Untuk menekan laju penularan Covid-19 yang dipicu varian Delta, Pemerintah Vietnam memberlakukan pembatasan secara ketat di sejumlah kota besar di negara itu.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
HANOI, SABTU — Pemerintah Vietnam mencanangkan penutupan wilayah dan pembatasan kegiatan masyarakat di 19 kota, menyusul terjadinya lonjakan kasus positif Covid-19. Setiap kota memiliki jangka waktu berbeda-beda dalam karantina. Di saat yang bersamaan, Vietnam juga terus berusaha meningkatkan kapasitas mereka memvaksinasi rakyat.
Pengumuman itu disampaikan Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh pada Jumat (23/7/2021). Ibu kota Hanoi dan kota terbesar di wilayah selatan, Ho Chi Minh, termasuk dalam dua wilayah yang ditutup. Hal ini karena ada lonjakan 7.295 kasus secara nasional pada hari itu dan 5.000 di antaranya terjadi di Ho Chi Minh. Data terbaru yang dirilis pemerintah per Sabtu (24/7/2021) disebutkan ada 3.991 kasus baru.
Sejumlah aturan penutupan wilayah ini menyasar nyaris seluruh kegiatan masyarakat. Kepala Dinas Perhubungan Hanoi Vu Van Vien melalui surat kabar Thanh Nienh mengumumkan bahwa semua jenis angkutan umum dilarang beroperasi. Kategori ini tidak hanya bus dan kereta api, tetapi juga ojek, becak, dan taksi.
Bahkan, perusahaan penyedia layanan ojek daring tidak diperkenankan menerima pesanan pengantaran makanan ataupun belanja kebutuhan sehari-hari. Mereka hanya boleh mengantar paket yang dibeli melalui wadah e-dagang. Vietnam belajar dari pengalaman bahwa meskipun warga tinggal di rumah, toko, dan pasar dipenuhi pengojek daring yang berbelanja mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai camilan untuk pelanggan. Akibatnya, jaga jarak fisik sukar dipenuhi.
”Kalau masyarakat mau belanja kebutuhan pokok, silakan datang sendiri ke pasar atau toserba dengan membawa kendaraan pribadi,” kata Vu.
Salah seorang pengojek daring, Tran Van Thai, ketika diwawancara oleh harian Vn Express mengatakan, dirinya pasrah terhadap aturan. Ia memahami pemerintah melakukan penutupan wilayah demi menekan penularan virus korona. Menurut dia, untungnya dia bergabung dengan perusahaan jasa ojek daring sehingga masih bisa mengambil pesanan antar paket. Adapun para pengojek pangkalan tetap nongkrong di trotoar, berharap ada pelanggan di jalanan yang sepi.
Vaksin kurang
Vietnam selama tahun pertama pandemi Covid-19 termasuk negara yang cukup efektif menangani penularan. Akan tetapi, penyebaran galur Delta membuat angka kasus positif melonjak. Sejauh ini, di Vietnam tercatat telah memiliki 83.000 kasus positif dan 375 kematian.
Lambatnya proses vaksinasi menjadi faktor penentu pesatnya penularan Covid-19. Berdasarkan data pemerintah, sudah 4,5 juta vaksin yang disuntikkan ke masyarakat. Jumlah penduduk Vietnam ada 100 juta jiwa. Angka ini semakin rendah apabila ditilik lebih mendalam karena ternyata jumlah penduduk yang telah menerima dosis lengkap imunisasi Covid-19 baru 335.000 orang.
Dilansir dari harian Viet Nam News, pemerintah baru-baru ini menerima 1,2 juta dosis vaksin merek Oxford/AstraZeneca. Selain itu, mereka juga telah memperoleh 5 juta dosis vaksin Moderna dari Pemerintah Amerika Serikat.
Vietnam juga bekerja sama dengan Rusia untuk mengembangkan vaksin Covid-19 merek Sputnik V. Kontrak tersebut dilaksanakan oleh perusahaan farmasi Vabiotech. Awal pekan ini, Vabiotech telah memproduksi 30.000 dosis uji coba Sputnik V yang kemudian dikirim ke Rusia untuk uji kelayakan.
”Kalau lolos, Vabiotech bisa memproduksi 5 juta dosis Sputnik V setiap bulan,” kata Menteri Kesehatan Vietnam Nguyen Thanh Long. (AFP/REUTERS)