumlah lembaga kajian di AS pun bolak-balik menyarankan, cara terbaik terlibat di Asia Pasifik adalah meningkatkan kerja sama ekonomi. Asia Pasifik yang relatif damai dan mampu mengelola ketegangan kawasan lebih membutuhkan kerja sama pembangunan dan ekonomi demi kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, tawaran pembentukan aliansi politik dan militer untuk melawan pihak tertentu tidak tepat bagi kawasan. (AFP/REUTERS)