Washington Restui Proyek Pipa Gas Rusia, Ukraina Marah pada AS-Jerman
Bagi Rusia, Nord Stream 2 adalah kepentingan nasional dan harus dibela dengan serius. Nord Stream 2 bisa membuat jaringan lama yang melewati Ukraina-Polandia menjadi kurang bermanfaat.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
KIEV, KAMIS — Ukraina marah kepada Amerika Serikat dan Jerman. Pemicu kemarahan Kiev adalah restu Washington untuk proyek pipa gas dari Rusia ke Jerman, Nord Stream 2. Restu itu dinilai sebagai hadiah bagi Moskwa dan pukulan bagi Kiev.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut kesepakatan dengan AS adalah persetujuan pragmatis. Dalam pernyataan pada Kamis (22/7/2021), di Berlin, Pemerintah Jerman disebut akan ikut menggalang dana hingga 1 miliar dollar AS bagi Ukraina. Jerman akan menyediakan total 175 juta dollar AS untuk penggalangan tersebut. Berlin juga akan menghibahkan tambahan 70 juta dollar AS ke Kiev.
Merkel menyatakan hal itu setelah AS mengumumkan restu untuk Nord Stream 2. Berlin-Washington sepakat, Moskwa akan dimintai pertanggungjawaban jika menjadikan energi sebagai alat penekan Eropa. Secara spesifik, dalam pernyataan yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS disebutkan bahwa Berlin-Washington akan bertindak jika Nord Stream dan jaringan pipa lain yang menyalurkan energi dari Rusia ke Eropa dimanfaatkan Moskwa untuk menekan Eropa.
Sikap AS itu mengejutkan banyak pihak, terutama Ukraina yang sudah bertahun-tahun berseteru dengan Rusia. Sampai Mei 2021, Menlu AS Antony Blinken secara terbuka menentang Nord Stream 2.
Rusia menjadi andalan pemasok energi Eropa. Dari hampir 400 miliar kaki kubik kebutuhan gas Eropa setiap tahun, hampir 150 miliar kaki kubik dipasok Rusia. Proyek Nord Stream 2 menjadi salah satu andalan untuk melancarkan pasokan itu. Rusia sebagai eksportir, sedangkan sejumlah negara yang dilalui jaringan pipa itu bisa mendapat miliaran dollar AS per tahun. Pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan gas dan biaya penyaluran.
Proyek berbiaya 11 miliar dollar AS itu membentang 1.224 kilometer dari Rusia menuju Jerman dan sejumlah negara Eropa. Sebagian pipa ditanam di dasar Laut Baltik, lalu menuju Jerman.
Kemarahan Kiev
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba serta-merta menunjukkan kemarahan atas pengumuman AS-Jerman. Ia menyebut kesepakatan Berlin-Washington soal Nord Stream dan proyek energi lain sebagai kesepakatan yang lemah. ”Ada masalah mendasar, belum jelas apakah Rusia siap memenuhi kewajibannya jika menyangkut keamanan energi Ukraina dan soal status Ukraina sebagai negara transit,” ujarnya.
Ia dan Menlu Polandia Zbigniew Rau menyebut keputusan AS-Jerman menghadirkan ancaman energi, politik, dan militer bagi Ukraina dan Eropa Tengah. Di sisi lain, keputusan itu juga menjadi penguat Rusia untuk terus mengacaukan Eropa, memicu perpecahan antara Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Mantan Menlu Ukraina Pavlo Klimkin mengatakan, negaranya diabaikan. ”Kami tidak didengar, kami tidak bisa mencari solusi dengan AS, UE, dan Jerman sebagaimana seharusnya. Bahkan, kami tidak dilibatkan,” katanya.
Kiev resah karena Nord Stream 2 bisa membuat jaringan lama yang melewati Ukraina-Polandia menjadi kurang bermanfaat. Padahal, Ukraina-Polandia mendapat jutaan dollar AS per tahun dari biaya transit gas di jaringan pipa itu. Selain itu, jika Rusia memilih mengoptimalkan Nord Stream 2, jaringan pipa yang melewati Ukraina-Polandia berpeluang tidak mendapatkan pasokan. Padahal, Ukraina juga bergantung pada pasokan gas Rusia.
Dalam pernyataan AS-Jerman memang disebut, Berlin-Washington akan menjamin keamanan energi Ukraina. Sayangnya, selain janji 1 miliar dollar AS, tidak disebutkan lagi bagaimana jaminan itu akan diwujudkan.
Masalah lain yang dikhawatirkan Kiev adalah bahwa Ukraina akan semakin kehilangan daya tawar untuk berdialog dengan Rusia. Sejak 2014, Kiev-Moskwa bersitegang setelah Rusia menduduki Semenanjung Crimea. Moskwa berkeras daerah yang mayoritas penduduknya berbahasa Rusia itu adalah wilayah Rusia. Kala masih menjadi Uni Soviet, Semenanjung Crimea diberikan Moskwa kepada Kiev.
Karena itu, Kiev telah mengajukan permintaan resmi untuk berunding dengan Uni Eropa dan membahas Nord Stream 2. Dalam pernyataan sementara, Brussels menyebut bahwa Nord Stream 2 bukanlah kepentingan bersama UE. Meski demikian, UE siap membahas masalah itu dengan Ukraina.
Washington menekan
Sejumlah pejabat AS mengakui, Washington menekan Kiev untuk tidak bersuara keras soal Nord Stream 2. Padahal, Kiev bolak-balik mengingatkan bahwa Washington bisa mempertahankan sanksi terkait Nord Stream 2. Sanksi itu diterapkan pada masa Presiden Donald Trump. Sejumlah lembaga dan individu dilarang menggunakan sistem keuangan AS, masuk ke AS, atau memanfaatkan fasilitas AS untuk bertransaksi karena mereka terlibat dalam proyek Nord Stream 2.
Belakangan, Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden berpendapat bahwa proyek itu terlambat dihentikan. Pada awal Juni 2021, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut proyek itu akan selesai. Ia juga menekankan, pencabutan sanksi AS terkait Nord Stream 2 adalah langkah awal yang harus dilakukan jika Washington mau berbaikan dengan Moskwa. Bagi Rusia, Nord Stream 2 adalah kepentingan nasional dan harus dibela dengan serius.
Putin telah meminta Berlin membayar gas Rusia dengan euro. Permintaan itu untuk menghindari sanksi AS. Washington memanfaatkan status dollar AS sebagai valas dengan pengguna terbanyak sebagai sarana sanksi. Bentuk sanksi AS sering berupa larangan mengakses sistem keuangan. Larangan itu sama saja membuat transaksi dalam dollar AS tidak bisa diproses. (AFP/REUTERS)