AS-China Baku Balas Diplomasi Jelang Pertemuan Pereda Konflik di Tianjin
Jelang pertemuan di Tianjin, Menlu China Wang Yi menekankan, China tidak akan menerima negara mana pun yang berpikir demikian. China dan masyarakat internasional siap mengajari AS jika AS masih berpikir demikian.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
BEIJING, SENIN — Rencana pertemuan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan Menlu China Wang Yi di Tianjin, China, Senin (26/7/2021), bakal menjadi ajang yang menunjukkan ketegangan kedua negara. Bagi Washington dan beberapa pengamat, hasil paling realistis dan bisa diharapkan dari pertemuan itu adalah jalur komunikasi dengan Beijing tetap terbuka dalam periode yang menegangkan ini.
Alih-alih diterima Menlu Wang Yi di Beijing, Sherman disambut di Tianjin. Kota itu terletak sekitar 114 kilometer tenggara Beijing. Sherman juga akan lebih dulu disambut dan berbicara dengan Wakil Menlu China Xie Feng.
Dalam pernyataan resmi Beijing diungkap, Xie akan berbicara (hold talk) dengan Sherman, sedangkan Wang akan menemui (meet) diplomat AS itu. Pernyataan ini mengindikasikan, sambutan resmi Beijing kepada Sherman tidak dilakukan Wang. Pertemuan Wang dengan Sherman hanya untuk ramah-tamah selepas pembicaraan dilakukan.
Pertemuan yang lama dinanti itu memang diwarnai pembahasan soal protokol. Beberapa pekan lalu, Beijing malah mengusulkan Sherman berbicara dengan pejabat yang lebih rendah daripada Xie. Belakangan, Beijing meralat dan setuju Sherman disambut Xie.
Bukan hanya Beijing yang tidak menerima delegasi Washington di ibu kota negara. Alih-alih di Washington, delegasi China diterima AS di Alaska pada Maret 2021. AS tidak menjelaskan mengapa Alaska dipilih sebagai lokasi pertemuan. Sementara sejumlah pejabat China menyebut, Beijing memang ditutup dan sudah berbulan-bulan delegasi negara asing diterima di luar Beijing.
Bukan hanya soal protokol, para diplomat AS-China juga adu pernyataan menjelang pertemuan itu. Pada Sabtu (24/7/2021), Wang mengingatkan AS bahwa tidak ada negara yang lebih tinggi dari negara lain. ”AS selalu menekan (negara) yang lain dengan perilaku yang merasa lebih tinggi. Saya ingin mengatakan kepada AS bahwa tidak ada negara yang lebih unggul dari negara lain dan seharusnya tidak pernah ada,” ujarnya.
Wang menekankan, China tidak akan menerima negara mana pun yang berpikir demikian. China dan masyarakat internasional siap mengajari AS jika AS masih berpikir demikian.
Wang mengatakan hal itu setelah juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menyebut, lawatan Sherman ke China berangkat dari posisi kuat. Sebab, Sherman terlebih dahulu melawat ke negara-negara yang dianggap sekutu AS di kawasan. Lawatan Sherman juga disebut sebagai upaya AS berkomunikasi dengan pejabat China demi kepentingan dan nilai yang diyakini Washington.
Sementara dalam pernyataan pada Minggu, seorang pejabat Deplu AS menyangkal AS berusaha menggalang aliansi anti-China di kawasan. ”Wakil Menlu (Sherman) tidak hanya mewakili AS (di pertemuan Tianjin), tetapi juga mewakili kepentingan bersama dunia,” kata pejabat yang tidak mau disebut namanya itu.
Jaga komunikasi
Pejabat itu juga menyebut, tidak ada hal khusus akan dirundingkan dalam pertemuan di Tianjin. Tujuan pertemuan terutama untuk menjaga agar saluran komunikasi di antara pejabat tinggi tetap terbuka.
Lewat pertemuan itu, Sherman disebut akan menyampaikan pendapat AS secara langsung kepada pejabat tinggi China. Dengan demikian, kedua belah pihak bisa semakin saling memahami posisi masing-masing. ”Tujuan pertemuan ini adalah pembicaraan terbuka dan jujur soal hubungan (AS-China),” ujarnya.
Ia menggunakan istilah diplomatik untuk menggambarkan komunikasi yang cenderung keras dan para pihak tidak bisa bersepakat. Meski demikian, para pihak setuju untuk terus berkomunikasi. Pola serupa dipakai kala delegasi China disambut AS di Alaska, Maret lalu.
Dalam pertemuan itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri pada Politbiro China Yang Jiechi sampai menyatakan amat terkejut dengan cara AS memperlakukan tamu. Kala itu ia mengatakan bahwa Beijing memang tidak mengharapkan pertemuan penuh keramahan. Meski demikian, ia tetap terkejut dengan cara Menlu AS Antony Blinken dan koleganya menyambut delegasi China.
Meski demikian, Beijing setuju tetap berkomunikasi dengan Washington. Pertemuan Minggu-Senin ini adalah wujudnya.
Wakil Presiden pada Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler, mengingatkan untuk tidak berharap banyak dari pertemuan itu. ”Meski demikian, ini langkah penting untuk memulihkan komunikasi dan meletakkan dasar pada peluang pertemuan Xi-Biden di sela-sela konferensi G-20,” ujarnya.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping memang belum bertemu langsung. Di sela-sela pertemuan puncak G-20 di Roma, Italia, Oktober mendatang, Biden-Xi diharapkan bisa bersua langsung untuk pertama kali.
Peneliti senior Institute for China-America Studies, Sourabh Gupta, menyebut, pertemuan Tianjin akan meningkatkan saling pemahaman para pihak atas sejumlah masalah. Beijing disebut amat marah pada keputusan Washington mengutus sejumlah pejabat tinggi ke Taiwan. ”Para pihak ingin mendapat kepastian bahwa tidak ada pelanggaran pada garis batas. Karena itu, pertemuan ini bisa saja produktif,” ujarnya.
Pejabat lain di Deplu AS menyebut, Washington siap bekerja sama sekaligus berkompetisi dengan Beijing. Hal itu akan ditekankan Sherman dalam pertemuan Tianjin. ”Pembicaraan yang terbuka dan jujur, bahkan mungkin pada hal-hal yang tidak disepakati, penting untuk mengurangi kesalahpahaman, menjaga perdamaian dan keamanan global, serta membuat kemajuan di sejumlah isu penting,” katanya.
Seperti disebut Gupta, pejabat Deplu AS itu juga mengatakan bahwa Washington ingin menekankan kepada Beijing bahwa segala hal ada batasannya. AS mau semua pihak paham tentang aturan yang harus diikuti.
Sherman disebut akan menggunakan pertemuan Beijing untuk menyampaikan beberapa keprihatinan AS atas perilaku China. Lawatan para pejabat AS di kawasan hanya upaya mengajak menjunjung tata tertib berdasarkan aturan internasional. (AFP/REUTERS)