Tanah Longsor dan Banjir di India Tewaskan 112 Orang, Puluhan Lain Hilang
Banjir dan tanah longsor melanda beberapa negara bagian di India. Upaya penyelamatan terhambat tanah longsor.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
NEW DELHI, SABTU — Hingga Sabtu (24/7/2021), setidaknya 112 orang tewas dan puluhan hilang akibat tanah longsor yang dipicu oleh hujan deras di beberapa negara bagian di India. Otoritas negara itu, Jumat (23/7/2021), menyebutkan, personel militer telah dikerahkan untuk bergabung dalam upaya penyelamatan.
Bencana tanah longsor terjadi di tiga lokasi di Distrik Raigad, Negara Bagian Maharashtra, Kamis malam. ”Sebanyak 42 orang tewas akibat tanah longsor di Distrik Raigad dan 38 orang masih hilang,” kata juru bicara Pemerintah Negara Bagian Maharashtra, Anirudha Ashtaputre, Jumat malam.
”Ada enam longsor lagi di Distrik Satara, dua orang meninggal,” tambahnya. Di tempat lain di negara bagian itu, sedikitnya 15 orang juga hilang. Dia menambahkan, kemungkinan korban bertambah karena beberapa titik bencana belum terjangkau akibat jalan putus atau masih tergenang banjir.
Di Distrik Ratnagiri, 200 orang diselamatkan dari daerah perbukitan setelah hujan lebat, menurut kantor berita Press Times of India. Di kota pesisir Chiplun yang dihuni 70.000 orang, lebih dari separuh wilayahnya terendam banjir.
BN Patil, administrator Distrik Ratnagiri, mengatakan bahwa dia telah meminta bantuan tentara, penjaga pantai, dan Pasukan Tanggap Bencana Nasional (NDRF) untuk operasi penyelamatan.
Selain itu, otoritas Negara Bagian Telangana mengeluarkan peringatan bahaya banjir di Hyderabad, ibu kota negara bagian tersebut, dan daerah dataran rendah lainnya.
Dilaporkan, ratusan personel angkatan laut dan angkatan udara telah terlibat dalam upaya penyelamatan setelah hujan lebat. Hujan memicu tanah longsor dan banjir bandang sehingga ribuan orang terdampak.
Upaya penyelamatan terhambat oleh tanah longsor yang menghalangi jalan, termasuk jalan raya utama antara Mumbai dan Goa.
Ketinggian air naik menjadi 3,5 meter di daerah Chiplun, kota yang berjarak 250 kilometer dari Mumbai. Permukaan air naik dengan cepat setelah hujan tanpa henti selama 24 jam yang menyebabkan Sungai Vashishti meluap. Jalan dan puluhan rumah penduduk terendam.
Angkatan Laut India mengerahkan tujuh tim penyelamat yang dilengkapi dengan perahu karet, jaket pelampung, dan pelampung ke daerah-daerah yang terkena bencana.
Selain itu, pihak AL juga menurunkan sebuah helikopter untuk mengangkut penduduk yang terdampak. Setiap tim penyelamat itu didukung oleh penyelam kawakan AL.
Departemen meteorologi India telah mengeluarkan peringatan ”merah” untuk beberapa wilayah di Maharashtra. Diperkirakan hujan lebat akan berlanjut selama beberapa hari ke depan, yang berarti ada potensi bencana susulan yang harus diantisipasi.
Bencana banjir dan tanah longsor sering terjadi selama musim hujan di India antara Juni dan September. Sebelumnya, akhir pekan lalu, 34 orang tewas setelah beberapa rumah hancur karena tembok roboh dan tanah longsor di Mumbai, ibu kota di Maharashtra.
Otoritas sipil melaporkan, akibat hujan deras, kompleks pemurnian air pun terendam sehingga mengganggu pasokan di sebagian besar bagian Mumbai, kota besar berpenduduk 20 juta orang itu. Bulan lalu, 12 orang tewas ketika sebuah bangunan runtuh di daerah kumuh Mumbai.
Pada September lalu, 39 orang tewas ketika sebuah blok apartemen tiga lantai runtuh di Bhiwandi, dekat ibu kota keuangan tersebut.
Perubahan iklim membuat curah hujan di India sangat tinggi, menurut laporan dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim (PIK) yang diterbitkan pada April lalu. Laporan itu memberi peringatan akan konsekuensi yang berpotensi parah untuk sektor pertanian dan ekonomi.
”Karena masyarakat India secara keseluruhan dipengaruhi oleh monsun dengan cara yang sangat kuat, variabilitas yang lebih kuat menghasilkan masalah untuk pertanian, tetapi juga untuk organisasi kehidupan publik,” kata Anders Levermann dari PIK dan Universitas Columbia.
Pada tahun 2013, sekitar 6.000 orang tewas ketika banjir bandang dan tanah longsor menyapu semua desa di Negara Bagian Uttarakhand, India, saat sungai meluap akibat hujan lebat.
Para ahli mengatakan, curah hujan lebat di sepanjang pantai barat India sejalan dengan pola curah hujan yang telah berubah di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan iklim.
”Frekuensi dan intensitas hujan lebat telah meningkat,” kata Roxy Mathew Koll, ilmuwan Institut Meteorologi Tropis India di kota Pune. Dia menambahkan, Laut Arab yang memanas mendorong lebih banyak topan dan curah hujan yang lebih tinggi dalam waktu singkat.
Sementara itu dari China dilaporkan, jutaan orang terkena dampak banjir di Provinsi Henan. Sejak awal pekan hingga Jumat, sedikitnya 51 orang tewas akibat banjir. Warga Henan telah berhari-hari tanpa makanan atau air bersih. (AFP/AP/REUTERS)